Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 334. I Miss You



III 334. I Miss You

0"Tiga hari lagi ikut aku untuk bertemu klien penting di hotel yang dekat pabrik kita di Bandung." Ujar Maya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.     
0

"Hotel di Bandung? Kenapa aku yang harus ikut? Biasanya juga Rissa yang bagian ketemu klien." Ucap Rani sambil mengernyitkan alis.     

"Rissa kebetulan mengajukan cuti minggu ini. Minggu depan baru kembali kerja." Ucap Maya.     

"Bandung ya? Hmm, berangkat jam berapa? Aku tidak bisa pagi-pagi." Jawab Rani. Dia memikirkan anak-anaknya yang harus diantarkan dahulu ke sekolah, juga menunggu sang suami berangkat kerja. Memang Darren tidak meminta tapi dia tidak ingin mengecewakan pria yang sudah dua malam ini cemberut karena tidak mendapatkan jatahnya. Seketika Rani alias Calista tersenyum sendiri.     

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Maya membuyarkan lamunan Rani yang kaget tiba-tiba.     

"Oh tidak apa-apa. Jadi, jam berapa kita berangkat?" Rani bertanya sekali lagi.     

"Dari kantor jam 8an. Kita bertemu klien agak siang." Ujar Maya.     

"Okay, no problem kalau berangkat jam 8. Sudah itu saja?" Rani berdiri hendak kembali ke kursinya.     

"Ya itu saja. Jangan lupa persiapkan semua materinya dari sekarang. Klien yang akan kita temui berniat menginvestasikan uangnya lebih banyak dari yang suamimu investasikan." Ucap Maya sinis.     

"Orang itu baru berniat tapi suamiku sudah melakukannya. Mana yang lebih baik?" Rani menjawab dengan nada tajam. Maya menyeringai sinis mendengarnya.     

"Jadi, sekarang kamu sudah lebih berani ya? Mentang-mentang istri dari presdir. Untuk apa kamu masih disini kalau suami mu itu jelas-jelas seorang konglomerat?" Maya bertanya lagi.     

"Aku disini karena aku masih punya rasa tanggung jawab dengan pekerjaan dan timku. Kalau aku sudah menemukan penggantinya hari ini juga, sekarang juga aku keluar dari perusahaan ini." Jawab Rani mantap penuh percaya diri.     

"Rani, cepat lambat rasa percaya dirimu akan tumbang dan berganti dengan rasa malu dan penyesalan seumur hidup." Maya menatap dengan mata penuh dendam dan aura wajahnya yang jahat menguar jelas.     

Rani tidak tahu apa maksud dari perkataan Maya baru saja. Sepertinya dia sedang mengancam atau merencanakan sesuatu yang buruk. Ibu dua anak itu mengangkat bahunya dan pergi menuju meja kerjanya.     

"Bos, aku sudah bilang padanya untuk ikut ke Bandung tiga hari lagi." Maya masuk keruangan Billy dan melaporkan 'pekerjaannya' pada sugar daddynya itu.     

"Bagus, tenang saja. Posisi kamu tidak akan tergantikan olehnya. Aku hanya ingin bermain-main sedikit dengannya. Malam ini aku tunggu kamu di apartemenku." Billy mengedipkan satu mata jahil ke Maya yang dibalas dengan senyuman penuh menggoda dari sekretaris yang merangkap sebagai sugar baby tersebut.     

"Siap bos, terima kasih banyak." Maya meninggalkan ruangan Billy dengan hati lega dan penuh kemenangan. Sebentar lagi satu-satunya perempuan yang merupakan ancaman untuknya, akan segera menemukan nasib sialnya. Maya menyeringai penuh hawa iblis.     

"Halo, Darren? Ada apa?" Rani yang sedang bekerja, tiba-tiba mendapat telpon dari suaminya yang juga sedang sibuk memimpin rapat.     

"I miss you." Ucap Darren dengan suara manja. Rani atau Calista tersenyum geli mendengar pengakuan sang suami. Rani merasakan semakin lama dia mulai mengingat sedikit demi sedikit memori lamanya. Namun, semuanya masih berupa samar-samar.     

Andrew dan beberapa direktur yang saat itu sedang hadir rapat, mendengar bosnya mengatakan kangen ke istrinya, pura-pura sibuk mengetik atau menulis. Andrew menghela napas pasrah melihat kelakuan bosnya yang memang sangat bucin dengan istrinya. Apalagi, mereka baru bertemu belum ada satu minggu.     

