Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 342. Second Honeymoon (3)



III 342. Second Honeymoon (3)

Billy membuka pintu dan melihat ada seorang pelayan hotel membawakan mereka 4 botol minuman air mineral yang masih bersegel dan 4 jus mangga didalam gelas. Pelayan itu pun meletakkan nampan berisi minuman diatas meja yang sudah disediakan.     
1

"Selamat beristirahat. Permisi." Pelayan itu keluar dengan mendapat tepukan di bahunya oleh Billy.     

Calista melihat kejanggalan di reaksi pelayan itu yang menerima tepukan bahu dari Billy. Pria Korea itu pun memberi kode pada Maya dengan gerakan alisnya yang berhasil diketahui oleh Calista.     

"Rani, kamu minum dulu. Pasti kamu sangat haus setelah perjalanan jauh." Billy memberikan gelas berisi jus mangga pada Rani yang diterima dengan baik oleh ibu dua anak itu.     

"Terima kasih, bos." Namun, Rani tidak langsung meminumnya. Dia menaruhnya diatas meja lalu mengeluarkan peralatan lainnya yang masih ada didalam tas besarnya.     

Billy dan Maya saling menatap, dan Calista bisa melihatnya dari cermin yang ada didepannya.     

"Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu tapi entah itu apa." Pikir Calista. Calista berharap suami mesumnya segera menemukan dia disini karena sekarang posisinya tidak bisa menghubungi siapa-siapa karena ponselnya pecah tersenggol Maya dengan sengaja.     

"Aku mau keluar sebentar, ada yang harus aku kerjakan." Maya tiba-tiba berkata.     

"Lalu aku bagaimana?" Tanya Rani pura-pura tidak mengetahui akal busuk Maya.     

"Aku cuma sebentar. Kamu tunggu saja disini."     

"Hei, nona sekretaris. Aku mau bicara sebentar denganmu." Pria paruh baya yang merupakan klien penting mereka itu menyusul Maya dengan berjalan cepat.     

Maya hanya bengong melihat kedua orang itu pergi keluar. Namun, tiba-tiba pintu didorong dari luar oleh seseorang ketika Maya membuka pintu.     

"Hai, apa kabar? Apa yang kalian lakukan disini? Dua pasang wanita dan dua pasang pria. Sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi kalau aku tidak segera datang." Ucap Darren, pria bermata hijau itu berkata.     

"Darren," Calista segera mendekati sang suami yang datang tiba-tiba.     

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Darren memeluk Calista yang menghampirinya.     

"Kamu sedang apa disini?"     

"Aku sedang menyaksikan drama yang sebentar lagi akan terjadi." Ucap pria bermata hijau dengan seringai sinisnya pada ketiga orang selain istrinya.     

"Drama apa maksudmu? Kami akan rapat sekarang." Ucap Calista tanpa ragu.     

"Maaf tuan Darren, anda menerobos masuk kedalam kamar orang lain. Ini merupakan tindakan tidak terpuji. Kami sedang melakukan rapat dengan klien penting kami." Billy melihat kearah pria Korea satunya lagi seolah meminta bantuan.     

"Ya betul, cih, kalau tahu begini aku tidak akan meluangkan waktu kesini. Sia-sia pekerjaanku." Jawab pria itu dengan seringai sinis dan mengejeknya. Pria itu pun akan pergi keluar meninggalkan kamar namun tiga orang pria berseragam serba hitam dengan wajah kaku bagai kanebo kering, salah satunya adalah Ivan, menyeruak masuk dan membuat suasana didalam kamar seketika penuh dengan orang-orang yang berbeda kepentingan. Billy, Mr. Huang, dan Maya bingung seperti sedang digerebek oleh polisi saja.     

"Disini ada 4 minuman. Tadi aku berhasil bertanya pada pelayan yang membawakan minuman. Katanya, 1 dari minuman ini ada obat perangsangnya." Seketika wajah tiga orang itu pucat. Calista kaget tidak mengerti maksud dari Darren.     

"Bagaimana kalau kalian bertiga meminumnya. Kalian bebas pilih gelas yang mana saja. Yang tahu dimana obat perangsang berada di gelas yang mana, hanya pelayan itu dan tentu saja, tuan Billy." Ucap Darren sambil menunjuk Billy dengan jari telunjuknya. Billy yang mendapat sorotan Darren, langsung menelan saliva susah payah.     

