Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 321. Bagai Pinang Dibelah Dua



III 321. Bagai Pinang Dibelah Dua

"Maaf sekali lagi Mr. Kim, saya makan didalam kamar saja. Terima kasih sekali lagi." Rani pun setengah berlari segera menuju kamarnya.     

Kim Yoon Ho, seorang direktur marketing di tempat Rani bekerja, menyukai ibu dua anak itu sejak dia bekerja 3 tahun yang lalu. Rani dianggap beda dengan wanita-wanita lain yang mencari perhatiannya sekedar untuk menunjang gaya hidup mereka, meskipun harus menjual harga diri mereka.     

Namun, Rani bukanlah wanita seperti itu. Meskipun dia adalah wanita single fighter namun dia tidak pernah mau menjual harga dirinya demi uang.     

Rani menikmati makan malamnya sendirian di dalam kamar. Wanita itu teringat kedua anaknya dan tiba-tiba ingin menelpon mereka.     

"Kak Rosa, anak-anak ada? Aku kangen sama mereka.     

"Mereka baru saja tidur, Ran. Kamu belum tidur? Masih sibuk ya?" Rosa menjawab telpon, buru-buru keluar dari kamar si kembar.     

"Iya kak, aku masih sibuk. Buat laporan untuk besok di kantor. Maaf ya kak, aku merepotkan kakak terus." Rani menatap pemandangan diluar dari balik kaca jendela. Langit yang cerah dipenuhi taburan bintang, menambah indahnya malam.     

"Kamu bicara apa sih? Aku senang kok. Mereka anak-anak yang menyenangkan. Oya, tadi aku ajak mereka ke kantor pacarku, Andrew. Tapi, sayangnya Raja seperti tidak suka dan berlari keluar. Eh kamu tahu tidak, presdir perusahaan itu wajahnya mirip sekali dengan Raja dan Ratu. Malah warna matanya hijau sama dengan Raja. Dan, tadi sore mereka datang lagi. Presdir itu sama pacarku. Dia datang dengan penolakan yang diterima dari Raja. Entah kenapa, Raja sinis sekali padanya. Terus, Ratu mengundang presdir itu untuk datang di ultah mereka." Ucap Rosa mengakhiri cerita panjang kali lebarnya.     

"Kenapa Raja seperti itu ya kak? Padahal aku yakin, dia belum pernah bertemu orang itu." Rani memiringkan dagunya, memikirkan apakah benar Raja pernah bertemu dengan sosok seorang presdir, terutama dengan presdir bermata hijau seperti Raja. Sepertinya tidak pernah, selama bersama Rani.     

"Entahlah, kamu lihat saja nanti saat ulang tahun. Pria itu sepertinya akan datang memenuhi janjinya pada Ratu." Ucap Rosa.     

"Baiklah kak, aku akan mengingatnya. Terima kasih banyak kak. Selamat beristirahat. Aku tutup dulu yaa telponnya. Maaf aku mengganggu malam-malam begini." Ujar Rani.     

"Tidak masalah, aku senang kamu juga baik-baik saja. Ya sudah, cepatlah istirahat. Selamat malam."     

"Selamat malam kak." Rani mengakhiri percakapan dan menatap layar ponselnya.     

Siapa pria yang membuat Raja benci itu? Kenapa anaknya bisa sangat membenci orang yang bahkan tidak pernah dilihatnya? Hmm, aku harus memastikan siapa dia saat anak-anakku ulang tahun nanti, pikir Rani.     

Malam berganti pagi, Rani akan kembali ke Jakarta siang ini. Pagi ini dia harus menghadiri rapat dengan kliennya sekali lagi setelah makan pagi. Rani sudah mempersiapkan materi dan apa-apa yang harus didiskusikan nanti.     

Rani sarapan seorang diri sambil membuka ponselnya dan membaca-baca kembali materi didalam draft ponselnya. Sesuatu yang sejak awal bekerja dia lakukan karena lebih mudah dan mobile bisa dikerjakan dimana saja tanpa harus membawa buku dan pulpen.     

"Rani, boleh saya duduk disini?" Pria beristri itu masih gigih mendekati Rani meskipun beberapa kali mendapat penolakan.     

"Hmm, saya sudah mau selesai. Silahkan Mr. Kim." Rani mempersilahkan bosnya untuk duduk dihadapannya sementara dia memundurkan kursi untuk meninggalkan meja tersebut.     

