Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 329. Rumah Ini Hidup Kembali



III 329. Rumah Ini Hidup Kembali

0Darren merasakan buah dada Calista lebih besar dari sebelumnya. Mungkin karena telah melewati fase menyusui sehingga lebih berisi dan semakin padat.     
0

"Kamu kamu, masih banyak orang dibawah. Hahhh ... hahhh ... bagaimana bisa kamu melakukan ini sekarang?" Darren benar-benar tidak peduli dengan orang lain. Ada kakek nenek yang bisa membantu menjaga anak-anaknya.     

"Jangan khawatirkan mereka. Yang perlu kamu khawatirkan adalah aku. Aku sudah tidak tahan lagi sayang."     

"Aaahhhh ..."     

Darren membuka semua pakaian yang melekat di tubuh Calista dan dirinya sendiri. Kini tubuh mereka sudah telanjang sepenuhnya. Calista menutup wajahnya malu. Namun, Darren membukanya dan menyatukan diatas kepalanya.     

"Bersiaplah sayang, aku akan memberikan hakmu dan menunaikan kewajibanku."     

"Euuggggghhhhh ..." Rani mengerang merasakan kejantanan Darren menghujam masuk kedalam kewanitaanya dan mengobrak abrik dengan 'senjatanya yang luar biasa'.     

"Aaahhhh," Darren pun mengerang merasakan kembali kenikmatan yang telah lama hilang dari hidupnya selama lima tahun ini. Kenikmatan yang hanya dia alami bersama istri tercinta yang telah memberinya sepasang anak kembar, Raja dan Ratu.     

-----     

"Kakek, ayah dan ibu dimana?" Ratu baru menyadari bahwa dia kehilangan ibunya karena keasyikannya menikmati banyaknya kue dan es krim yang disediakan untuk dia dan kakaknya, Raja.     

Donni yang mendapat pertanyaan seperti itu, langsung tersenyum tipis dan berkata, "Ibu kalian sedang melihat kamar bersama ayah kalian." Agnes, Sara, dan James menyeringai bingung. Darren sungguh keterlaluan meninggalkan anak-anaknya demi memuaskan keinginan batinnya yang lama terpendam. Meksipun begitu, harusnya dia bisa menahan hingga malam tiba.     

"Raja dan Ratu, main sama kakek nenek dan oma opa saja ya. Kalian sangat cantik dan tampan. Wajah kalian mirip sekali dengan ayah dan ibu kalian. Warna mata Raja sama dengan ayah, sedangkan warna mata Ratu sama dengan ibu. Kalian benar-benar fotokopian ayah dan ibu." Jawab Sara sambil mengusap rambut Ratu dan Raja bergantian.     

"Ceritakan pada kami, bagaimana kehidupan kalian bersama ibu kalian selama ini. Apa kalian senang atau bagaimana?" Agnes bertanya dengan wajah penuh welas asih dan kasih sayang.     

"Ibu bekerja berangkat sebelum kami bangun dan pulang setelah kami tidur. Kami dititipkan pada ibu pengasuh yang tinggal dekat rumah. Ibu pengasuh itu sangat baik. Kami sering dikasih makanan. Kalau ibu tidak bekerja, ibu membuatkan kami kue-kue yang enak dan kami jalan-jalan naik mobil umum." Jawab Ratu sambil matanya mengembara mencoba mengingat apa saja kenangan mereka bertiga saat masih tinggal di rumah kontrakan yang hanya terdiri dari satu kamar tidur.     

Ke empat kakek nenek yang mendengarkan cerita Ratu, langsung merasa sedih dan kasihan dengan nasib anak dan cucu-cucu mereka. Selama lima tahun harus tinggal jauh dari orangtua dan hidup seadanya.     

"Kami sudah terbiasa hidup apa adanya. Tanpa mobil, tanpa pengawal, tanpa hadiah. Yang penting ada ibu yang selalu menyayangi kami." Ucap Raja tiba-tiba dengan nada datar tanpa ekspresi.     

"Huft, kamu benar-benar mirip ayah kamu. Dari sifat sampai fisik." Sara menghela napas menatap Raja yang duduk dengan kedua tangan dilipat didepan dada.     

"Kak Raja memang sok dingin dan cuek. Tapi, kak Raja sangat sayang pada aku dan ibu. Kak Raja yang maju paling depan menolak om-om yang suka godain ibu." Jawab Ratu sambil memeluk kakak kembar kesayangannya.     

