Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 318. Pria Jahat



III 318. Pria Jahat

0Dan, akhirnya siang ini Rosa pun menepati janjinya untuk menjemput dua kembar. Raja dan Ratu yang sedang menunggu ibu mereka menjemput, ternyata malah menjumpai tante Rosa yang menjemput mereka.     
0

"Halooo keponakan tante yang cantik dan tampan, hari ini ibu kalian tidak bisa menjemput karena harus bekerja keluar kota. Hari ini sampai besok, kalian tinggal sama tante ya." Rosa berjongkok dan mengusap-usap kepala dua bocah yang bagaikan malaikat kecil dan selalu menakjubkan di matanya.     

"Okay tante." Ratu tersenyum ceria. Selain ibunya, tante Rosa adalah wanita terbaik dan yang dia cintai. Berbeda dengan Raja, yang tidak berkata apa-apa, hanya bangun dari duduknya dan berjalan menuju mobil Rosa yang terparkir beberapa meter didepan mereka.     

"Isshh, anak satu ini. Sifatnya menurun dari siapa ya?" Rosa yang sudah terbiasa dengan sikap cuek Raja, merasa gemas sekali dengan tingkah Raja yang masih anak kecil tapi sudah sok kalem seperti pria dewasa.     

Rosa pun membantu memasang sabuk pengaman untuk Ratu, namun tidak dengan Raja yang tidak ingin dibantu. Rosa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja.     

"Oya, sebelum pulang, kita kekantor temen tante dulu yaa. Katanya temen tante ingin lihat wajah dua keponakan tante yang cantik dan tampan ini. Nah, makan siang kalian sudah tante siapkan di depan kalian. Sambil menunggu ke sana, kalian makan siang saja dulu yaa." Rosa pun menjalankan mobil dan menuju kantor kekasihnya, Andrew. Andrew menelpon Rosa untuk mampir sebentar ke kantornya karena dia ingin memberikan kado ulang tahun untuk dua keponakannya dari sekarang, sebelum dua hari lagi pergi tugas dinas selama tiga hari kedepan.     

"Baiklah, Ratu terserah tante saja. Disana ada banyak makanan kan yaa?" Ratu bertanya dengan suara centilnya.     

"Tentu saja sayang. Temen tante sudah siapkan banyak makanan untuk kalian disana." Rosa berkata sambil menyetir. Raja seperti biasa diam saja tanpa banyak bertanya seperti adik kembarnya.     

Kurang dari satu jam mereka pun sampai di depan lobi The Anderson Group. Rosa memanfaatkan jasa valet untuk memarkirkan mobilnya. Kini Rosa menggandeng Ratu di tangan kanannya, sementara Raja berjalan sendiri di sebelah kirinya tanpa mau dipegang.     

"Andrew, aku sudah sampai di bawah. Aku harus naik keatas atau kamu turun kebawah? Aku tidak punya free passnya untuk naik?" Rosa menelpon Andrew didepan meja resepsionis.     

"Kamu serahkan KTP saja didepan. Maaf, aku belum bisa menjemput ke bawah. Nanti bilang saja mau ketemu aku." Jawab Andrew dengan nada terburu-buru.     

"Cih, nih orang jam istirahat masih saja sibuk." Gumam Rosa dalam hati. Rosa pun mengutarakan maksud dan tujuannya ke resepsionis. Semua orang disana sangat menyukai wajah si kembar. Bahkan ada seorang resepsionis yang berbisik, "Wajahnya mirip pak presdir dan yang lelaki warna matanya sama dengan pak presdir."     

Raja mendengar bisikan mereka satu sama lain dan mengerutkan keningnya. "Seorang presdir itu jabatannya paling tinggi di sebuah perusahaan. Berarti dia pria yang sudah sangat tua? Huh, apa mungkin ayahku sudah tua sehingga ibuku yang cantik tidak ingin mengingat suaminya?" Raja membuat spekulasi sendiri yang sangat luar biasa dengan otak kecilnya. Rosa menarik tangan Raja dan Ratu bersamaan dengan lembut dan penuh kasih sayang seorang tante. Mereka pun antri di depan pintu lift bersama pengguna yang lain. Setelah menunggu lima menit, akhirnya mereka bertiga masuk bersama beberapa karyawan kantor lainnya.     

