Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 328. Buka Puasa



III 328. Buka Puasa

0"I love you sayang. I miss you so much." Darren memegang tengkuk dan semakin memperdalam ciuman mereka. Rani merasa pria ini sangat baik dan menyayanginya. Rani pun memeluk tubuh Darren dengan kedua tangannya berada di punggung pria bermata hijau tersebut.     
0

Setelah beberapa saat, Darren melepaskan ciuman dan mengusap bibir wanita yang dulu selalu mendebat setiap ucapannya dan mewarnai hari-harinya dengan sikap keras kepalanya.     

"Aku akan bantu kamu untuk memulihkan ingatanmu kembali. Mulai sekarang, kita akan pulang kerumah kita dan berkumpul kembali. Aku ingin anak-anakku mendapatkan fasilitas dan rumah yang seharusnya mereka miliki sejak dilahirkan.     

Rani mengangguk pelan. Yang terpenting, dia senang karena anak-anaknya menemukan kembali ayahnya dan mereka akan memiliki keluarga yang utuh. Soal ingatannya yang belum kembali, mungkin dengan tinggal bersama pria ini, semua ingatannya perlahan akan muncul kembali.     

Darren menangkup pipi sang istri dengan kedua tangannya dan mengecup ubun-ubunnya seperti yang selalu dilakukannya dulu. Rani merasakan kehangatan yang pernah dia rasakan sebelumnya.     

"Ayo kita kembali ke ruangan. Anak-anak sudah menunggu." Rani mengangguk pasrah mendengar ucapan pria yang baru saja memplokamirkan dirinya sebagai suaminya sekaligus ayah dari si kembar.     

"Kalian makan yang banyak. Setelah ini kalian tinggal dirumah daddy. Rumah kita berempat. Kakek nenek kalian sudah menunggu dirumah." Jawab Darren sambil memandangi anak-anak cakepnya yang sedang lahap makan. Raja meskipun paling sinis padanya tapi cara makannya tetaplah seorang anak-anak.     

"Kakek nenek? Kami punya kakek nenek? Wah, ratu senang sekali." Ratu berteriak kegirangan. Rani tersenyum senang melihat anak-anaknya tidak pernah sebahagia ini.     

Setelah satu jam lebih acara makan, Darren melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Dia sudah menelpon papi mami dan papah mamahnya. Mereka sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Calista yang lama telah hilang dan juga cucu-cucu mereka.     

Akhirnya, mereka sampai juga didepan pagar rumah The Anderson. Raja dan Ratu terkagum-kagum melihat dari luar besar dan mewahnya rumah daddy mereka. Mereka belum pernah melihat rumah besar didepan mata mereka langsung. Biasanya mereka hanya melihat di jalanan ketika menuju dan pulang dari sekolah.     

"Ayo kita turun." Mereka bertiga pun akhirnya turun di depan rumah Darren. Didepan pintu, Sara dan Suaminya juga Agnes dan Donni telah menunggu dan menanti kedatangan mereka.     

"Calista?" Agnes berteriak penuh haru melihat anak perempuan satu-satunya telah kembali. Wanita yang masih tetap cantik di usia empat puluh lima itu mendekap dan memeluk erat Calista yang masih bingung. Agnes menangis sesenggukan mendapati anaknya pulang kembali.     

Semua orang menangis gembira menyambut anggota keluarga yang telah lama hilang. Raja dan Ratu menjadi bintangnya. Semua kakek neneknya langsung memanjakan mereka dengan segala ciuman dan pelukan haru. Darren senang tidak terkira istri tercinta dan anak-anaknya sudah kembali pulang.     

Darren mengajak anak kembarnya untuk menuju kamar mereka di lantai 1 yang telah dipersiapkan secara mendadak sejak kemarin. Mereka berada dalam satu kamar namun beda dekorasi. Ratu di sebelah kanan dengan cat tembok dan segala pernak pernik warna biru. Sedangkan Raja disebelah kiri dengan cat tembok warna coklat dan aneka karakter superheroes masing-masing.     

Darren pun mengajak Calista menuju ke kamarnya di lantai dua. Kamar mereka sejak pengantin baru sampai sekarang yang tidak pernah berubah. Darren berharap Calista menemukan kembali ingatannya secara perlahan. Calista sudah mengalami begitu banyak penderitaan sejak menikah dengannya. Namun, Darren tidak ingin menyerah. Dia akan memberikan yang terbaik untuk sang istri juga kedua anaknya.     

