Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 14: Sekretaris Pribadi Baru



BAB 14: Sekretaris Pribadi Baru

0Calista melirik ke kamera CCTV itu dan memainkan wajah badutnya berkali-kali. Semua orang yang ada didalam lift tersebut mengernyitkan alis melihat tingkah konyol Calista. Tapi, tidak dengan seorang pria yang melihat keabsurdan Calista dibalik layar laptopnya. Dia justru tertawa terbahak-bahak .... ditengah meeting mendadak.     
0

Semua peserta meeting yang terdiri dari direktur berbagai divisi dan asisten pribadinya tentu saja Andrew. Andrew menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Darren.     

"Ehem ...." Andrew yang memberi kode untuk sang bosnya, tampak sia-sia. Karena Darren terus mengamati laptopnya sampai akhirnya berhenti sendiri karena Calista sudah keluar dari lift dan menuju ruangan yang seharusnya.     

"Andrew." Darren mengangkat tangannya dan menarik jari telunjuk untuk memanggilnya. "Dia sudah datang. Kamu tunjukkan dimana mejanya." Darren setengah berbisik meminta Andrew untuk keluar terlebih dahulu.     

"Tapi bos, kita sekarang lagi...."     

"Kamu menentangku?" Darren menatap dengan mata mencekam.     

"Tidak tidak bos. Baiklah aku keluar dulu."     

"Kita lanjutkan meetingnya sekarang. Kalian punya waktu setengah jam untuk melaporkan kinerja kalian satu minggu kemarin. Apakah layak dipertahankan ATAU aku harus disingkirkan." Senyuman Darren meneba ancaman kesemua petinggi perusahaan yang hadir. Meskipun usia Darren lebih muda dibandingkan semua peserta rapat yang datang namun kemampuan dan pengalamannya berbisnis di kancah Internasional sudah dimulai sejak dia masih usia belasan. Darren menyukai ilmu bisnis karena itulah dia mengambil jurusan bisnis saat masih kuliah.     

Calista yang berjalan pelan merasa bingung kemana dia harus melangkah. Maka dia pun menghampiri sebuah meja resepsionis yan terletak di sepan pintu masuk sebuah ruangan lainnya setelah keluar dari lift.     

"Mba, maaf permisi. Ruangan tuan Darren dimana ya?" Calista berbicara seramah mungkin dengan memasang senyum manisnya. Namun, yang diterima dari wanita resepsionis adalah tatapan dan senyuman sinis. Calista mengernyitkan alisnya.     

"Sudah ada janji? Karena beliau tidak mau bertemu sembarang orang" Jawab perempuan bernama Lita dari tanda pengenal yang menggantun di kantong kirinya.     

"Tidak mau bertemu? Bahkan kami sudah beberapa kali bercinta. Cih." Batin Calista sedikit kesal dengan cara resepsionis itu menerima tamu.     

"Hai nona Calista sudah datang, ayo masuklah. Bos kami sudah menunggu." Andrew tiba-tiba datang mencairkan situasi yang hampir membuat Calista mengumpat ke resepsionis yang judes setengah mati. Perempuan itu melebarkan matanya melihat Andrew yang langsung akrab dengan perempuan yang baru saja dijutekin. Andrew termasuk salah satu pria yang susah didekati nomor dua, setelah presdir mereka, Darren pastinya.     

"Permisi, saya sudah ada janji dengan beliau. Terima kasih." Calista berbicara dengan resepsionis yang tadi menolaknya secara halus. Andrew menaikkan alisnya.     

"Apakah dia ada diruangannya?" Tanya Calista. Dia belum pernah berjumpa dengan suaminya sendiri meskipun mereka selalu bercinta setiap malam, kecuali 5 malam saat tangannya sedang di gips.     

"Beliau sedang memimpin rapat. Aku antarkan ke meja tempat anda akan mulai bekerja. Oya, disini aku akan memanggil anda nona. Dan, tidak boleh ada seorangpun yang tahu kalau anda adalah istri tuang Darren." Ucap Andrew dengan nada sepelan mungkin hingga hanya mereka berdua yang bisa mendengar.     

"Tenang saja. Aku juga tidak butuh pengakuan dan pamor. Aku cuma butuh kesibukan dan pengalaman bekerja. Siapa yang tahu aku akan menjadi presdir suatu saat di perusahaanku sendiri setelah masa kontrak berakhir?" Calista berkedip ke mata Andrew dan meninggalkan pria itu dengan berjalan duluan. Pria itu terdiam mematung. Sungguh suatu tekad yang luar biasa terencana sejak awal, batinnya.     