Raja dan Ratu yang baru pertama kali merasakan sensasi naik lift, awalnya gemetaran namun lama-lama mereka menikmatinya. Ratu terutama sangat ceria dan heboh sendiri didalam lift sehingga pengguna lain melihat kearahnya dan tersenyum senang melihat betapa cantiknya si kembar perempuan.     

Mereka pun akhirnya sampai di lantai paling tinggi dimana Andrew, kekasih Rosa bekerja. Tidak ada satupun orang disana. Mungkin karena jam istirahat jadi semua turun untuk makan siang. Rosa menelpon Andrew berkali-kali namun tidak mendapatkan jawaban. Akhirnya Rosa memilih untuk duduk dikursi ruang tunggu yang disediakan. Entah kemana kekasihnya itu. Menyuruhnya datang tapi tidak memberitahunya untuk melakukan apa.     

Raja melihat sebuah pintu yang bagian luarnya bertulisan nama 'President Director Darren Anderson'. Anak lelaki itu penasaran setua apa wajah presdir perusahaan ini. Rosa yang tidak melihatnya karena sedang memainkan ponsel untuk menelpon Andrew dan Ratu yang sedang makan menikmati cemilan yang dibawa dari dalam mobil, maka pria kecil itu pun berjalan sendirian dan dengan beraninya membuka handle pintu tersebut. Karena tingginya melebihi anak usia lima tahun lain, Raja tidak menemui kesulitan untuk memutar handle pintu.     

Raja masuk kedalam ruangan tersebut dan menutup pintunya perlahan-lahan. Ruangan ini sepi tidak ada siapapun namun tiba-tiba matanya melotot melihat foto raksasa yang ada dibelakang kursi meja ruangan tersebut. Itu adalah foto ibunya mengenakan gaun pernikahan dengan ayahnya sudah pasti. Raja berlari menuju foto tersebut untuk melihat lebih dekat.     

"Siapa kamu, anak kecil? Kenapa bisa masuk kedalam ruanganku?" Suara berat dan dalam milik seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan khususnya, mengagetkan Raja yang sedang mengusap bagian bawah foto tersebut, sesuai dengan tingginya. Raja terdiam tidak memutar tubuhnya. Namun, dengan gerakan perlahan, anak lelaki itu pun memberanikan diri untuk membalikkan tubuhnya menghadap si pemberi pertanyaan.     

Mata Darren melotot tajam, begitu juga dengan Raja. Darren merasakan ada perasan yang sangat amat kuat dengan anak didepannya ini. Jantungnye berdegup kencang. Sementara Raja menatap penuh amarah ke mata hijau milik orang dewasa didepannya karena mengira kalau pria didepannya ini mengabaikan ibunya dan membuang mereka bertiga pergi dari kehidupannya. Darren berjalan mendekat menghampiri bocah yang hanya berjarak 3 meter dari tempatnya berdiri semula.     

"Siapa namamu? Dimana orangtuamu?" Darren berjongkok dan berkata dengan suara berat ciri khasnya.     

Raja tidak menjawab sepatah katapun. Mata hijaunya berkilat-kilat mengingat kalau didepan matanya ini adalah ayahnya yang telah mengabaikan tanggung jawab sebagai seorang ayah. Bocah kecil itu bergerak cepat untuk meninggalkan ruangan Darren namun tangannya berhasil ditangkap oleh pria pemilik bulu-bulu halus di sekitar rahangnya itu.     

"Lepaskan aku! Kamu orang jahat!" Raja mencoba melepaskan diri dan memberontak ingin keluar dari ruangan dan perusahaan ini sejauh mungkin.     

"Tunggu! Kamu bilang aku orang jahat, bocah kecil. Memangnya kamu tahu siapa aku?" Darren memegang kedua lengan anak kecil tersebut. Semakin dilihat dari dekat, Darren semakin bisa melihat betapa tampannya anak lelaki ini, ditambah dengan warna mata hijaunya. Entah kenapa dia bisa melihat dirinya saat masih kecil di wajah anak tersebut.     

"Kamu pria jahat! Aku benci kamu." Raja dengan sekuat tenaga tiba-tiba mendorong Darren yang sedang berjongkok didepannya. Karena kaget, Darren pun terjatuh ke belakang dan Raja berhasil melarikan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.