Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 345. Liburan Keluarga (1)



III 345. Liburan Keluarga (1)

0Mereka berdua pun pergi ke kantor polisi tanpa menimbulkan kecurigaan para tamu hotel lainnya karena kedua polisi itu menggunakan seragam preman, bukan seragam coklat-coklatnya.     
0

"Selamat pagi nyonya dan tuan, kami mohon maaf mengganggu waktu tuan dan nyonya sehingga pagi ini sudah berada di kantor kami. Anda berdua pasti sudah mengetahui kenapa kami meminta anda untuk datang. Kami menerima laporan berita bunuh diri yang di lakukan oleh nona Maya di kamar 909. Dan, menurut petugas resepsionis, nona Maya datang bersama seorang perempuan yang bernama Rani. Apa betul?" Rani atau Calista dan Darren sudah berada di kantor polisi untuk dimintai keterarangan seputar kematian Maya.     

"Betul. Kami datang berdua untuk menemui klien. Maya berkata kalau permintaan bos kami untuk mengadakan meeting di kamar hotel saja, dibandingkan di ruang pertemuan." Ucap Rani dengan tegas. Meskipun tangannya sedikit gemetar. Darren menggenggam tangan sang istri untuk menenangkannya.     

"Biarkan pengacaraku yang mengurusnya. Istriku tidak salah apa-apa. Justru dia hampir menjadi korban dari ulah bosnya." Ucap Darren.     

"Maksud tuan?" Polisi itu mengernyitkan alis.     

Darren menceritakan semua yang diketahuinya mulai dari awal masuk sampai istrinya keluar dari kamar yang penuh tipu daya itu. Petugas polisi itu mencatat banyak nama yang tidak disangkanya malah menjaring orang-orang yang tidak diduga sebelumnya.     

"Pengacara ku akan mengurusnya. Yang terpenting, masalah bunuh diri korban adalah akibat kesalahannya juga yang menjebak orang lain untuk masuk perangkapnya, tapi justru dia sendiri yang terkena." Ujar Darren panjang lebar.     

"Baiklah, kami akan selidiki lebih lanjut. Terima kasih atas kerjasamanya." Darren dan Calista pun keluar meninggalkan kantor polisi dengan perasaan lega. Namun, tidak dengan Calista,     

"Darren, aku ingin anak-anak ada disini. Aku kangen mereka. Hiks …" Calista tiba-tiba teringat dengan dua anak kembarnya yang selalu menjadi pendukung dan penguatnya bila dia menemui kesulitan dan bersedih atas suatu masalah.     

"Baiklah, aku akan suruh Hera untuk membawa mereka kesini sekarang juga." Ucap Darren sambil mengusap-usap kepala sang istri.     

"Terima kasih, terima kasih untuk semuanya." Calista memeluk pinggang Darren dan merekapun menuju hotel kembali. Waktu sudah menjelang siang sehingga mereka memutuskan untuk mampir di restoran yang ada di sekitarnya untuk makan sejenak.     

-----     

Sementara itu kericuhan terjadi di sebuah apartemen karena melihat beberapa pria berseragam coklat masuk kedalam salah sat unit apartemen untuk membawa seorang pria Korea, Billy, untuk dijadikan saksi sehubungan kasus bunuh diri yang menimpa sekretarisnya.     

Ditempat berbeda di sebuah perusahaan tekstil terkenal pun, salah satu petinggi diamankan pihak kepolisian dan menyebabkan kericuhan yang terjadi di pabrik tersebut. Beberapa anak buah bos tersebut bahkan ada yang menghalangi petugas kepolisian untuk membawa bos besar mereka sehingga mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian.     

"Ayaaaah … ibuuuuu …" Suara centil Ratu yang masuk kedalam kamar orangtuanya, mendadak memecahkan kesunyian siang ini. Calista senang bukan main melihat kedua anaknya yang selalu menjadi pelipur laranya datang.     

"Ratu … Raja, ahhh ibu senang sekali kalian datang. Dimana bu Hera?" Calista tidak melihat Hera bersama mereka tapi justru dua anak kecil ini datang masuk ke kamar berdua saja.     

"Mereka datang dengan Andrew dan pacarnya." Ujar Darren.     

"Hah? Kamu bilang bu Hera yang akan mengantar?" Calista tidak mengerti.     

