Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 348. Melarikan Diri



III 348. Melarikan Diri

0"Wah, ternyata boleh juga wanita ini, bro. Kamu selesaikan dia, aku akan bawa kedua anak ini." Lelaki yang tubuhnya lebih kurus, mengangkat tubuh Raja di tangan kiri dan Ratu di tangan kanan. Darah calista mendidih melihat kedua anaknya dibawa pergi dari hadapannya.     
0

"Berhenti! Kalian mau bawa kemana anak-anakku!" Dalam sekejap, sepatu Calista melayang tepat mengenai leher pria yang membawa kedua anak-anaknya. Beruntung, dari arah depan datang Darren yang secepat kilat menjadikan tubuhnya sebagai bantalan untuk anak-anaknya yang terjatuh. Pria bermata hijau itu meletakkan dua anaknya ke tepian yang cukup aman dan nyaman.     

"Kalian berani sekali macam-macam dengan anak-anakku. Akan aku bunuh kalian!" Tanpa diduga, Darren menendang tepat dibawah dagu lelaki yang membawa anaknya. Dan pria itu pun tersungkur jatuh ke belakang menabrak dinding.     

Darren yang selesai membeli es krim, melihat istrinya berlari mencurigakan. Pria itu pun mengikutinya namun dari arah berlawanan. Darren tidak pernah melihat Calista berlari kalau tidak karena suatu hal. Dan, dugaanya benar. Istrinya menghadapi dua orang pria yang salah satunya menggendong kedua anaknya di tangan kiri dan kanannya. Sebelum Darren mencari akal untuk mengambil anaknya, tiba-tiba lelaki itu tersungkur jatuh ke depan oleh lemparan sebuah sepatu. Darren pun tidak menyia-nyiakan momen tersebut untuk menangkap kedua anaknya yang terlempar.     

"Sekarang, tinggal kamu seorang. Katakan siapa yang menyuruhmu!" Calista berjalan maju kedepan tanpa alas kaki membuat tingginya kalah jauh dengan lelaki yang menghunus pisau.     

"Huh, majulah kalau kalian mau mati! Tajamnya pisau ini bisa mengobrak abrik usus kalian sampai terburai keluar. Hahaha …" Lelaki yang menghunus pisau itu sudah terpojok ke dinding oleh desakan Calista dan Darren.     

"Sayang, kamu bawa saja anak-anak ke tempat yang aman. Aku akan bereskan si keparat ini." Ujar Darren pada Calista yang tampaknya sudah tidak sabar untuk menghabisi musuh didepannya.     

"Aku sudah terlanjur ingin menghabisi dia. Kamu saja yang bawa anak-anak ke dalam mobil." Darren terperanjat kaget mendengar ucapan istrinya. Apakah ini Calista yang dulu lemah lembut ini? Jangan-jangan lima tahun sudah merubahnya menjadi wanita perkasa." Gumam Darren dalam hati.     

"Kalian berdua saja maju, aku …aakkkkkkk"     

"BUGGGG!"     

Calista menendang memutar tiba-tiba hingga membuat lelaki itu tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Pisau yang terhunus, terlempar jauh diatas rumput-rumput. Darren terkesiap melihat istrinya kini sangat luar biasa. Tidak diragukan lagi kalau Calista sudah mendapatkan sabuk hitamnya.     

Perempuan yang dikuncir kuda itu pun mendekati lelaki tersebut dan menarik kerah bajunya kencang-kencang,     

"Katakan! Siapa yang menyuruhmu! Cepat katakan!"     

"Aku … aku tidak akan mengatakannya. Uhuk!" Lelakin itu masih sempat tersenyum meledek ke Calista yang sangat penasaran.     

"Oh baiklah, aku akan buat kamu tidak bisa berbicara untuk selama-lamanya." Calista menonjok wajah pria itu sampai hidungnya mengeluarkan darah dan ibu dua anak itu mengambil pisau yang terlempar.     

"Sayang, sayang, kamu mau apa? Jangan kotori tanganmu dengan melakukan hal seperti ini!" Darren menghalangi Calista yang sedang menggenggam pisau ditangannya.     

"Kamu tahu kejadian lima tahun yang lalu? Mereka lah pelakunya. Aku mengenali dari suara dan tanda tattoo di lengan mereka. Tidak ada kata kasihan untuk mereka." Calista mendorong Darren ke samping. Darren melebarkan matanya tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Jadi. Merekalah yang memisahkan dirinya dengan istri dan anak-anaknya. Seketika darah Darren ikut mendidih dan tangannya terkepal kencang.     

