Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 330. Terlelap Terbawa Mimpi



III 330. Terlelap Terbawa Mimpi

0"Kalian tidak tidur siang?" Darren menghampiri anak-anaknya dan mengacak-acak rambut Ratu dan Raja. Ratu tersenyum senang tapi Raja menyeringai sinis.     
0

"Dimana ibu? Bukankah kalian tadi bersama naik ke kamar?" Dengan polosnya, Ratu bertanya pada Darren yang langsung duduk ditengah-tengah mereka.     

"Ibu sedang tidur. Ibu terlalu lelah jadi tidak tahan untuk memejamkan mata." Ucap Darren sambil mengangkat tubuh Ratu dan diletakkan diatas pangkuannya.     

"Kenapa ibu kelelahan? Bukankah tadi habis makan siang, ibu masih segar bugar?" Tanya Ratu lagi.     

"Sudahlah, jangan ganggu ibu kalian. Oya, mulai sekarang ini adalah rumah kalian. Kamar kalian sudah ayah siapkan untuk kalian. Mulai besok, akan ada supir yang antar jemput kalian sekolah. Kalian boleh memanggil aku ayah atau daddy. Terserah kalian. Tapi, jangan panggil kamu atau om." Khusus untuk kalimat terakhir, Darren menekankan kalimatnya sambil melihat wajah Raja yang menyeringai sinis.     

"Asikkk kami punya ayah. Ayah baik-baik sama ibu ya. Kasihan ibu bekerja keras setiap hari demi kami." Ucap Ratu. Memang anak perempuan lebih peka terhadap suasana sekitarnya. Mudah mengeluarkan emosi untuk hal yang dekat dengannya.     

"Pasti, ayah akan membayar hutang ayah selama lima tahun ini kepada kalian. Tapi, ayah mohon bantuan kalian untuk ibu kalian agar mau tinggal disini dan percaya pada apa yang ayah lakukan, semua demi kebaikan kalian." Jawab Darren.     

"Baik ayah." Jawab Ratu.     

"Ratu, anak cantik ke kamar dulu ya. Ayah mau bicara dengan kakak kamu." Darren merasa kalau dia harus berbicara empat mata dengan anak lelaki yang sifatnya hampir mirip dengannya. Raja yang sedang menonton tv langsung mengernyitkan alis mendengar keinginan ayahnya.     

"Baik ayah. Ratu juga sudah capek, mau langsung tidur." Ucap Ratu.     

"Sebentar. Hera, antar Ratu ke kamarnya dan bantu dia berganti baju tidur." Hera, kepala pelayan setia yang sudah bekerja puluhan tahun mendampingi Darren, berjalan mendekat dan membungkuk hormat.     

"Siap tuan. Mari nona." Hera menuntun Ratu masuk kedalam kamarnya. Kini tinggallah ayah dan anak didalam ruang keluarga.     

"Raja, baiklah. Ayah ingin bicara dengan kamu." Darren berdiri dan memposisikan dirinya duduk dihadapan anaknya yang sangat susah didekati. Darren berpikir, jangan-jangan dulu dia dan papinya seperti ini.     

Raja diam dan mengambil remote untuk mematikan tv. Meskipun dia tidak suka dengan kehadiran ayahnya yang tiba-tiba, namun ibunya selalu mengajarkannya untuk selalu sopan dan hormat pada yang lebih tua.     

"Raja, ayah tahu kalau semua ini bagi kamu adalah terlalu mendadak. Tapi percayalah, bagi ayah yang sudah mencari kalian selama lima tahun, ini sudah terlalu lama. Ayah butuh dukungan kalian agar bisa segera membuat ingatan ibu kalian pulih kembali. Dulu ibu kalian itu sangat gesit, ceria, dan sama bawelnya seperti Ratu. Ayah rindu ibu kalian yang seperti itu." Darren menatap wajah anak lelakinya dengan penuh kasih sayang layaknya seorang bapak.     

"Iya." Jawab Raja singkat.     

"Iya apa?" Darren mengernyitkan alisnya.     

"Iya, aku akan membantu ibu agar ingatan ibu kembali. Sekarang boleh aku ke kamar?" Raja berkata dengan nada lebih lunak.     

"Tentu saja. Kamu dan adik kamu istirahat dulu." Darren bangkit dari duduknya dan mengusap kepala sang anak. Raja berdiri dan melangkah menuju kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Darren memandang Raja hingga anak itu menghilang masuk kedalam kamar.     

