Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 343. Second Honeymoon (4)



III 343. Second Honeymoon (4)

0"Kenapa kita disini?" Calista terheran-heran mendapati Darren mengajaknya untuk check in di sebuah kamar yang berada di lantai paling atas hotel yang didatanginya tadi pagi.     
0

"Tentu saja untuk bulan madu." Darren mendorong tubuh Calista dengan lembut ke badan pintu bagian dalam setelah mereka berada didalamnya. Calista menelan saliva dan nyengir pasrah.     

"Kamu meninggalkan aku tadi pagi tanpa mengucapkan salam ataupun pamit padaku. Tunggu dulu, kenapa adegan ini mirip dengan first honeymoon kita ya? Kamu pergi sama mami ke Bali tanpa seijin dariku. Sekarang juga kamu pergi tanpa berpamitan padaku. Benar-benar suatu kebetulan yang meresahkan." Ucap Darren dengan aura mendominasi.     

"A-aku tidak ingat yang pertama. Tapi, untuk ke Bandung ini aku kan sudah minta ijin padamu dari jauh-jauh hari. Aku tidak mendadak bilang." Ucap Calista merepet ketakutan. Wajah Darren semakin mendekat ke wajahnya membuat Calista tidak bisa bergerak. Namun kedua tangannya spontan mendorong Darren hingga pria itu mundur beberapa langkah.     

"Aku kesini untuk bekerja di hari terakhirku. Kenapa kamu tidak percaya?" Calista kesal dicurigai.     

"Apa aku mengatakan sesuatu yang mencurigaimu? Aku hanya bilang kamu pergi begitu saja tadi pagi. Katakan, kenapa kamu sengaja menghindariku?" Darren memasukkan kedua tangannya didalam saku celana.     

"Aku … aku bukan menghindarimu. Hanya saja aku buru-buru tadi pagi. Kamu tahu sendiri aku sudah terlambat." Ucap Calista memalingkan wajahnya.     

"Hahaha, ya ya ya, terserah apa alasanmu. Yang pasti kamu melarikan diri tadi pagi. Sebagai hukumannya, kita akan bermalam disini dan pulang lusa." Jawab Darren sambil masuk kedalam kamar dan membuka tirai jendela di lantai paling tinggi di hotel tersebut.     

"Lusa? Berarti kita menginap … dua malam disini?" Calista menghitung dengan jari tangannya berapa lama malam yang akan dia habiskan disini.     

"Kamu tidak ingin mengetahui hasil dari perbuatan tiga orang konyol tadi? Mereka menggali kuburannya sendiri. Terutama orang yang bernama Billy itu. Suatu saat aku akan membuatnya malu hingga pulang ke negara asalnya kembali." Ucap Darren sambil menggertakan giginya.     

"Sungguh pria yang mengerikan. Pantas saja semua anak buah dan pelayan dirumah takut sekali dengan dia." Batin Calista.     

"Tapi, aku tidak bawa pakaian menginap kesini. Aku hanya bawa pakaian pas di badan." Jawab Calista sambil melihat dirinya sendiri.     

Darren mengambil posisi duduk diatas sofa berwarna coklat muda yang berada di sudut kamar. "Coba kamu buka lemari pakaiannya." Ucap Darren sambil satu kepalan tangannya menopang kepalanya di samping kening. Calista memicingkan matanya. Namun dia tetap mengikuti perintah Darren. Betapa kagetnya Calista ketika menemukan banyak sekali pakaian didalam lemari dan isinya mayoritas berupa lingerie.     

"Ini apa-apaan?" Calista mengambil satu stel lingerie berwarna hitam dengan model sangat tranparan dan tipis juga sangat kurang bahan.     

"Pakaian untukmu." Jawab Darren santai.     

"Gila! Aku tidak akan pakai ini." Calista memasukkan pakaian itu dalam lemari. Darren terkekeh melihat istrinya yang kesal dengan model pakaian yang dipegangnya. Tiba-tiba Calista memegang kepalanya dan dunia seolah berputar di sekitarnya. Calista pun ambruk di atas lantai seketika.     

"Calistaaa!"     

Darren menghampiri istrinya dan menepuk-nepuk pipinya memanggil-manggil nama kekasih tercinta. Namun, sayangnya Calista sudah terlanjur pingsan sehingga tidak mendengar suara apapun.     

-----     

"Cepat, tanda tangan surat ini atau istrimu akan menemui ajalnya." Suara perempuan memakai masker serba hitam tiba-tiba terngiang di pikirannya.     