Raja menyingkir menjauh tidak suka dipeluk namun Ratu memaksanya hingga terjadilah lari-larian antara dua anak kembar tersebut, membuat suasana rumah yang semula sunyi senyap kini mendadak ramai dengan suara tertawa Ratu dan suara marah-marah Raja.     

"Akhirnya, rumah ini hidup kembali. Darren pasti sangat bahagia. Kita akan bantu Calista menemukan kembali ingatannya." Ujar Sara pada Agnes yang duduk di sebelahnya.     

"Pasti. Aku ingin anakku mendapatkan kembali ingatannya. Ternyata, cucu-cucuku hampir seumuran dengan anakku." Agnes tersenyum malu mengingatnya.     

"Oh iya, dimana Axel? Kenapa tidak diajak?" Sara baru teringat dengan anak kedua Agnes.     

"Masih di sekolah. Nanti habis dari sini kami mau jemput pulang sekolah." Jawab Agnes dengan senyum manisnya.     

Meskipun Agnes sudah berusia empat puluh empat tahun, namun ketika berada di sekolah anaknya dan bergabung dengan ibu-ibu lain, mereka semua mengira Agnes masih berusia 30 tahun. Agnes bersyukur masih diberi amanah berupa anak meski usianya tidak lagi muda.     

Dua jam kemudian, tampak sang pemilik rumah yang lima tahun belakang selalu tampak mengerikan tanpa senyum, kini menuruni anak tangga dengan senyum yang lebar sampai ke telinga dan rambut yang setengah basah.     

"Dimana Calista?" Sara bertanya begitu melihat anaknya turun dari lantai dua.     

"Masih tidur, mom." Jawab Darren dengan enteng. Sara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya yang kembali absurd dan semaunya sendiri.     

"Papi mami mau pulang dulu ya. Besok kami akan datang ke sekolah cucu-cucu kami." James menepuk bahu Darren dari belakang dan berkata dengan suara tegasnya.     

"Terima kasih, mami papi sudah mau datang dan menemani Raja Ratu." Jawab Darren.     

"Sudah seharusnya. Oya, selamat menikmati hidupmu kembali ya sayang. Cepat lambat Calista pasti akan mengingat semuanya kembali. Kamu yang sabar saja ya, sayang." Ucap Sara.     

"Iya mi, pasti. Sekarang hidup kami lebih berwarna dengan kehadiran anak-anak. Aku tidak akan seperti lima tahun yang lalu yang bebas tanpa aturan yang mengikat." Ucap Darren.     

"Baiklah, mami papi percaya padamu. Kami pulang dulu sekarang." Mami dan papi mencium pipi Darren bergantian. Dan, kedua orangtua Darren pun pulang meninggalkan kediaman anaknya yang sudah menemukan kembali semangat hidupnya.     

"Darren, kamu juga pulang dulu ya. Kami mau menjemput Axel di sekolahnya." Papah Donni berkata. Disusul dengan mamah Agnes berjalan dibelakangnya.     

"Iya pah mah, terima kasih banyak sudah menyambut dan menemani istri dan anak-anakku pulang. Kalau kesini, jangan lupa bawa Axel biar bisa bermain dengan Raja dan Ratu." Jawab Darren.     

"Pasti itu. Biarkan Calista istirahat lebih lama. Anak-anakmu sangat pintar dan cakep-cakep. Oya, kamu harus lebih sabar jika bicara dengan Raja. Cara berpikirnya kritis sekali dan dewasa." Ucap Donni. Dibalas dengan kekehan Agnes disebelahnya.     

"Iya pah mah, pasti. Sampai bertemu besok." Besok adalah acara ulang tahun Raja dan Ratu yang dirayakan di sekolah mereka bersama teman-teman dan guru. Ini merupakan perayaan ulang tahun pertama bagi mereka. Rani membolehkan dibuat acara ulang tahun karena sekaligus berbagi rezeki dengan pihak sekolah.     

"Pasti. Ya sudah kami pulang dulu." Donni dan Darren berpelukan erat dan begitu juga ke mamah mertuanya.     

Rumah kembali sepi, tinggal dua anak yang masih asyik menonton televisi acara kartun di ruangan keluarga.     

"Kalian tidak tidur siang?" Darren menghampiri anak-anaknya dan mengacak-acak rambut Ratu dan Raja. Ratu tersenyum senang tapi Raja menyeringai sinis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.