Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 337. Khayalan Tingkat Tinggi



III 337. Khayalan Tingkat Tinggi

0"Tenang saja, itu hal yang sangat mudah bagiku." Darren mengambil ponsel yang dia bawa kedalam kamar mandi dan mulai melakukan panggilan.     
0

"Sejak kapan pria ini membawa ponsel?" Calista bergumam dalam hati. Darren pun melakukan panggilan langsung ke bos tertinggi perusahaan tempat Calista bekerja. Calista langsung terperanjat kaget dengan melebarkan matanya ketika mendengar pria yang memunggunginya ini bisa bahasa Korea.     

"Oke sudah aman. Hari ini kamu harus meluangkan waktumu seharian untukku." Ujar Darren sambil tersenyum senang.     

"Apa maksudmu?" Calista berhenti meremas-remas rambut tebal pria bermata hijau, sambil memiringkan dagunya.     

"Hari ini kamu ikut aku ke kantorku. Ada banyak yang ingin aku perlihatkan padamu disana. Mudah-mudahan dengan demikian, kamu bisa mengingat semuanya setelah berada disana." Jawab Darren dengan suara berat dan dalam. Calista menggembungkan pipinya dan manggut-manggut.     

"Baiklah, terserah kamu saja." Ujar Calista sambil mengangkat bahu. Dia tidak pernah menaruh curiga berlebihan kep pria yang suka berbuat semaunya itu. Calista pun butuh seorang pria untuk mengatur hidupnya setelah sekian lama dia yang mengatur hidupnya dan hidup anak-anaknya.     

-----     

Sebuah mobil Lamborghini warna hitam mengkilat melewati depan sebuah gedung perkantoran elit dan langsung menuju parkiran khusus di basement. Semua petugas keamanan dan karyawan di gedung itu tahu kalau mobil berkelas tu datang, maka semua harus siap sedia tidak ada cacat kesalahan sedikitpun.     

Darren menggandeng erat tangan Calista sejak turun dari mobil hingga berjalan menuju lift dan kantornya. Semua karyawan lama tahu kalau presdir mereka telah kehilangan istrinya sejak lima tahun yang lalu. Dan, oleh karena berita tersebut, banyak karyawan wanita yang berlomba-lomba tampil cantik dan mencari-cari kesempatan untuk bertemu dengan Darren dan mengambil hatinya dengan berbagai cara.     

Dengan datangnya Calista ke kantornya, semua khayalan tingkat tinggi dan impian semua karyawan wanita pun pupus sudah. Semua karyawati yang sedang melihat presdir mereka menggandeng tangan istrinya dengan mesranya, menghela napas sedih. Namun, yang gembira juga banyak karena perubahan wajah presdir mereka sekarang lebih ceria dan murah senyum. Tidak sangar dan galak lagi seperti kemarin-kemarin.     

"Dulu kamu sering kesini. Kamu membawakan bekal sarapan dan makan siang untukku. Kamu sering tidur di kamar khusus yang ada di ruanganku." Jawab Darren sambil memeluk sang istri didalam lift. Calista diam mendengarkan sambil matanya melihat-lihat sekeliling mencoba mengingat apapun meski dengan sedikit kenangan.     

Pintu lift pun terbuka dan Darren tetap menggandeng istrinya menuju ruangannya.     

"Selamat pagi, nyonya." Andrew berdiri dan memberi salam dengan senyuman hangatnya.     

"Pagi, nyonya." Seorang pria dengan postur tubuh tinggi besar, berdiri di sebelah Andrew, tanpa senyum namun matanya nampak tulus dan ramah. Sorot mata Calista yang bingung, diketahui oleh Darren dan pria itu pun tersenyum.     

"Dia adalah sekretarisku, namanya Andrew. Dan disebelahnya adalah Ivan, dia pengawalmu dulu. kemana-mana dia selalu mengikutimu, kecuali malam itu." Ujar Darren.     

"Oh, begitu. Maafkan aku, aku … belum ingat siapa kalian." Ucap Calista lirih.     

Andrew dan Ivan tersenyum sedih. Mereka bisa merasakan apa yang dirasakan Darren. Istri tercinta sudah kembali tapi ingatannya belum bisa kembali seperti sedia kala.     