"Surat perjanjian cerai? Bagaimana bisa aku bercerai dengan istriku? Kalian gila! Siapa kalian?" Pria itu seperti Darren, dengan tangan terikat disuruh menandatangani surat cerai yang ada di atas bagasi mobil.     

"Haha, sudahlah. Kalau kamu tidak mau menandatanganinya, bukan hanya istrimu, tapi juga anak-anakmu akan menemui ajalnya." Ujar perempuan dengan masker tertutup itu.     

"Baiklah baiklah, aku bersumpah, aku akan membunuh kalian setelah ini." Ujar pria itu. Sebuah surat pun ditandatangani dan tiba-tiba dari arah belakang seseorang memukul tengkuk kepala pria tersebut hingga pria itu terjatuh tidak sadarkan diri.     

Calista berhasil merebut senjata yang dipegang penjahat wanita itu saat wanita itu sedang lengah. Hingga terjadi tembak menembak yang menyebabkan pelipis Calista terkena tembakan peluru lalu roboh seketika dengan tangannya masih tersadar memegang perut dan jalanan beraspal agar tidak terjatuh fatal.     

"TIDAAAAKKK!"     

"Sayang, kamu sudah bangun? Syukurlah, kamu kenapa? Apa kamu mimpi buruk?" Darren mengelap dahi Calista yang basah oleh keringat.     

"Darren,"     

"Iya sayang." Darren masih mengelap tidak hanya dahi tapi juga leher istrinya yang banjir keringat.     

"Aku … aku ingat sekarang. Hiks hiks …" Calista memeluk suaminya erat-erat seperti tidak mau terlepas lagi.     

"Kamu sudah ingat? Kamu ingat aku suamimu?" Darren membuang lap basah itu ke sembarang tempat dan memegang wajah sang istri lalu menyuruhnya menatap lekat-lekat.     

"Iya, aku ingat sekarang. Ta-tapi, kita sudah bercerai. Aku tidak mungkin menjadi istrimu lagi." Calista menunduk sedih mengingat surat cerai yang ditandatangani Darren.     

"Itu tidak sah sayang. Aku langsung melaporkan kejadian itu ke kantor polisi paginya dan mengusut tuntas hingga ke pengadilan agama. Surat itu tidak sah, sayang. kamu tidak usah khawatir." Darren mencium ubun-ubun sang istri yang sudah menemukan ingatannya kembali.     

"Darren, maafkan aku. Gara-gara aku keluar malam, kita jadi terpisah bertahun-tahun." Calista menangis terisak-isak bila mengingat saat dirinya ditelpon seorang pria yang mengaku karyawan perusahaan Darren. Calista mengepalkan tangannya. "Aku tidak akan melepaskan kalian kalau aku menemukan kalian. Tunggu saja pembalasan dariku." Calista mengeraskan rahangnya.     

"Aku senang kamu sudah kembali seperti semula. Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Kita akan menjadi satu keluarga yang utuh dengan anak-anak yang melengkapi hidup kita." Ucap Darren dengan mesranya memeluk wanita belahan jiwanya.     

"Apa kamu sudah menemukan siapa pelakunya?" Calista mendongakkan kepalanya menatap sepasang mata hijau milik pria dengan bulu-bulu halus di rahangnya itu.     

"Sayang sekali aku tidak bisa menemukan jejak mereka. Mereka hilang begitu saja sejak malam itu. Semua kamera CCTV yang ada dijalanan sekitarnya tidak berfungsi dengan baik. Sepertinya mereka sudah merencanakan matang-matang." Ucap Darren.     

"Ohh, sayang sekali. Tapi, Darren, saat aku keluar rumah itu ada seseorang suara pria yang menelponku dan berkata kalau kamu mengalami kecelakaan jadi aku bergegas pergi ke kantormu dan aku tidak mengajak Ivan turut serta." Calista menceritakan semua kejadian sebelum kecelakaan itu.     

"Sudahlah, kita pikirkan selanjutnya nanti bagaimana. Sekarang kamu tenangkan dirimu dulu. Apa kamu masih pusing?" Darren mengusap dahi sang istri. Calista mengambil telapak tangan Darren dan meletakkanya dibawah pipinya.     

"Darren, I miss you so much. Did you miss me?" Calista berkata dengan suara rendah sehingga membuat Darren tersenyum mendengarnya. Suara manja yang sudah lama ingin Darren dengar dari sang istri kini dapat didengarnya lagi setiap hari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.