Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 347. Liburan Keluarga (3)



III 347. Liburan Keluarga (3)

0"Oya? Lalu mami lihat bra Diana sampai terbuka naik keatas itu kenapa coba? Tidak bisakah kamu menunggu sampai 40 hari? Hah?" May semakin meradang melihat anaknya yang baru pulang dari rumah skait seperti akan dimakan oleh suaminya. Tapi, Ivan justru memijat keningnya yang tidak pusing.     
0

"Ya Tuhan, kenapa aku harus punya mertua yang terlalu panik seperti ini?" Gumam Ivan dalam hati.     

"Mami, aku hanya … sedikit memberinya kenyamanan saja. Aku juga tahu masa nifas seorang wanita setelah melahirkan itu 40 hari. Tentu saja aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada istriku." Ujar Ivan meyakinkan. Padahal, istilah 40 hari saja dia baru tahu tadi dari Diana.     

"Oya, baguslah kalau begitu. Atau, mami harus menemani Diana sampai 40 hari agar mami percaya?" May melempar pertanyaan absurd.     

"Terserahh mami. Saya mohon maaf, saya harus kembali ke kantor. Terima kasih atas kedatangan mami kerumah kami. Semoga mami senang." Ivan berdiri dan membungkuk hormat kepada mami mertuanya. Ivan langsung menuju ke mobilnya setelah sebelumnya menelpon Diana yang ada di kamar karena tidak bisa naik ke atas untuk pamit.     

May menghela napas melihat Ivan yang pergi meninggalkan dirinya. Harus dia akui kalau Ivan benar-benar suami yang bertanggung jawab dan tidak mengandalkan ketenaran juga kekayaan Diana sebagai anak satu-satunya. Pria itu malah memilih mengajak Diana tinggal dirumah yang dia beli sendiri dengan kerja kerasnya dan menolak bekerja dengan mertuanya.     

Namun, ayahnya Diana adalah tipe lelaki yang idealis dan perfeksionis. Suaminya itu menginginkan menantu yang minimal sederajat dengannya sehingga bisa diperkenalkan ke kolega dan teman-temannya, bukan malah memilih profesi sebagai kepala keamanan.     

"Huft, semoga mereka menemukan jalannya yang terbaik." May menghela napas berat dan dia pun berjalan menuju kamar anaknya.     

-----     

"Kalian senang?" Darren membawa keluarga kecilnya mengelilingi Bandung, dimulai dari Cihampelas walk. Mal yang artistic dan banyak makanan khas Bandung juga segala jenis permainan layaknya di kota besar, membuat dua anak kembar itu betah berlama-lama disana. Sementara ayah dan ibunya hanya mengamati dari kursi tunggu yang disediakan di luar.     

"Senang sekali ayah, aku dan Raja tidak pernah pergi ke mal. Paling jauh kami ke kebun binatang melihat aneka satwa dan tumbuh-tumbuhan." Ucap Ratu dengan suara gemasnya. Calista tersenyum mendengar penuturan Ratu yang selalu jujur dan apa adanya. Darren memeluk Ratu dan Raja bersamaan.     

"Mulai sekarang, kalian bisa pergi kemana saja kalian mau. Ayah dan ibu akan ajak kalian mengelilingi dunia kalau perlu." Jawab Darren sambil memeluk erat dua buah hatinya. Calista senang sekali kini keluarganya semakin meriah dan saling mencintai satu sama lain.     

"Ibu, aku mau es krim." Ratu merengek dengan suara manjanya.     

"Ayah belikan. Ibu tunggu disini temani kalian." Darren pun beranjak meninggalkan tiga orang yang dicintainya dan menuju kedai es krim yang jaraknya tidak jauh dengan mereka. Tanpa mereka sadari, tiga pasang mata sedang mengawasi kebersamaan keluarga bahagia tersebut dari jarak cukup jauh.     

"Kalian lihat wanita dan dua anaknya? Target kalian berdua adalah mereka. Buat mereka lenyap dari muka bumi ini, selamanya. Sementara aku akan menyelesaikan sisanya. Huh." Senyum sinis dan sadis milik seorang perempuan muda yang duduk di kursi penumpang bagian belakang, membuat suasana didalam mobil menjadi tegang.     