Calista masuk kedalam kamar dan memegang satu persatu benda yang ada didalamnya. Lemari pakaian, meja rias, jendela, kasur, dan semuanya. Namun belum juga mampu mengembalikan ingatannya.     

"Tidak usah terburu-buru. Ini adalah rumahmu, aku dan mereka dibawah adalah keluargamu. Hanya masalah waktu saja untuk mengembalikan ingatanmu, sayang." Jawab Darren sambil mendekap tubuh Calista dari samping.     

"Bagaimana kalau ingatanku tidak akan kembali? Bagaimana kalau harapanmu tidak akan kesampaian?" Suaranya bergetar menahan tangis jika semua itu tidak akan pernah terjadi.     

"Kalau begitu, kita mulai dari 0 kembali. Sama seperti saat kita tidak mengenal satu sama lain, menikah, lalu punya anak." Jawab Darren demi untuk menenangkan hati sang istri.     

"Mulai dari 0? Punya anak? Ta-tapi, aku sudah punya anak." Jawab Calista bingung.     

"Anak kita berdua, bukan hanya anakmu. Yaahh anggap saja kita pengantin baru lagi. Jadi kita harus memiliki anak lagi." Jawab Darren dengan seringai nakalnya.     

"Kamu? Dasar mesum!" Calista hendak berlari pergi namun tangannya ditarik Darren sehingga tanpa sadar tubuhnya jatuh diatas dada Darren dan Darren menangkapnya lalu membaliknya hingga tubuhnya diatas tubuh Calista.     

"Sayang, jangan memancingku. Aku sudah berpuasa selama lima tahun dan aku ... dengan senang hati akan buka puasa sekarang juga." Jawab Darren dengan mata penuh cinta menatap Calista.     

"Tunggu dulu, aku ... aku belum menerimamu menjadi suamiku, jadi ja-jangan ambil kesempatan dalam kesempitan." Jawab Rani ketakutan dan memalingkan wajahnya ke samping.     

"Suka atau tidak, kamu harus menerima aku menjadi suamimu. Karena pernikahan kita sudah sah secara agama dan negara." Ucap Darren setengah berbisik di telinga Calista.     

"Be-benarkah? Apakah kamu bisa membuktikannya dengan menunjukkan padaku surat-surat itu?" Tantang Rani.     

"Tentu saja. Tapi setelah itu, aku meminta kompensasinya." Jawab Darren.     

"Kom-kompensasi apa?" Wajah Calista sudah merah seperti tomat sampai ke telinga. Pria ini benar-benar penggoda ulung. Suara berat dan dalamnya, hembusan napasnya, detak jantungnya yang menempel didadanya, juga aroma tubuhnya, Rani merasa dia sudah kalah sepenuhnya. Rani pun merasakan gejolak didalam dadanya yang berdegup kencang.     

"Mungkin sedikit ciuman," Pinta Darren.     

"Apa?" Calista memalingkan wajahnya menatap Darren sehingga gerakannya tanpa sadar telah membuat bibir mereka saling bersentuhan satu sama lain dan hidung mereka pun bergesek.     

Darren tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Pria bermata hijau itu melumat dalam-dalam bibir Calista dan melesakkan lidahnya menyusuri rongga mulut perempuan yang sudah pasrah sejak tadi. Bibirnya berkata tidak tapi tubuhnya berkata lain. Dia menginginkannya, ya dia menginginkannya.     

Merasa mendapatkan lampu hijau, Darren langsung membuka pakaiannya dan pakaian Calista. Naluri kelelakiannya yang sudah lama tertahan, kini mengeras dan menegang kembali.     

"Aku menginginkanmu sekarang." Darren menyesap leher Calista seperti yang selalu dilakukannya sejak dulu. Calista melenguh dan mendesah merasakan kulitnya disesap.     

Darren meremas dada sang istri dan menghisap kuncupnya setelah bra berwarna hitam yang kontras dengan kulit pemiliknya itu terlepas dari tubuhnya.     

"Aaahhhh," Kulit tubuh Calista meremang dan bergetar. Kedua tangan Calista meremas rambut pria yang dengan lancangnya mengulum buah dadanya.     

Darren merasakan buah dada Calista lebih besar dari sebelumnya. Mungkin karena telah melewati fase menyusui sehingga lebih berisi dan semakin padat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.