Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 324. Pria Paling Tampan



III 324. Pria Paling Tampan

0Rani pun keluar membawa amanat yang harus diselesaikan dengan timnya secepatnya. Sementara itu, Billy mengepalkan keras tangannya. Semakin dia ingin melupakan Rani, semakin pria Korea itu ingin memilikinya. Kecantikan Rani, sifat keibuannya, keramahannya, dan justru sifat kemandiriannya yang membuat Billy ingin mengenal lebih jauh dengan kehidupan pribadinya.     
0

"Maya," Billy memanggil sekretarisnya yang duduk di luar.     

"Iya bos." Maya, perempuan seksi yang juga merupakan salah satu wanita penggemar Billy, datang kedalam ruangan Billy dan berkata dengan manja.     

"Buat penyambutan besok apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" Billy bertanya dengan logat khas Korea yang masih agak kental.     

"Sudah bos, mulai dari ruang rapat, materi, makanan, dan semuanya." Ucap Maya sambil tersenyum manis.     

"Bagus. Ingat, dia adalah salah satu investor besar. Aku sendiri heran kok dia mau berinvestasi tiba-tiba di perusahaan ini. Entah siapa yang melobinya tapi aku mengucapkan terima kasih padanya." Ujar Billy.     

"Iya bos!"     

"Ya sudah, kamu boleh keluar." Ujar Billy.     

"Bos, hmm, apa aku boleh menemani bos malam ini?" Maya berjalan mendekati Billy dengan tatapan menggodanya.     

"Malam ini? Hmm, kenapa? Apa kamu butuh uang segera?" Billy memang terkenal ceplas-ceplos terhadap para perempuan penikmat seks bersamanya. Namun, Billy pria yang royal terhadap uang jika bisa menyenangkan hatinya.     

"Hmm anu, aku … aku ingin membeli tas keluaran terbaru. Sekretaris divisi lain sudah memakainya, sedangkan aku masih memakai tas keluaran Bandung. Andaikan, aku bisa memakai tas dari merk ternama dari luar, bukankah akan meningkatkan citra divisi marketing juga?" Maya berkata sambil membuka dua kancing kemejanya sehingga menampakkan bra yang hampir menyembul keluar isinya.     

"Huh, temui aku di hotel seperti biasa. Langsung check in saja dan beritahu aku kamarnya kalau sudah." Ujar Billy. Hawa nafsunya sudah tertahan selama satu minggu dan kini mangsa sudah datang sendiri tanpa perlu memasang umpan. Meskipun mangsanya bukan sesuai target tapi lumayan hebat juga di ranjang karena pernah mencicipi Maya dua – tiga kali.     

"Terima kasih bos, aku pasti tidak akan mengecewakanmu." Jawab Maya dengan kedipan matanya.     

"Tentu saja." Billy tersenyum senang karena meskipun dia tidak mendapatkan batu berlian, setidaknya remahannya pun tidak masalah.     

"Ibu?     

"Hai, anak lelaki ibu yang sangat tampan dan berwibawa juga murah senyum dan rajin menabung. Ada perlu apa tumben telpon ibu?" Rani yang sedang menyortir dokuman sesuai tempatnya, berhenti sebentar untuk menerima pangilan dari anak lelaki kembarnya yang selalu dingin dan cuek tapi sangat hangat pada ibunya.     

"Ibu, aku ingin bertanya. Jika suatu saat ibu bertemu dengan ayah, apa yang akan ibu lakukan?" Raja yang menelpon dari telpon rumah itu bertanya.     

"Apa yang akan ibu lakukan? Kenapa kamu bertanya hal seperti ini? Raja, kamu dan adik kamu sudah tahu dengan jelas bahwa ibu melahirkan kalian dalam keadaan lupa ingatan. Ibu juga tidak tahu apakah ayah kalian sebenarnya sangat menyayangi ibu atau tidak. Tapi, ibu yakin, dia sangat menyayangi kalian." Rani berkata dengan pikiran mengembara.     

"Bagaimana ibu bisa tahu? Ibu kan belum pernah bertemu dengannya." Ucap Raja.     

"Feeling sayang. Feeling ibu mengatakan kalau dia mencari-cari dimana keberadaan kalian dan pasti dia sangat merindukan kalian." Ucap Rani.     