"Kamu bicara apa sih? Setiap hari juga bertemu." Jawab Calista malu-malu.     

"Tapi, aku kangen itu."     

"Itu apa?" Calista melebarkan matanya.     

"Itu …"     

"Iya itu apa?" Ibu dua anak itu memejamkan matanya. Sungguh pria ini sangat tidak tahu malu sekali, pikirnya.     

"Itu … bikin anak." Jawab Darren santai.     

Uhuk uhuk uhuk …     

Mendadak seluruh peserta rapat batuk-batuk dan bahkan ada yang menyemburkan kopi ke wajah teman di sebelahnya saat sedang berbicara pelan. Andrew sampai hampir terjatuh dari kursinya. Calista yang mendengar kehebohan di ujung telpon, langsung bertanya, "Kamu … lagi rapat?"     

"Iya, kenapa?" Darren bertanya tanpa dosa.     

"Dasar tidak tahu malu berbicara seperti itu!" Calista berteriak tanpa sadar sehingga semua teman-temannya melihat kearahnya. "Ah, maaf maaf. Maaf jadi berisik ya." Calista membungkuk dan menyeringai malu.     

"Rapat ditunda sampai besok!" Darren berkata dan keluar dari ruangan rapat. Semua peserta menghela napas lega. Pria itu kembali melanjutkan telponnya sambil menuju pintu keluar.     

"Lalu, kapan kamu selesai mensnya?" Darren bertanya sebelum memutar handle pintu untuk keluar.     

GUBRAK!!!     

Tiba-tiba salah seorang direktur dari divisi humas terjatuh dari kursinya karena mendengar ucapan bos presdirnya yang tiba-tiba. Semua orang membantunya berdiri.     

"Dasar bos tidak tahu malu." Andrew mengeratkan rahangnya.     

"Darren, kamu bicara apa sih? Itu hal yang tabu, tahu tidak sih?" Calista berbicara dengan suara pelan.     

"Kenapa tabu? Kamu istriku dan aku suamimu. Oya, biasanya wanita mens kan 7 hari ya. Kamu sudah mulai mens sejak tiga hari yang lalu jadi …"     

"STOP! Hentikan. Aku malu mendengarnya." Calista memijat dahinya yang tidak pusing.     

"Baiklah-baiklah, oya aku sekalian mau memberitahumu. Tiga hari lagi aku akan tugas dinas luar kota, lebih tepatnya ke Bandung. Aku minta ijin yaa. Anggap saja ini perjalanan terakhir aku sebelum meninggalkan kantor ini." Jawab Calista.     

"Tidak boleh!" Darren menjawab dengan tegas.     

"Tapi …"     

"Sudahlah, kamu masih bekerja sampai bulan depan saja sudah bagus. Aku tidak akan mengijinkan kamu kemana-mana sendirian." Jawab Darren dengan nada tegas.     

"Kalau aku tidak pergi, nanti timku akan terkena dampaknya." Jawab Calista, mencoba memberi pengertian pada suaminya yang pencemburu dan posesif.     

"Hotel mana? Jam berapa? Kita akan pergi bersama-sama." Ucap Darren.     

"Hump, hotel yang dekat pabrik tapi aku lupa tanya namanya. Aku akan berangkat dari kantor bersama-sama dengan yang lain." Jawab Calista.     

"Kita bicarakan ini nanti dirumah. Aku jemput pulang kerja nanti." Darren memutuskan panggilan dan berjalan menuju ruangannya.     

Rani menatap layar ponselnya yang dimatikan oleh Darren. Ada apa dengan pria ini? Kenapa dia emosi sekali? Ah sudahlah, nanti saja dibicarakan lagi kalau sudah bertemu, pikirnya.     

-----     

Sebuah mobil Lamborghini menunggu di luar pintu gerbang sebuah perusahaan garment yang dimiliki oleh expat Korea. Segerombolan karyawan yang memadati pintu keluar, menatap penuh iri kepada perempuan yang akan dijemput pria didalamnya. Darren tidak ingin menungdu di luar mobil sebelum istrinya keluar dan menghampirinya.     

Samar-samar dari kumpulan karyawan yang berjalan keluar, Darren bisa melihat Calista berjalan diantara mereka. Calista yang sudah melihat dari jauh segera berlari kecil mendekati sang suami yang masih didalam mobil.     

Darren keluar dari mobilnya dan langsung mendapatkan teriakan seperti fans melihat idolanya. Sontak suasana berubah menjadi riuh dan hingar bingar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.