"Kenapa kamu selalu menghindari saya? Apa tidak bisa kita duduk berdua bicara apa saja seperti dengan teman?" Mr. Kim merasa tidak memiliki salah apa-apa dengan Rani tapi wanita dua anak ini selalu menghindarinya.     

"Maaf Mr. Kim, sudah terlalu banyak gosip diantara karyawan yang beredar kalau aku katanya mendekati Mr. Kim hanya karena aku butuh bantuan dana untuk anak-anakku. Aku mau bekerja dengan tenang tanpa ada gosip." Rani meninggalkan pria Korea tersebut yang sebenarnya cukup tampan namun sayang sudah berkeluarga. Kalau masih single mungkin tidak masalah, tapi kalau sudah berkeluarga maka akan rentan sekali dengan gosip yang beredar.     

Mr. Kim yang nama panggilannya adalah Billy itu menikmati makan paginya dengan diam. Didalam pikirannya berkecamuk membayangkan bagaimana caranya bisa mengambil hati ibu muda dua anak itu. Perempuan yang semakin susah didapatkan maka semakin membuatnya tertantang.     

Memang benar dia pria beristri tapi pernikahannya di Korea akan segera berakhir karena sang istri ketahuan berselingkuh dengan teman kerjanya. Sang anak sedang diperjuangkan akan ikut maminya atau papinya. Namun, Billy sudah pasrah jika memang anak semata wayang mereka yang berjenis kelamin perempuan dan masih berusia 4 tahun itu akan ikut maminya karena memang sejak anaknya masih kecil, Jeni, nama anak Billy dan istrinya, tidak pernah ikut Billy karena kesibukannya.     

Rani bergegas kembali ke kamar untuk mengambil tas dan laptopnya dan bergabung dengan rekannya yang lain untuk menuju ke kantor klien yang jaraknya hanya setengah jam dari hotel.     

-----     

Pagi ini pria bermata biru sudah berada di depan sebuah sekolah taman kanak-kanak demi untuk melihat dua anak kembar yang selalu membayangi pikirannya sejak pertama kali bertemu kemarin. Darren merasakan ikatan batin yang kuat dengan dua anak itu karena fisik mereka sangat mirip dengannya dan Calista.     

Sudah setengah jam lamanya Darren duduk menunggu didalam mobil yang dikendarai supir. Namun, kedua bocah kembar itu belum nampak juga.     

"Apa saya harus turun dan tanya guru mereka, tuan?" Pak supir yang sudah dberitahu maksud dan tujuan Darren disini, menawarkan bantuannya.     

"Hmm, tunggu sebentar lagi saja. Aku kecepetan datangnya." Jawab Darren.     

Namun, tidak lama kemudian datanglah sebuah mobil warna pink yang dikemudikan oleh Rosa, perempuan yang datang bersama si kembar kemarin ke kantor. Perempuan itu membuka pintu penumpang bagian belakang dan turunlah dua bocah kembar bergiliran.     

Darren tersenyum sumringah melihatnya. Akhirnya, aku bisa melihat mereka lagi hari ini, pikirnya.     

"Duh tuan, mereka mirip sekali sama tuan. Terutama yang anak lelaki. Kalau berdiri sejajar dengan tuan dan dengan pakaian yang sama model, 100% yakin saya bagaikan pinang dibelah dua." Ucap sang supir, yang semakin meyakinkan Darren kalau mereka adalah anak yang mereka cari selama ini.     

"Betulkah pak? Aku rasa juga demikian tapi aku harus membuktikan dulu dengan hasil labnya." Jawab Darren dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.     

Darren memutuskan untuk turun dari mobil dan masuk kedalam sekolah TK tersebut untuk menemui kepala sekolahnya.     

"Maaf permisi, saya ingin bertemu dengan kepala sekolahnya. Boleh beritahu saya dimana kantornya?" Darren berkata pada petugas keamanan yang menjaga pintu gerbang.     

"Maaf, bapak ini siapa?"     

"Saya, hmm ... Anak-anak saya sekolah disini." Jawab Darren.     

Petugas keamanan itu tampak ragu namun dia tetap membuka pintu gerbang dan menyuruh salah seorang rekannya untuk mengantarkan ke ruangan kepala sekolah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.