Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 320. Dua Helai Rambut



III 320. Dua Helai Rambut

0"Tidak mungkin ibu kalian membunyikan bel. Sebentar tante lihat dulu. Kalian lanjutkan makanan kalian." Rosa memundurkan kursinya dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.     
0

"Andrew, kamu …" Rosa mengerjapkan matanya berulang-ulang. Bukan karena melihat Andrew yang datang, tapi pria yang berdiri dibelakang Andrew. Pria dengan jas serba hitam dan kacamata hitamnya itu, berdiri gagah dengan kedua kedua tangan dimasukkan kedalam kantong celananya. Wajahnya yang dingin tanpa ekspresi membuat Rosa tidak bisa berkata sepatah katapun.     

"Sayang, bosku yang ingin datang." Andrew berkata dengan suara setengah berbisik.     

"Owh," Rosa hanya bisa menjawab singkat. "Kalau begitu, silahkan masuk. Maaf rumahnya kecil jadi mungkin tidak sesuai dengan harapan kalian." Rosa masuk kedalam rumah dan mempersilahkan kedua pria itu untuk masuk. Raja dan Ratu yang sedang makan, langsung menghentikan makannya dan berdiri melihat pria yang belum lama dilihatnya.     

Darren melepas kacamatanya dan melihat kembali dua anak yang membuatnya penasaran. Yang anak perempuan sepertinya lebih berperasaan dan mau tersenyum padanya meski tipis. Tapi tidak dengan anak lelaki itu. Tampangnya yang dingin dan matanya tidak berkedip melihatnya, membuat suasana didalam rumah mendadak suram. Andrew merasa tatapan anak lelaki itu seperti tatapan bosnya jika sedang marah.     

"Boleh aku duduk?" Darren berkata dengan suara dilembutkan.     

"Kalau tidak boleh bagaimana?" Raja balik bertanya.     

"Kakak!"     

"Raja!"     

Andrew hanya bisa menelan salivanya susah payah. Sepertinya sang bos menemukan lawan yang seimbang.     

"Hehehe, maafkan anak kecil suka becanda. Silahkan duduk." Rosa menarik tubuh Raja untuk dekat padanya.     

Darren pun langsung duduk tanpa sungkan di sofa sederhana yang mungkin harganya lebih murah dibandingkan sofa yang ada di pos keamanan dirumahnya. Darren melihat seisi rumah yang sangat minimalis. Tanpa perabotan yang tidak penting.     

"Kenapa kalian tidak duduk?" Darren bertanya. Reflek semuanya ikut duduk, termasuk Raja yang duduk berhadapan dengan Darren. Ratu dan Rosa duduk disebelahnya, dan Andrew duduk di sofa single sebelah Raja dan Darren.     

"Om, apakah om mengenal ibu kami?" Ratu tiba-tiba berbicara memecah kesunyian.     

"Ibu kalian? Oya, dimana ibu kalian? Apa sedang bekerja?" Darren tidak melihat penghuni rumah lain selain mereka bertiga.     

"Rani sedang tugas luar kota hari ini dan pulang besok. Makanya aku yang menemani anak-anak hari ini." Jawab Rosa sambil tersenyum canggung.     

"Rani? Jadi nama ibu mereka adalah Rani?" Gumam Darren dalam hati.     

"Apakah anda ada urusan lain selain bertanya dimana ibuku?" Raja yang sejak pertama bertemu tidak menyukai Darren, selalu mengatakan kalimat menusuk yang membuat Darren mengeraskan rahangnya menahan gemas dan emosi.     

"Anak muda, kenapa kamu sepertinya membenci aku? Apa kamu punya alasan khusus?" Darren berkata sambil memajukan tubuhnya dan meletakkan dua sikut diatas kedua pahanya.     

"Tidak ada! Aku hanya tidak suka ada pria yang bertanya-tanya tentang ibuku." Jawab Raja tegas.     

"Huh, kamu benar-benar anak yang luar biasa. Masih sekecil ini sudah berani berkata tajam pada orangtua." Jawab Darren.     

"Kenapa tidak? Anda bukan orangtuaku!" Jawab Raja lagi.     

Rosa dan Andrew merasa jantung mereka sudah berhenti berdetak sejak tadi melihat dua pria dihadapan mereka saling berkata yang memancing emosi satu sama lain. Terutama Andrew yang merasakan bocah lelaki ini benar-benar fotokopian bos presdirnya.     