"Baiklah sayang, apa yang ingin kamu lakukan? Aku akan mendukungmu! Aku bisa membayar orang untuk melenyapkan mayat mereka setelah kamu mencabik-cabik tubuh mereka." Darren menghampiri pria yang sudah babak belur itu dan memegang kedua tangannya didepannya.     

"Bagus! Sekarang kamu buka mulutnya dan tarik lidahnya. Dia tidak ingin bicara kan? Maka aku akan mengabulkannya untuk selama-lamanya." Sorot mata Calista yang menggelap dan seringai iblisnya sungguh membuat dua pria dihadapannya ketakutan.     

"Heh? Apa? Lidah? Apa yang mau kamu lakukan sayang?" Darren berkata.     

"Aku mau memotong lidahnya dan akan aku lemparkan ke anjing jalanan. Mereka pasti suka daging masih segar, hehehe …" Seringai Calista yang sudah sangat menjiwai karakter iblisya sempat membuat Darren merinding.     

"A-apa?"     

"Ah kelamaan." Calista membuka mulut pria itu dan menghunus pisau didepan mulut pria itu.     

"Aaahhh tidak tidak, dasar wanita gila! Ahhh lepaskan aku!" Pria itu meronta ingin melarikan diri namun sayang sekali kedua tangannya dipegang kuat oleh pria bermata hijau.     

"Aku akan katakan, tunggu dulu!" Pria itu berkata.     

"Siapa? Cepat katakan!" Calista menampar pipi pria itu dengan keras.     

"Aaahhh, nona Maura. Nona Maura yang menyuruh kami. Dia juga yang menyuruh kami menangkap kamu lima tahun yang lalu dan membuat surat pernyataan cerai." Calista dan Darren menghela napas tidak percaya.     

Maura yang dikenalnya sangat ramah, tomboy, dan ceria. Tidak disangka memiliki sifat yang sangat mengerikan.     

"Darren, kamu sudah merekamnya?" Calista bertanya.     

"Siap sayangku." Darren melepaskan kedua tangan lelaki tersebut dan menggantinya dengan mengikat tubuh mereka berdua jadi satu dengan tali yang didapat disekitar mereka berdua.     

Calista menggendong Ratu sementara Darren menggendong Raja. Tidak berapa lama datang beberapa pengawal Darren yang segera membawa kedua penculik itu menuju kantor polisi beserta barang bukti rekaman pengakuan mereka.     

"Aku akan menyusul kalian." Ucap Darren.     

Maura yang mengetahui anak buahnya tertangkap tangan, segera melarikan diri dan bersembunyi ke tempat yang tidak terjangkau oleh siapapun. Satu-satunya tempat yang tidak ada orang lain tahu adalah rumah dipinggir kota yang dia beli atas nama Ryan, selingkuhannya dulu namun kini telah masuk penjara karena banyak kasus yang menimpanya, terutama kasus penipuan dan penggelapan uang.     

"Maura, kamu dimana? Banyak polisi datang kerumah. Mami kamu panik luar biasa. Cepat katakan kamu dimana? Papi akan menjemputmu sekarang juga!" Suara papinya di ujung telpon membuat Maura gemetar panik karena pada akhirnya perbuatan yang sudah disembunyikan lima tahun yang lalu, ketahuan juga. Kini tidak ada lagi yang bisa menolongnya.     

"Papi, aku … aku baik-baik saja. Tolong aku papi, jangan sampai mereka tahu aku dimana." Ujar Maura sambil menyetir mobilnya menuju pintu tol yang akan mengarah ke tempat yang sudah direncanakannya menjadi tempat persembunyian selama beberapa hari sebelum kabur ke luar negeri.     

"Maura, beritahu papi kamu dimana. Papi akan menyusulmu kesana." Pria yang terlalu memanjakan anaknya itu, kini harus menerima kenyataan bahwa anak kesayangannya sedang menjadi Daftar Pencarian Orang di kantor polisi. Dia tidak tahu masalahnya apa, tapi yang pasti istrinya dirumah sangat ketakutan dan panik luar biasa.     

"Aku akan kirimkan lokasinya begitu aku sampai disana, pi. Sekarang aku masih di jalan tol." Jawab Maura buru-buru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.