"Kebetulan waktu anak-anak mau diantarkan, teman kamu datang ke rumah kangen sama kamu katanya. Jadi, mereka menawarkan diri untuk mengantarkan anak-anak kesini." ujar Darren yang sedang mendapat ciuman dalam di kedua pipinya dari anak perempuan yang super lincah. Sementara, Raja seperti biasa dengan sikap kalemnya untuk ukuran anak lima tahun benar-benar seperti orang dewasa.     

"Hei bro, tidak salim sama ayah?" Darren melihat Raja yang sedang menanti Ratu dibelakangnya.     

"Salim ya salim." Raja memilih untuk mencium punggung tangan sang ayah, dibandingkan menicum kedua pipinya, seperti yang dilakukan Ratu.     

"Ckckck, darimana sikap mu ini diturunkan? Benar-benar seperti bukan anak-anak." Spontan Calista, Ratu, dan Raja menatap pria bermata hijau. Yang ditatap pun kebingungan sendiri. Dari aku kah? Cih! Apa seperti ini perasaan papi saat melihat aku kecil?" Gumamnya dalam hati.     

"Baiklah-baiklah, kita disini akan liburan dan pulang besok siang. Kalian sudah makan? Ibu mau melihat tante Rosa dulu. Dimana tante kalian itu?" Calista bertanya pada dirinya sendiri.     

"Tante menunggu diluar pintu, bu." Tunjuk Ratu ke arah pintu     

"Apa?" Calista pun segera menuju pintu dan benar saja, Rosa dan Andrew berdiri disana.     

"Kak Rosa kenapa tidak ikut masuk? Ayo masuk-masuk." Calista menarik tangan Rosa dengan lembut. Andrew yang berdiri disebelahnya pun ikut masuk.     

"Tuan, nyonya." Andrew memberi salam dengan membungkukkan badan seperti biasa.     

"Apa kamu sudah pesan kamar untuk malam ini?" Darren berdiri dengan kedua kepalan tangannya dimasukkan kedalam saku celana.     

"Sudah tuan. Tapi …" Andrew berhenti sejenak berkata sambil menatap Rosa. "Aku tidak mungkin bilang kalau saytu kamar dengan Rosa, bukan?" Ucap Andrew dalam hati.     

"Pesanlah kamar satu lagi untuk pacarmu. Kalian tidak berencana untuk tidur satu kamar bukan?" Pertanyaan Darren sontak membuat Andrew dan Rosa salah tingkah.     

"Tidak tidak, tentu saja tidak." Rosa dan Andrew mengibaskan tangan ke udara.     

"Darren, kamu ini …" Calista mencubit pinggang suaminya yang bertanya sembarangan disaat anak-anak masih ada di sekitar mereka. Darren menyeringai dan berpura-pura kesakitan. "Hehehe, kak Rosa dan Andrew jangan ambil hati ya. Ya sudah, bagaimana kalau kakak segera pesan kamar sekarang sebelum kehabisan karena ini akhir pekan jadi banyak tamu yang berkunjung." Ucap Calista.     

"Terima kasih untuk bawa anak-anak kemari ya kak." Ucap Calista lagi.     

"Sama-sama Rani. Eh aku harus manggil apa? Calista atau Rani?" Rosa bertanya sambil tersenyum-senyum.     

"Calista kak, aku sudah ingat kembali semuanya. Alhamdulilah." Jawab Calista.     

"Waahh syukurlah, aku turut senang mendengarnya." Rosa memeluk adik angkatnya itu dengan erat. "Kalau begitu aku ke resepsionis dulu ya." Ujar Rosa lagi.     

"Andrew, jangan lupa pembayarannya pakai kartu yang aku berikan padamu." Darren setengah berteriak berkata pada Andrew dan Rosa yang sudah hampir sampai pintu keluar.     

"Siap tuan, terima kasih banyak."     

"Terima kasih tuan."     

Andrew dan Rosa pun meninggalkan satu keluarga kecil dikamar yang sangat luas tersebut.     

"Ibu kenapa tidak bilang-bilang kalau mau kesini? Aku dan kakak tidak diajak pergi sama-sama." Ratu duduk dipangkuan sang ibu yang menciumi rambut panjang hitam milik anak perempuan satu-satunya.     

"Ibu kesini karena ada pekerjaan. Terus ayah kalian menyusul untuk menjemput ibu pulang." Jawab Calista dengan hati-hati. Kedua anak kembarnya ini meski baru berusia lima tahun tapi kecerdasannya sudah melampaui anak-anak seusianya. Bahkan Raja saja sudah bisa mengoperasikan komputer.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.