"Ayo kenapa diam? Katanya mau menunjukkan mejaku?" Tanya Calista membuyarkan lamunan Andrew.     

"Oh iya iya, mari ikuti saya." Jawab Andrew dengan berjalan cepat melewati Calista.     

Calista berjalan mengekor dibelakang Andrew.     

"Ruangan tuan Darren ada di belakang anda. Anda duduk disini dan ini adalah meja dan kursi yang telah dipersiapkan. Sekretaris pribadi sebelumnya mengundurkan diri karena alasan keluarga. Semua kebutuhan sudah disiapkan. Kalau ada yang masih kurang, bisa bilang ke saya. Tempat saya ada diruangan depan yang tertulis, wakil direktur." Jawab Andrew.     

"Oh okay pak wadir. Oya, kapan dia keluar dari rapat?" Tanya Calista sambil meletakkan tasnya diatas meja yang sangat bersih dan wangi aromatherapy.     

"Sebentar lagi." Jawab Andrew singkat.     

"Haiiii Andrew, apa kabar? Long time No. see. Darren ada?" Seorang wanita cantik berpakaian seksi ketat berwarna merah menyala memecah obrolan diantara Andrew dan Calista.     

"Britney. Beliau sedang rapat." Jaab Andrew sambil menatap Calista yang sedang terheran-heran.     

"Oh siapa dia? Sekretaris baru? Dimana yang lama?" Britney menghampiri Calista dan Andrew yang masih berdiri.     

"Saya Calista, sekretaris baru tuan Darren." Jawab Calista ramah sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Britney. Namun, Britney terlihat acuh dan mengibaskan rambut panjang ikalnya dengan tatapan sinis. Caslita mengerutkan bibir. Andrew melihat itu.     

"Kalau begitu aku akan menunggunya didalam." Ujar Britney sambil berjalan hendak masuk keruangan Darren.     

"Maaf, sepertinya tidak sopan kalau pemilik ruangannya belum datang tapi sudah ada yang masuk lebih dahulu." Jawab Andrew sambil setengah berlari menghadang Britney yang sudah memegang handle pintu.     

"Andrew, aku bukan siapa-siapa. Aku wanitanya Darren. Aku sudah kenal dia lebih dahulu sebelum dia mengenalmu." Jawab Britney dengan tatapan sinisnya.     

Calista yang menyaksikan perdebatan dua orang didepannya itu hanya diam tanpa berniat untuk menyela. Perempuan itu cantik. Mungkin itu alasan suaminya tidak ingin memperkenalkan aku didepan orang banyak, batin Calista. Ahhhh sudahlah, tujuanku menikahi dia bukankah hanya demi biaya pengobatan bapaknya. Jadi, tidak peduli apa motivasi orang kaya yang telah memberinya uang. Toh mereka berada dalam situasi saling menguntungkan satu sama lain, pikir Calista.     

Calista memilih untuk duduk di kursi yang telah disediakan untuknya. Dan, dia mulai mengeluarkan telpon genggamnya dan membuka laptop yang ada diatas meja untuk dirinya bekerja. Calista tidak peduli selain belajar lebih cepat agar menjadi lebih pintar dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk tabungannya sendiri, diluar dari uang yang diberi suaminya sesuai perjanjian.     

"Darren, hai sayang, aku tidak boleh masuk sama Andrew." Britney melancarkan jurus mautnya menjerat pria dengan bersikap manja dan merasa terdzalimi. Calista yang mendengar nama Darren disebut, langsung bergetar tubuhnya. Haruskah dia melihat wajah suaminya? Calista hanya bisa mematung dengan pandangan kosong menatap layar laptop yang masih belum menyala. Bibirnya mengatup rapat dan kedua tangannya terkepal. Namun, dia tidak berani mendongakkan wajahnya melihat bos sekaligus suaminya itu.     

Darren yang melihat perubahan raut wajah Calista menyeringai sinis. Dia tahu kalau Calista mengacuhkannya. Dia tahu kalau Calista sedang berusaha keras untuk tidak melihatnya.     

"Sayang, kamu kenapa? Dia sekretaris barumu bukan? Cukup cantik. Tapi sayang, kampungan. Huh." Jawab Britney yang membuat Calista mengernyitkan alis mendengar dirinya disebut kampungan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.