"Siap bos. Kami keluar sekarang." Dua orang suruhan yang mengenakan kaos dan celana jeans juga topi dan kacamata hitam yang menutupi wajah mereka, mulai membaur dengan pengunjung mal layaknya calon pembeli yang sedang memilih-milih sesuatu.     

Raja dan Ratu yang sedang bermain game mengambil boneka di mesin capit boneka, didekati oleh kedua orang penjahat tersebut dari sisi kanan dan kiri. Calista yang sedang mengamati kedua anaknya, merasakan pandangannya terhalang oleh dua orang dewasa yang sedang berdiri di dekat anaknya. Ibu dua anak itu pun segera berdiri dan menghampiri tempat dimana anak-anaknya bermain.     

"Calista, hai … sedang apa disini?" Langkah Calista terhenti ketika mendapat panggilan dari seseorang di sisi sebelah kiri.     

"Maura? Kebetulan sekali kamu disini." Calista melihat anaknya sejenak dari kejauhan dan masih ada disana. Lalu dia pun kembali memalingkan wajahnya ke Maura.     

"Kamu disini sama siapa? Dimana suami dan anak-anakmu?" Maura berlagak mencari-cari keberadaan Darren dan dua anak kembar Calista.     

"Darren sedang membeli es krim. Dan, kedua anakku sedang …" Tiba-tiba Calista merasakan suara Maura mirip dengan suara yang pernah didengarnya tapi entah dimana. Suara Maura yang lambat dan penuh penekanan, seperti suara yang … Calista melebarkan matanya dan menatap tajam Maura.     

Maura yang merasa mendapat tatapan penuh intimidasi langsung mengernyitkan alisnya, "Kamu kenapa? Wajahmu seperti melihat setan. Apakah aku menakutkan?" Maura bertanya sambil menatap sendu Calista. Calista merasakan ada yang tidak beres. Dia melihat kembali keberadaan kedua anaknya tapi mereka sudah tidak ada ditempatnya.     

Calista berlari menghampiri tempat permainan dimana Raja dan Ratu sebelumnya berada. Tapi mereka sudah tidak ada disekitarnya juga. Calista berteriak-teriak memanggil nama kedua anaknya ditengah hingar bingar suara music dan bunyi-bunyian permainan yang memekakkan telinga. Ibu dua anak itu berteriak seperti orang kebakaran.     

Sekilas Calista melihat dua orang pria mencurigakan berbelok di tikungan. Calista mengikuti mereka secepat dia bisa. Perempuan dengan rambut dikuncir kuda itu terus mengejr dua orang pria yang mencurigakan karena seperti menggendong masing-masing anak kecil ditangan mereka dan Calista tidak bisa melihat bahkan sepatu anak-anak itu karena sudah tertutup jaket keseluruhan.     

"BERHENTI!" Ibu dua anak itu dengan lantang berteriak ke dua orang pria yang hendak berlari namun tiba-tiba mereka menghentikan langkah kakinya yang ingin menghindar. Calista terperanjat kaget ketika melihat yang dibawa adalah dua anaknya yang sudah dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri.     

"APA YANG KALIAN LAKUKAN? LEPASKAN ANAK-ANAKKU!" Calista berteriak histeris dengan tangan terkepal menahan emosi. Dia tidak menemukan Darren dimanapun untuk melindunginya. Sepertinya kali ini, Calista lagi-lagi harus mengandalkan dirinya sendiri.     

Calista memutar tubuhnya untuk melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa disana tapi dua pria itu sudah menghunus sebilah pisau di masing-masing tangannya. Sepertinya hidup Calista tidak bisa lepas dari senjata tajam dan senjata api.     

"Lelaki bermain pisau? Bukankah pisau itu mainan kaum wanita? Atau, kalian sudah berganti kelamin menjadi wanita jadi-jadian?" Calista memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.     

"Wah, ternyata boleh juga wanita ini, bro. Kamu selesaikan dia, aku akan bawa kedua anak ini." Lelaki yang tubuhnya lebih kurus, mengangkat tubuh Raja di tangan kiri dan Ratu di tangan kanan. Darah calista mendidih melihat kedua anaknya dibawa pergi dari hadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.