Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 333. Demi Barang-barang Bermerk



III 333. Demi Barang-barang Bermerk

0"Aku belum ingat apapun tapi kamu sudah meminta hakmu." Jawab Calista dengan suara pelan.     
0

"Karena aku sudah menunggu lima tahun untuk menahan hasrat kelelakianku. Tidak ada pria yang bisa menunggu selama itu." Darren melumat bibir bawel Calista dalam-dalam dan menikmati setiap senti tubuhnya yang mulai membuatnya kecanduan lagi setiap hari mulai kemarin.     

"Aaaahh tu-tunggu. Lepaskan aku! Sepertinya aku …"     

"Aku apa?" Darren berhenti menyesap leher Calista dan menatap matanya elkat-lekat.     

Calista mendorong tubuh Darren sekuat mungkin dan dia berlari ke kamar mandi.     

"Kamu tidak apa-apa?" Pri bermata hijau mengetuk pintu kamar mandi berulang-ulang karena istrinya tidak juga keluar dari kamar mandi setelah 5 menit.     

"Hummp, aku …" Calista membuka pintu sedikit dan menunjukkan kepalanya, "Aku datang bulan. Hehe …" Wanita yang hampir saja akan dijadikan santapan makan sore oleh suaminya itu, menyeringai takut-takut. Seketika aura wajah Darren menggelap, matanya menatap tajam sang istri, "Aku akan panggil Hera." Darren keluar dari kamar dengan wajah kesal dan menghela napasnya. Pria itu dipastikan akan berpuasa lagi satu minggu dari sekarang.     

-----     

"Tuan Billy, bagaimana dengan tas yang kau janjikan? Aku malu memakai tas yang sama itu terus selama beberapa bulan ini." Maya, seorang perempuan yang menghalalkan segala cara agar bisa hidup mewah tanpa mengeluarkan sepeser uang pun, duduk diatas tubuh Billy dengan kedua pahanya menghimpit perut pria dibawahnya.     

"Aku sudah memesannya, tinggal tunggu datang satu minggu lagi." Ucap Billy dengan kedua tangannya meremas gemas paha Maya yang hanya ditutupi gaun tidur pendek seksi dengan bahan satin dan belahan dada yang sangat rendah.     

"Aahhhh, tuan Billy memang sangat pengertian. Aku suka sekali." Maya mengecup tipis bibir sugar daddynya. Billy dan Maya sama-sama tahu kalau hubungan mereka hanyalah sebatas saling menguntungkan. Billy membutuhkan pelampiasan nafsunya sedangkan Maya membutuhkan uang dan barang-barang bermerk untuk menunjang gaya hidup dan penampilannya.     

"Kamu mau aku berikan satu hadiah lagi?" Billy mengedip nakal pada sugar babynya.     

"Syaratnya apa?" Maya menempelkan dadanya diatas dada Billy dan berkata manja untuk menyenangkan hati tuannya.     

"Bawa Rani ke atas ranjangku." Jawab Billy dengan suara rendah di telinga Maya. Perempuan yang merupakan teman satu kantor dengan Rani ini, melebarkan matanya.     

"A-apa? Anda menginginkan dia? Kenapa dia? Aku bisa mencarikan gadis yang masih perawan untukmu, tuan." Maya berkata dengan suara terbata-bata.     

"Aku tidak perlu gadis perawan. Aku hanya perlu dia menghangatkan ranjangku. Dia selalu menolak permintaanku untuk berkencan. Aku rasa, aku terlalu lama membuang waktu." Billy menyeringai sinis mengingat betapa susahnya dia mendekati Rani padahal perempuan itu hidup lebih susah dan lebih banyak tanggungan dibandingkan perempuan lain, terutama Maya.     

"Baiklah bos, akan aku usahakan agar bos bisa menikmati tubuhnya. Lalu, apa hadiahnya untukku?" Maya bersuara dengan nada manja dan gerakan penuh menggoda.     

Billy membanting tubuh Maya hingga berada dibawah tubuhnya.     

"Awwww …" Pekik Maya kaget mendapat serangan tiba-tiba.     

"Aku akan memberikanmu sebuah apartemen mewah." Billy menyeringai nakal dan langsung merobek pakaian tidur yang dipakai Maya. "Sebelum aku menikmati tubuhnya, aku akan membuatmu tidak bisa bangun sampai besok." Billy yang sudah telanjang penuh sejak tadi langsung menghujamkan kejantanannya kedalam kewanitaan sugar baby yang sudah dikencaninya sejak setahun yang lalu.     