Pria bermata hijau itu merentangkan kedua tangannya dan bertolak pinggang. Senyum lebar mengembang di bibirnya. Sesuatu yang tidak pernah terjadi sejak lima tahun yang lalu.     

"Aku kekamar juga ah." Darren berjalan cepat menuju kamar dimana istrinya masih tertidur pulas. Senyum tidak lepas dari bibirnya. Semua pelayan yang melihat perubahan suasana pagi ini menjadi lebih senang dan menghela napas lega.     

"Akhirnya, nyonya Calista datang kembali ke rumah ini. Kehadirannya selalu membuat rumah menjadi lebih hidup dan penuh warna. Aku paling suka sekali melihat nyonya Calista kalau sedang latihan yoga. Tubuhnya lentur dan gerakannya indah. Meski lagi hamil besar pun, nyonya masih bisa tetap ber yoga." Ucap salah seorang pelayan lama yang masih tetap bertahan meski ucapan dan perbuatan Darren sangat keras selama kehilangan anak istrinya.     

Banyak pelayan yang mengundurkan diri karena tidak kuat dengan perlakuan Darren yang semena-mena saat dalam kondisi terpuruk. Namun, banyak juga yang bertahan dan yakin kalau Darren, majikan mereka sebenarnya pria yang baik. Hanya keadaanlah yang membuatnya menjadi seperti monster tak tersentuh.     

Darren mendekati istrinya yang masih terlelap karena sangat kelelahan. Tampak beberapa bercak di lengan, leher, dan dada Calista bertebaran dimana-mana. Darren mengatupkan bibirnya menyadari betapa ganasnya dia setelah lama tidak berhubungan intim. Pria itu pun ikut menyusup kedalam selimut yang sama dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Darren memasukkan lengannya kebawah leher sang istri lalu meraih wajah sang istri agar menghadap dadanya. Tidak butuh waktu lama, pria bermata hijau itu pun ikut terlelap terbawa mimpi bersama wanita tercinta didalam pelukannya.     

-----     

Darren meraba-raba kasur disebelahnya dengan mata terpejam. Tidak ada siapa-siapa. Istrinya sudah tidak ada lagi di kasur. Darren pun membuka matanya perlahan dan segera duduk masih dengan jiwa belum sepenuhnya konek dengan kenyataan.     

"Calista …"     

"Calista …"     

Menunggu beberapa lama namun tidak ada yang menjawab panggilannya. Darren pun memutuskan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Wajah tampannya yang kusut kembali segar setelah terpercik air dingin. Darren mencari telpon genggamnya dan melihat waktu. Astaga, aku tertidur selama tiga jam lebih, pekiknya. Darren melihat cermin di dekat meja rias dan merapihkan rambutnya lalu pria beranak dua itu pun keluar kamar dengan langkah panjang dan santainya.     

Darren mencari-cari kemana ornag-orang, terutama istri dan kedua anaknya.     

"Hera, dimana istri dan anak-anakku?" Hera yang baru saja keluar dari dapur, langsung mendapat pertanyaan dari pemilik rumah.     

"Anak-anak ada ditaman bermain. Sementara nyonya Calista sedang menerima tamu di teras samping." Ujar Hera.     

"Tamu? Dia baru kembali pulang sudah memiliki tamu?" Darren bergumam lalu melangkahkan kakinya menuju teras samping untuk melihat tamu yang dimaksud.     

Oh ternyata tamunya adalah …     

"Hai, tuan rumah. Pasti hari ini sedang bahagia luar biasa karena sudah menemukan kembali istri dan anak-anaknya. Hahaha …" Para tamunya tidak lain adalah Lewis dan keluarganya juga Dave dan keluarganya. Mereka tampak sangat senang mendengar Calista kembali dan segera datang kerumah Darren untuk memastikan langsung berita tersebut.     

"Selamat ya, sekarang kalian telah berkumpul kembali. " Dave mengulurkan tangannya pada Darren untuk berjabat tangan. Lewis pun turut berjabat tangan dengannya mengucapkan selamat. Darren membalas ucapan selamat tersebut dengan senang hati.     

"Oya, besok adalah hari ulang tahun Raja dan Ratu. Acaranya di adakan di sekolah anak-anak. Tapi aku juga mengadakan dirumah setelah mereka pulang sekolah. Kalian besok kesini ya, jangan lupa bawa kado yang besar." Ucap Darren sambil tersenyum cerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.