"Kita masuk ke ruanganku." Darren menggandeng tangan sang istri untuk masuk ke ruangannya. Baru saja Darren membuka pintu, tiba-tiba mata Calista tertahan di ujung sana, sebuah foto ukuran jumbo di lapisi figura warna keemasan, berada dibelakang kursi kebesaran sang pemilik ruangan. Foto pernikahan dirinya dengan Darren dengan pakaian pengantin dengan model elegan dan anggun. Calista berjalan mendekati foto tersebut dan memegan gambar dirinya dengan jemari lentiknya.     

"Aku cantik sekali disini." Calista bergumam, menatap dirinya sendiri dalam pakaian pengantin putih mewah, didampingi pria dengan kontur wajah dengan rahang tegas dan wajah tampan seperti … Raja. Ya, wajah pria yang ada didalam foto ini mirip sekali dengan Raja, pikir Calista.     

"Kamu selalu cantik dalam suasana apapun. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan tanpa make up pun, kamu selalu tampil cantik alami." Puji Darren sambil memeluk istrinya dari belakang.     

"Darren, kalau … aku belum ingat juga bagaimana? Aku takut aku akan menyia-nyiakan waktumu. Aku takut, kamu tidak akan betah berlama-lama menunggu ingatanku pulih kembali. Kalau sampai waktu itu tiba, tolong jaga dan tetap sayangi Raja dan Ratu sebagaimana mestinya." Calista menatap lantai karpet dibawahnya dan merenung sedih.     

"Sayang, aku bisa menunggumu selama lima tahun. Dan, aku akan terus menunggumu lima tahun lagi, lima tahun lagi, dan seterus-terusnya sampai kamu ingat kembali. Aku hanya ingin kamu juga terus bersabar untuk pemulihanmu, demi aku dan anak-anak." Darren memeluk sang istri penuh cinta dan mencium ubun-ubunnya dengan lembut.     

Calista merasakan ada hawa sejuk menyeruak masuk kedalam hatinya. Ciuman lembut di ubun-ubunnya selalu mampu membuatnya merasa sejuk dan nyaman. Dekapan hangat Darren membuatnya gembira dan hatinya nyaman.     

"Ruanganmu luas dan sangat nyaman. Warna interiornya didominasi warna hitam, sungguh sangat lelaki sekali." Calista tersenyum melihat sekeliling ruangan pria yang dilepas dekapannya.     

Tok tok tok …     

"Masuk." Ucap Darren.     

"Maaf tuan, saya mengantarkan minuman dan makanan untuk tuan dan nyonya." Seorang pelayan dari pantry masuk ke dalam ruangan membawa dua jus jeruk dan kue cemilan yang dulu disukai Calista.     

"Taruh saja di sana. Terima kasih." Darren menunjuk meja khusus untuk menerima tamu yang berada di dekat pintu. Pelayan itu senang tuannya mau tersenyum setelah biasanya marah-marah. Perempuan pelayan itu pun pergi setelah meletakkan makanan dan minuman.     

"Ayo duduk dulu, kamu pasti lelah." Darren menepuk-nepuk sofa disebelahnya agar Calista mau duduk.     

"Andrew, kalau ada dokumen yang harus aku tandatangani, taruh saja di atas mejaku. Aku akan periksa secepatnya." Darren menelpon Andrew melalui ponselnya.     

"Siap tuan." Jawab Andrew.     

"Aku harus memeriksa beberapa dokumen penting dulu. Kamu duduk saja disini atau kalau kamu lelah, kamu bisa masuk keruangan khusus yang ada disebelah mejaku." Darren menunjuk ruangan yang dibatasi oleh pintu berwarna coklat tua.     

"Itu ruangan khusus isinya apa?" Calista bertanya tanpa berjalan kearah ruangan tersebut.     

"Masuklah kalau kamu penasaran. Pintunya tidak dikunci kalau aku ada diruangan ini." Ujar Darren.     

"Benarkah aku boleh masuk?" Tanya Calista lagi.     

"Tentu saja." Ujar Darren sambil tersenyum lebar.     

Calista pun berjalan mendekati ruangan yang diperbolehkan Darren. Perempuan dengan rambut agak ikal tergerai indah itu pun memutar handle pintu yang terbuat dari bahan stainless steel. Kesan pertama Calista saat masuk kedalam ruangan itu adalah, ruangan yang sangat kental nuansa maskulinny. Isi lemari yang lengkap dengan pakaian Darren dan pakaian wanita. Calista mengambil satu set pakaian wanita dan mematutnya didepan cermin seukuran full tubuh. Ukuran yang cocok dengannya tapi Calista tidak ingat apakah pernah memakainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.