"Ayo kalian minum sekarang. Oya, sayang bawakan aku gelas yang diberikan padamu." Darren berkata. Calista pun mengambil gelas yang Billy berikan padanya tadi.     

"Berikan pada orang yang memberikan padamu gelas itu." Calista mengikuti apa yang disuruh sang suami. Billy mengernyitkan alisnya menerima gelas yang dia tahu betul isinya.     

"Aku tidak haus. Aku berikan padamu karena kamu haus." Jawab Billy mencari alasan.     

"Aku juga tidak haus." Jawab Calista polos. Billy terkekeh melihat reaksi polos sang istri.     

"Kalau tidak ada yang minum, aku pastikan kalian bertiga akan minum isi yang sama masing-masing satu gelas." Darren menatap tajam Billy dan Maya juga pria Korea di sebelah Billy. Billy menggeram kesal mendengar ancaman yang berhasil memojokkannya itu.     

"Berikan padaku." Billy mengambil gelas yang dipegang Calista dan memberikannya pada Maya. "Kamu minum ini. Biar semua orang tahu kalau tidak ada yang terjadi dengan isi gelas ini." Maya menatap lirih Billy. Dia tahu kalau didalamnya berisi obat perangsang. Makanya dia takut kalau dia akan mengalami efeknya.     

"Kenapa? Kamu takut? Kalau kamu meminumnya, anggap saja istriku tidak akan menagih hutang ponsel yang kamu jatuhkan." Maya berjengit mendengar suami dari Rani mengatakan itu dengan santainya.     

"Baiklah, aku akan buktikan pada kalian semua kalau tidak akan ada efek yang terjadi." Jawab Maya. Perempuan itu pun segera menenggaknya langsung. Darren tersenyum puas. Calista justru tidak mengerti apa maksud semua ini.     

"Kalau begitu, kami pamit undur diri. Aku sudah bicara dengan presdir kalian. Tidak ada perjanjian kerjasama dengan perusahaan lain hari ini. Semua sudah diatur jauh-jauh hari oleh sekretaris mereka dan yang menghadiri rapat bukan bagian marketing, melainkan bagian sales. Selamat bersenang-senang." Darren menggenggam tangan istrinya agar segera keluar dari kamar yang nyaris mempermalukan dirinya.     

"Tunggu dulu, alat-alatku." Calista membereskan alat-alatnya di meja termasuk laptopnya. Setelah itu mereka keluar dari kamar dan tersisa tiga orang yang berkonspirasi jahat.     

"Tuan Billy, aku …" Maya yang mulai merasakan efek dari minuman yang ditenggaknya, wajahnya memerah sampai ke telinga, napasnya tersengal-sengal. Dan, perempuan itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu karena kepanasan.     

"SIAL! SIAL! SIAL!" Billy menggebrak meja dan meninggalkan Maya juga Mr. Huang berduaan di kamar.     

"Hei, bagaimana ini sekretarismu?" Mr. Huang menatap lapar Maya yang sudah mulai melucuti satu persatu pakaiannya. Billy seolah tidak peduli dan pergi begitu saja. Pria paruh baya itu itu merasakan mangsa empuk ada dihadapannya dan sayang untuk dilewatkan.     

Dia melihat kamera dan tripod juga disana. Otak liciknya mulai bekerja. Dia menghidupkan kamera dan lampu-lampu di kamar dan mengarahannya tepat diatas kasur. Pria itu pun mendekati Maya dan mereka pada akhirnya bergumul satu sama lain dengan ganas dan liar. Maya tidak peduli lagi dengan siapa dia bercinta selama efek obat bisa hilang dari tubuhnya yang semakin menggila dan berharap untuk segera disambut dengan permainan panas yang diberikan pria Korea paruh baya.     

-----     

"Kenapa kita disini?" Calista terheran-heran mendapati Darren mengajaknya untuk check in di sebuah kamar yang berada di lantai paling atas hotel yang didatanginya tadi pagi.     

"Tentu saja untuk bulan madu." Darren mendorong tubuh Calista dengan lembut ke badan pintu bagian dalam setelah mereka berada didalamnya. Calista menelan saliva dan nyengir pasrah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.