Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 344. Second Honeymoon (5)



III 344. Second Honeymoon (5)

0"Darren, I miss you so much. Did you miss me?" Calista berkata dengan suara rendah sehingga membuat Darren tersenyum mendengarnya. Suara manja yang sudah lama ingin Darren dengar dari sang istri kini dapat didengarnya lagi setiap hari.     
0

"Apakah … ini artinya, aku bisa mendapatkan hakku kembali?" Darren mendorong tubuh Calista hingga punggung ibu dua anak itu menempel sempurna diatas kasur.     

"Bukankah kamu selalu mendapatkan hakmu setiap hari?" Calista membelai wajah sang suami dengan jemari halusnya.     

"Kamu jangan memancingku. Ini masih pagi loh." Darren menyeringai sambil menyusupkan kepalanya kedalam lekukan leher sang istri.     

"Aahhhh, kamu tahu kenapa aku pergi buru-buru tadi pagi?"     

"Kenapa?" Darren membuka satu persatu kancing kemeja sang istri.     

"Karena … aku takut kamu akan memakanku." Calista mengatupkan bibirnya dan memejamkan mata malu mengatakannya.     

"Dan, hukuman buatmu adalah, kita akan bulan madu kedua disini selama dua malam berturut-turut. Kamu ingat kan bulan madu pertama kita dan akhirnya kita mendapatkan Raja dan Ratu dua hari kemudian?" Darren berusaha membangkitkan ingatan Calista kembali akan bulan madu pertama mereka di Bali yang terpaksa dilakukan berkat bantuan Sara, ibu mertua Calista.     

"Oh, yang setelah itu aku masuk rumah sakit?" Jawab Calista kemudian.     

"Hehehe, kamu masih ingat ternyata."     

"Tentu saja. Sekarang, kamu tidak akan membuatku masuk rumah sakit lagi kan?" Ujar perempuan yang merasakan seluruh kulit tubuhnya kini kedinginan dan baru dia sadari kalau ternyata dia dan Darren sudah tanpa sehelai benangpun ditubuh mereka masing-masing.     

"Bersiaplah sayang, kita akan mulai bulan madu kedua kita mulai hari ini."     

"Euuughhhh, Darren …" Calista mulai merasakan bagian kewanitaanya terisi penuh dengan milik Darren yang sudah masuk sepenuhnya kedalam liang kewanitaan miliknya. Dia baru saja selesai datang bulan dan ini adalah masa-masa suburnya. Haruskah dia hamil kembali dan memberikan adik untuk kedua anak kembarnya segera?" Calista berpikir dalam hati.     

Darren dan Calista pun melakukan hajat mereka yang tertunda setelah hampir satu minggu, namun kini dengan keadaan lebih baik karena kali ini ingatan Calista sudah pulih kembali.     

-----     

Sementara itu di kamar lain dan dalam satu hotel yang sama, seorang perempuan menangis tersedu-sedu setelah harus melayani nafsu bejat pria yang seharusnya dipanggil ayah tersebut. Bukan hanya itu, pria Korea itu memaksa Maya untuk melayani nafsunya berkali-kali kalau tidak mau rekamannya bocor ke umum.     

Maya menangis histeris didalam kamar mandi, sepeninggal Mr. Huang. Pria itu berkata akan kembali menghubungi Maya jika dia menginginkannya. Kalau dia menghindar, maka rekaman itu adalah taruhannya. Maya tidak ingin nama baiknya tercemar. Tapi perempuan itu juga tidak ingin menjadi budak seks pria lain yang tidak dia cintai. Kecuali pada Billy, Maya tidak pernah mencintai pria lain.     

Dan, ketika dirimu dalam keadaan kalut, stress, tekanan batin yang teramat sangat, sendirian, merasa tidak punya pilihan karena semua jalan sudah mentok, maka godaan syetan pun sewaktu-waktu bisa muncul dan akhirnya bunuh diri adalah satu-satunya jalan yang diingat.     

"TOLOOOOONG … TOLOOOOONG …" Seorang staff hotel berteriak didalam kamar 909. Staff tersebut mengetuk pintu kamar berulang-ulang karena suara gemericik air terdengar semalaman didalam kamar mandi. Saat staff perempuan itu masuk kedalam kamar 909 dengan menggunakan kunci master, tampaklah seorang perempuan didalam bathtub menyayat pergelangan tangannya hingga kehabisan darah dan dinyatakan meninggal.     