"Euggghhh, pelan-pelan bos." Maya mengerang kesakitan karena Billy tidak melakukan fore play terlebih dahulu.     

"Nikmati saja, bukan kali ini kamu merangkak ke atas ranjangku." Billy memukul paha Maya dengan kencang sambil terus mengguncang kewanitaan sekretarisnya itu dengan liar.     

"Aaaahh," Demi barang-barang bermerk, demi tempat tinggal yang mewah dan nyaman, demi bisa bersenang-senang setiap hari, Maya merelakan harga dirinya diinjak-injak dan menjadi budak seks bosnya sendiri. Terkadang Maya harus melayani teman Billy lainnya kalau dia ingin memiliki tambahan uang yang nilainya lima kali lipat dari gajinya setiap bulan. Pekerjaannya sebagai sekretaris hanyalah kamuflase saja agar orang-orang, terutama keluarganya tidak curiga dengan harta dan gaya hidup hedonism yang dimilikinya.     

-----     

"Rani, apa kamu benar-benar akan resign? Lalu kamu akan bekerja dimana?"Salah seorang teman satu tim Rani, menghampiri mejanya dan berbicang saat jam istirahat.     

"Aku belum tahu. Tapi aku pasti akan bekerja lagi suatu saat." Jawab Rani dengan ramah. Rani memang terkenal ramah dan sopan ke siapa saja. Banyak orang menyukainya, kecuali beberapa orang yang tidak menyukainya karena Rani mudah akrab dengan siapa saja, terutama para bos dan rekanan.     

"Suami kamu presdir, jadi ngapain kamu kerja? Kamu tinggal dirumah saja menikmati hidup karena kamu sudah terlalu lama bekerja keras hingga lupa libur." Jawab temannya.     

"Iya, nanti aku pikirkan lagi. Oya, kalau kamu punya teman atau saudara, kasih tahu aku ya. Biar aku tidak perlu menunggu satu bulan untuk keluar."     

"Kenapa harus satu bulan? Keluar sekarang juga tidak masalah, kalau aku jadi kamu yaa. Jumlah gaji bulananmu disini sama sama saja satu hari buat jajan." Jawab temannya.     

"Ah kamu apa sih? Gosip saja! Aku akan tetap bekerja tapi aku lagi melamar menjadi guru. Hehe …"     

"Guru? Memangnya kamu lulusan Sarjana keguruan?"     

"Aku ternyata lulusan Sarjana Kependidikan. Aku sudah melamar beberapa sekolah. Aku berharap bisa segera keluar dari sini dan segera menjadi guru." Jawab Rani penuh semangat.     

"Kabar-kabari aku kalau ada lowongan yaa. Aku sudah jenuh disini. Apalagi lihat muka Maya. Duh tuh anak, makin tidak jelas saja. Kemarin aku lihat dia pakai tas baru branded. Bawanya dipamerin gituh." Ujar temannya dengan tubuh agak tambun.     

"Sudahlah biarkan saja. Itu hak dia. Selama dia tidak mengganggu kita, biarkan saja dia dengan dunianya. Kita tidak boleh ikut campur urusan orang. Ikut aku saja yuk ke kantin. Masih ada waktu setengah jam lagi." Rani menggandeng tangan temannya menuju kantin demi meredam emosi karena sifatnya yang mudah tersinggung.     

"Rani, aku mau bicara sama kamu." Maya yang baru kembali dari jam istirahatnya, memanggil Rani yang hendak keluar bersama temannya.     

"Bisa nanti? Aku buru-buru." Rani tersenyum ramah dan pergi secepatnya ke kantin sebelum jam istirahat berakhir.     

"Ish dasar perempuan itu." Maya menghela jengkel karena diabaikan oleh ibu dua anak.     

Setelah kembali dari kantin, Maya menagih janji Rani dan menunggunya di lobi.     

"Ya sudah, sekarang kamu mau bicara ap?" Rani duduk di sofa yang ada di lobi sambil mengademkan tubuhnya yang terkena panas matahari dari luar.     

"Tiga hari lagi ikut aku untuk bertemu klien penting di hotel yang dekat pabrik kita di Bandung." Ujar Maya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.     

"Hotel di Bandung? Kenapa aku yang harus ikut? Biasanya juga Rissa yang bagian ketemu klien." Ucap Rani sambil mengernyitkan alis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.