Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 346. Liburan Keluarga (2)



III 346. Liburan Keluarga (2)

0"Ibu kesini karena ada pekerjaan. Terus ayah kalian menyusul untuk menjemput ibu pulang." Jawab Calista dengan hati-hati. Kedua anak kembarnya ini meski baru berusia lima tahun tapi kecerdasannya sudah melampaui anak-anak seusianya. Bahkan Raja saja sudah bisa mengoperasikan komputer.     
0

"Kalian istirahat tidur siang dulu. Nanti sore kita jalan-jalan keliling Bandung." Darren berkata sambil mengusap kepala kedua anaknya.     

"Horeeeee …" Ratu berteriak kegirangan. Raja pun tersenyum senang namun tidak seperti adiknya yang meletup-letup penuh suka cita.     

"Sayang, aku pergi dulu ya. Aku mau bicara dengan pengacaraku tentang kasus temanmu itu. Kamu disini saja jangan kemana-mana sebelum aku datang. Ivan sudah kembali ke Jakarta karena istrinya perlu bantuan dia." Ucap Darren panjang lebar sebelum akhirnya mengecup ubun-ubun Calista juga.     

"Hati-hati dan jangan lama-lama ya. Kami menunggumu disini." Calista memeluk pinggang sang suami lebih mesra sekarang dibandingkan sebelum ingatannya pulih.     

"Pasti." Suami bermata hijau itu pun keluar kamar dan menuju tempat yang dia katakana.     

"Kalian pasti lelah setelah perjalanan jauh. Mandi dulu terus tidur yuk." Calista memanggil anak-anaknya untuk segera menuju kamar mandi.     

-----     

"Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" Pria kaku itu duduk disamping kasur sang istri yang baru saja selesai menyusui bayi merah mereka yang baru dilahirkan. Tampak wajah tomboynya yang dulu dan rambut pendeknya sudah berubah menjadi panjang seperti aslinya dan tubuhnya mengembang dengan sempurna di tempat-tempat tertentu.     

"Mas, kamu seharusnya ke Bandung kan ya? Maaf ya jadi kamu dirumah menemaniku." Diana menggenggam tangan pria yang susah payah didekatinya itu namun akhirnya luluh juga dan mau menjadi suaminya. Bahkan, di malam pertama, Ivan justri lebih ganas berbanding terbalik dengan wajahnya yang kaku tanpa ekspresi.     

"Sudahlah, bosku sangat pengertian. Dia pasti tahu kalau keluarga lebih penting. Kamu juga lekas pulih seperti sedia kala. Oya, papa mama hari ini tidak datang ya?" Ivan tahu kalau kedua mertuanya itu masih belum bisa menerima statusnya sebagai menantu walau dia dan Diana sudah menikah satu tahun lebih. Ditambah lagi, Ivan bersikeras untuk tidak bekerja di salah satu perusahaan yang dimiliki ayah Diana. Ivan masih ingin tetap bekerja dibawah Darren, apapun jabatannya. Karena baginya Darren sudah seperti penyelamatnya yang mengangkatnya dari dunia hitam dan membuatnya bisa menegakkan kepala kembali dihadapan keluarga dan teman-temannya. Beruntung Diana memahami itu dan tidak peduli dengan semuanya. Namun, Ivan tetap saja merasa tidak enak.     

"Sudahlah, aku bukan anak kecil lagi. Justru sekarang aku punya anak kecil, hehe." Jawab Diana seperti biasanya yang selalu membuat Ivan merasa menjadi suami yang punya harga diri. "Senang rasanya kak Calista bisa kumpul lagi dengan suaminya. Dia pasti mengalami saat-saat yang sulit dalam hidupnya selama lima tahun berpisah dengan suaminya. Ditambah lagi harus membesarkan dua anak sendirian. Aku ingin bertemu kak Calista kalau sudah lewat dari 40 hari." Ucap Diana lagi.     

"40 hari? Untuk apa menunggu selama itu?" Ivan yang dibesarkan tanpa pengetahuan tentang dunia wanita dan tidak pernah dekat dengan wanita itu keheranan.     

"40 hari itu masa nifas kaum wanita setelah melahirkan, mas. Jadi selama 40 hari sejak melahirkan, suami istri dilarang berhubungan dan istri juga tidak boleh pergi jauh-jauh dulu. Sebisa mungkin didalam rumah saja kecuali ada urusan penting." Ucap Diana geleng-geleng.     