Pihak hotel dan para tamu yang menginap digemparkan oleh penemuan sesosok mayat perempuan di dalam kamar mandi.     

Calista bangun terlebih dahulu setelah malam panjang dan panas yang dia lalui bersama Darren membuatnya terjaga di waktu subuh dan langsung mandi membersihkan diri.     

"Sayang, bangunlah. Sudah waktunya sarapan." Calista membisikkan kata-kata cinta ditelinga sang suami yang masih menikmati waktu tidurnya dengan lelap.     

"Aaah, jam berapa ini?"     

"Jam 7. Bangunlah, mandi, lalu kita turun untuk sarapan." Jawab Calista sambil memilih pakaian yang akan dikenakan sang suami pagi ini.     

"Kamu sudah bangun? Sudah mandi juga. Huhhh, aku melewatkan momen mandi bersama." Darren duduk dengan keadaan setengah sadar.     

"Ckckck, otakmu pikirannya selalu itu. Sudahlah, ayo bangun sudah siang. Aku sudah lapar." Ujar Calista.     

"Baiklah." Darren berjalan dengan malasnya menuju kamar mandi sampai akhirnya terdengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi setelah lima menit.     

TOK TOK TOK …     

Calista mengernyitkan alisnya mendengar bunyi ketokan pintu dari luar.     

"Siapa pagi-pagi begini mengetuk pintu?" Gumam Calista.     

"Siapa diluar?" Calista berkata.     

"Maaf nyonya Rani. Kami dari pihak kepolisian ingin meminta keterangan dari anda. Mohon buka pintunya lebih dahulu." Sahut suara dari luar.     

"Apa? polisi? Ada apa dengan polisi?" Pikir Calista. Beruntung Calista sudah rapih berpakaian dan sisiran jadi kondisinya sudah siap menerima tamu pagi ini. Tapi, Darren masih didalam kamar mandi. Calista pun segera membuka pintu.     

Dua petugas polisi di luar pintu memberi hormat sebelum masuk kedalam kamar yang ditempati sepasang suami istri yang sedang bulan madu.     

"Ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?" Calista sungguh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Kenapa ada polisi masuk kedalam kamarnya pagi-pagi.     

"Siapa sayang?" Darren memanggil dari dalam begitu mendengar ada banyak suara dari arah depan kamarnya.     

"Sayang kemarilah. Maaf pak, itu tadi suami saya. Kami sedang menginap disini." Jawab Calista dan dibalas dengan senyuman kedua petugas tersebut.     

"Polisi? Ada apa ini?" Darren bertanya pada tiga orang yang ada dihadapannya.     

"Selamat pagi pak, kami dari pihak kepolisian ingin meminta saksi dari ibu Rani karena kemarin datang berdua ke hotel ini bersama temannya yang bernama Maya, apa benar?" Salah seorangg polisi bertanya. Darren dan Calista saling bertukar pandang.     

"Benar. Ada apa memangnya pak?" Calista semakin tidak mengerti.     

"Teman anda yang bernama Maya, ditemukan bunuh diri pagi ini di kamar 909." Jawab polisi yang bertanya tersebut.     

"Innalillahi, Maya?" Calista menutup mulutnya tidak percaya. Perempuan yang selalu tampak tegar dan bangga dengan benda-benda bermerknya, kini dinyatakan meninggal. Apa jangan-jangan karena minuman itu? Calista berpikir dalam hati.     

"Untuk lebih jelasnya, silahkan ikut kami ke kantor untuk memberikan kesaksian." Ucap salah seorang polisi tersebut.     

"Aku akan panggil pengacara. Istri saya tidak tahu menahu kejadian ini. Nanti akan ada pengacara yang mendampingimu, sayang." Ujar Darren pada Calista yang tiba-tiba ketakutan mendengar kata kantor polisi.     

"Aku ambil tas dulu. Darren, temani aku." Calista menatap dengan sedih.     

"Tentu saja sayang. Kita hanya akan memberikan kesaksian. Temanmu bunuh diri pasti ada sesuatu yang memaksanya." Ucap Darren mencoba menenangkan sang istri.     

Mereka berdua pun pergi ke kantor polisi tanpa menimbulkan kecurigaan para tamu hotel lainnya karena kedua polisi itu menggunakan seragam preman, bukan seragam coklat-coklatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.