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa berbicara dengan anak ini. Anda siapa?" Darren bertanya pada Rosa karena pria bermata hijau itu lelah sendiri setelah berbicara dengan bocah lelaki dihadapannya yang selalu melemparkan aura permusuhan.     

"Saya Rosa, tante mereka." Jawab Rosa dengan sedikit gemetar karena aura yang ditebar Darren benar-benar membuatnya ngeri.     

"Berapa usia mereka kalau boleh tahu?" Tanya Darren lagi. Raja tampak tidak suka dengan Darren yang tidak menganggapnya dan malah bertanya pada tante mereka.     

"Tiga hari lagi usia mereka lima tahun." Jawab Rosa.     

Andrew melihat Darren dan mereka pun saling bertatapan mata. "Mungkinkah?" Pikir Andrew.     

"Kapan dan dimana acara ulang tahunnya diadakan?" Tanya Darren lagi.     

"Di sekolah mereka sekitar jam 10 setelah pelajaran berakhir." Jawab Rosa lagi. "Ada apa ya kalau boleh tahu?" Rosa menimpali.     

"Tidak apa-apa." Darren tidak melihat foto sosok bernama Rani didalam ruang tamu ini sehingga dia tidak bisa langsung memastikannya.     

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih atas sambutannya." Darren pun berdiri hendak pergi meninggalkan rumah itu.     

"Om, apakah om mau datang ke ulang tahun kami?" Ratu tiba-tiba mendekat dan menghampiri Darren. Tinggi bocah lima tahun yang masih mungil itu, membuat Darren merunduk berjongkok untuk menyamakan pandangan.     

"Memangnya aku diundang?" Tanya Darren lagi. Darren tiba-tiba mengerutkan dahinya. Matanya, bibirnya, alisnya, bahkan keseluruhan wajah anak perempuan ini semuanya mirip dengan Calista. Bisa dikatakan ini adalah versi Calista mini.     

"Tentu saja, sebentar." Ratu kembali kedalam dan tidak lama kemudian membawa sebuah kartu undangan ala anak-anak. "Ini kartu undangan dariku. Om harus datang yaa. Jangan lupa bawa kado, hehehe?" Ratu mengedipkan satu matanya kearah Darren yang dibalas Darren denga senyuman.     

"RATU!" Raja berteriak memanggil adiknya.     

"Aku yang mengundang om ini, jadi om ini adalah tamu aku. Kakak tidak bisa menolak tamu aku untuk hadir." Ucap Ratu dengan suara tidak kalah ketus.     

"Kedua anak ini, kenapa aku merasa kalau mereka dekat denganku." Darren pun berdiri dan menatap Andrew penuh arti. Andrew mengangguk seolah mengerti apa yang dimaksud bosnya.     

"Kalau begitu kami pulang dulu ya." Kini Andrew yang berbicara.     

"Baiklah, hati-hati dijalan." Ucap Rosa.     

Setelah didalam mobil, Andrew berkata sesuatu, "Sudah dapat bos." Andrew menunjukkan bukti dua helai rambut yang didapatkanya dari rontokan baju dua anak kecil tersebut.     

"Aku ingin hasilnya besok." Ucap Darren sambil menatap rumah mungil yang ditinggal. Darren merasa kalau dia sangat menyayangi kedua anak kembar beda karakter itu. Mobil mereka pun pergi meninggalkan rumah tersebut.     

-----     

"Rani? Kamu sudah makan malam?" Seorang pria tampak setengah berlari menghampiri Rani yang akan kembali ke kamar hotelnya setelah pergi sejenak membeli makan malam.     

Rani pun mengangkat bungkusan yang dipegangnya.     

"Oh kamu beli kapan? Aku baru mau mentraktirmu makan diluar." Tanya pria berkulit putih dan wajah ciri khas negeri ginseng.     

"Baru saja, terima kasih Mr. Kim. Saya sudah membeli makan malam. Saya mau kembali ke kamar dulu." Rani membungkuk penuh hormat kepada pria yang merupakan bosnya tersebut.     

"Masih sore, bagaimana kalau kamu menemani saya makan malam di taman dengan makanan yang kamu bawa itu?" Mr. Kim, pria beristri yang secara terang-terangan menyukai Rani dan sering melamar Rani untuk dijadikan istri keduanya, karena istri pertamanya berada di negara mereka, tidak ikut sang suami tinggal di Indonesia.     

"Maaf sekali lagi Mr. Kim, saya makan didalam kamar saja. Terima kasih sekali lagi." Rani pun setengah berlari segera menuju kamarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.