"Ooh begitu, kalau begitu aku … 40 hari ..." Ivan memutar bola matanya mencari-cari kata-kata yang tepat untuk diucapkan.     

Diana menarik kerah kemeja sang suami dan berkata, "Kalau sampai aku tahu kamu macam-macam, aku akan potong masa depanmu." Diana berkata tepat didepan wajah Ivan, sang suami yang postur tubuhnya dua kali lebih besar dari dirinya.     

"Sebelum kamu potong, aku akan membuat ibu dari anakku ini tidak bisa bernapas dengan baik."     

"Apa maksud … hummppph." Ivan membekap bibir Diana dengan ciuman dalam dan menggoda. Diana yang selalu luluh dengan perlakuan Ivan, hanya bisa pasrah dan lebih mengeratkan kedua tangannya dibelakang leher sang suami.     

"Dadamu semakin besar saja. Apa ini semua untuk Kania?" Ivan dan Diana memutuskan nama anak mereka adalah Kania Bonanza.     

"Untuk saat ini ya,ayahnya sudah tidak bisa punya hak lagi." Diana tersenyum malu sambil mencium sesekali bibir sang suami yang jarak usia dengannya 7 tahun itu.     

"Ohhh sayang sekali, padahal lagi padat-padatnya." Ivan menyelipkan satu tangannya masuk kedalam blouse yang dipakai sang istri dan menuju bra lalu meremas dua gundukan putih didalamnya.     

"Eugghh, pelan-pelan. Masih sakit." Diana melenguh.     

"Dimana cucu kesayangan oma?"     

"BRAKKK!"     

"Maasss, kamu tidak apa-apa? Mami kalau mau masuk kamar orang, ketuk pintu dulu dong!"     

Ibunya Diana alias mertua ivan alias oma dari anak mereka, tiba-tiba masuk kedalam kamar tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ivan dan Diana yang sedang menikmati me time mereka kaget dan Ivan pun jatuh seketika ke belakang karena didorong oleh Diana.     

"Kalian … kalian sedang apa? Anak kalian baru usia 3 hari dan kalian mau buat lagi?" Dengan suara menggelegar, ibunya Diana atau May, marah-marah kepada anak juga menantunya.     

"Tidak mi, kami tidak ngapa-ngapain kok." Diana merapihkan branya yang sudah naik keatas, dengan wajah penuh malu-malu.     

"Ivan, mami mau bicara. Turun segera, mami tunggu diruang keluarga." May keluar dari kamar dengan wajah murka.     

"Mas? Maafkan aku, aku akan bicara pada mami. Mas tunggu disini saja." Diana menggenggam tangan sang suami dan hendak bangkit berdiri dari ranjang. Namun, Ivan melarangnya.     

"Mami ingin bicara padaku, bukan padamu. Tenanglah, aku sudah biasa. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, kalau kamu tidak menginginkan perpisahan."     

"Mas, kamu bicara apa sih? Aku mencintaimu sejak pertama aku melihatmu di kampus. Entah kalau kamu tidak tapi aku tidak peduli. Percayalah, aku akan terus berada di sisimu sampai maut memisahkan kita. " Ucap Diana sambil mengecup kedua pipi sang suami. Ivan tersenyum senang mendapatkan istri yang mau menerima banyaknya kekurangan yang ada pada dirinya dibandingkan kelebihannya.     

Ivan pun keluar kamar meninggalkan Diana yang masih beristirahat di atas kasur. Dari jauh Ivan sudah melihat mami mertuanya duduk dengan posisi badan tegap.     

"Duduk…" May berkata pada menantu satu-satunya itu. "Kamu tahu kan kalau Diana baru selesai melahirkan? Kenapa kamu tega mendatanginya?" May berkata dengan suara lumayan kencang sehingga pelayan yang berada didapur pasti mendengar suaranya.     

"Maaf tapi itu bukan seperti yang terlihat. Aku dan Diana tidak melakukan apapun." Ivan mencoba berkata dengan suara paling rendah.     

"Oya? Lalu mami lihat bra Diana sampai terbuka naik keatas itu kenapa coba? Tidak bisakah kamu menunggu sampai 40 hari? Hah?" May semakin meradang melihat anaknya yang baru pulang dari rumah skait seperti akan dimakan oleh suaminya. Tapi, Ivan justru memijat keningnya yang tidak pusing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.