"Ibu, kami sangat menyayangi ibu, kami tidak ingin meninggalkan ibu." Raja berkata dengan suara setengah serak.     

"Kamu bilang apa sih? Tidak ada ibu yang meninggalkan anaknya. Sudah sudah, kamu sudah makan, sayang?" Rani gantian bertanya.     

"Sudah ibu." Jawab anak lelaki tampan bermata hijau cemerlang itu.     

-----     

Suasana sebuah kantor yang biasa terlihat kaku dan biasa saja, kini mendadak lebih bersih dari biasanya, semua karyawan lebih rapih dari biasanya, dan semua orang lebih semangat dari biasanya. Tamu yang mereka nantikan kabarnya sedang dalam perjalanan dan sebentar lagi akan sampai.     

Rani yang tidak ikut serta dalam euphoria staf di barisan depan, berdiri bersama beberapa teman sesama marketing lainnya di divisi khusus mereka.     

"Dengar-dengar, yang akan datang ini adalah presdir paling tampan namun juga paling anti berdekatan dengan wanita." Salah seorang teman Rani berbisik-bisik dengan teman disebelahnya. Rani yang mencuri dengar tidak sengaja hanya diam saja.     

"Anti berdekatan dengan wanita maksud kamu … gay?" Tanya teman satunya.     

"Bukan, dia sudah berpisah dengan istrinya jadi mungkin semacam trauma begitu."     

"Oh, duda ya? Wahhh, sesuai sekali dengan kriteriaku. Seorang duda tampan dan kaya raya. Hehehe …" Mereka berdua saling tertawa dengan suara rendah satu sama lain.     

"Kalian bisa diam tidak? Nanti kalau terdengar yang lain, jadi malu menyebar gosip seperti ini." Maya, sang sekretaris tiba-tiba muncul dari arah belakang yang mengagetkan keduanya, termasuk Rani yang menggeser berdirinya menjauh.     

Dua teman Rani yang sedang bergosip tadi saling melirik satu sama lain dan mata mereka memberi kode untuk melihat kearah Maya tepatnya, di arah leher Maya. Tampak bekas kiss mark yang tidak tertutup terlihat jelas disana. Kedua teman Rani menyeringai sinis melihatnya, sementara Maya tidak menyadari hal tersebut.     

"Maya," Ucap Rani pelan.     

"Ada apa? Kamu juga mau bergosip?" Dengan ketus Maya berkata.     

"Tidak sama sekali. Aku hanya ingin bilang, kerah kemejamu kurang tinggi." Rani berkata dengan mata lurus menghadap ke depan.     

"Maksud kamu apa?" Maya mengernyitkan dahinya.     

"Huft, kamu ke kamar mandi sana dan cek sendiri lehermu." Ucap Rani dengan ekspresi datar.     

Rani melebarkan matanya. Jangan-jangan … Perempuan itu pun segera menyingkir keluar dari barisan menuju tempat yang disarankan Rani. Kedua teman Rani yang tadi bergosip spontan tertawa terbahak-bahak sampai memegang perut mereka menahan geli yang teramat sangat. Rani menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua teman satu divisinya.     

"Eh sudah datang, mobilnya sudah datang." Teriak salah seorang. Mereka pun segera berdiri dengan rapih, karena akan menyambut orang yang kabarnya lebih berpengaruh dari seorang pejabat daerah sekalipun.     

Tampak beberapa bos dari berbagai divisi berdiri menyambut di pintu keluar ketika mobil hitam mewah Lamborghini Veneno tiba didepan mereka. Dibelakangnya pun datang sebuah mobil dengan kelas berbeda namun tidak berbeda jauh harganya. Lamborghini itu parkir di tempat khusus yang telah disediakan. Dari dalam mobil keluarlah seorang pria perawakan Timur Tengah dengan postur tinggi menjulang dan rambut hitam legam. Kacamata hitam yang belum dibukanya, masih menyembunyikan warna mata yang memikat kaum hawa. Bulu-bulu halus di sekitar rahang semakin membuat ketampanan pria itu bertambah sekian ribu persen.     

Semua karyawan wanita terpesona dan terbelalak kagum dengan mata berbinar-binar mereka. Tapi tidak dengan Rani yang bisa melihat kedatangan pria itu meski dari jarak jauh. Baginya, pria paling tampan adalah anaknya, Raja. Tidak ada celah buat pria lain di hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.