Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 26: Perempuan Pembuat Onar



BAB 26: Perempuan Pembuat Onar

0Pria yang dia anggap arogan dan aneh adalah salah satu pemegang saham perusahaan ini. Dan, dia barusan berkata kepada pria itu untuk menamai dirinya di perusahaan ini, batinnya. Calista berjalan memutar meninggalkan Andrew yang memiringkan dagunya tidak mengerti.     
0

Calista disibukkan dengan setumpuk dokumen yang sebagian sudah diserahterimakan oleh Andrew. Perempuan ayu berambut panjang itu begitu menikmati pekerjannya sampai tidak sadar jam pulang sudah tiba.     

"Nyonya, sudah waktunya pulang." Andrew setengah berbisik pura-pura menyerahkan dokumen diatas meja Calista. Status Calista yang merupakan istri sah Darren tapi bekerja sebagai sekretaris pribadi itu, hanya tiga orang yang mengetahuinya di kantor. Darren, Calista, dan Andrew.     

"Oh, cepat sekali. Sebentar lagi ya. Kamu pulang duluan saja." Calista melirik angka di arloji tangannya dan melanjutkan kembali membuat rekapan data yang akan dilaporkan besok pagi.     

"Bagaimana mungkin saya pulang duluan?" Sahut Andrew tidak terima. Dia pulang lebih dahulu dari istri bos? Bisa-bisa besok pagi surat pemecatan dirinya sudah ada diatas meja.     

"Ya tinggal pamit saja sama pak presdir. Apa susahnya? Aku belum bisa pulang sekarang. Kalau kamu tidak mau pulang, ya sudah terserah." Calista sejenak menatap Andrew dan kembali melanjutkan kegiatannya mengisi kolom-kolom dengan angka yang ada di dalam kertas dihadapannya.     

Andrew menghembuskan napasnya. Sebenarnya, Andrew ada janji untuk bertemu dengan seorang perempuan di restoran yang sudah di pesannya tadi pagi. Pertemuan mereka akan berlangsung sekitar 1 jam lagi. Perjalanan dari kantor ke restoran akan memakan waktu lebih dari 1 jam di jam pulang kerja yang pasti macet ini.     

Calista merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Andrew karena dia tidak juga beranjak pergi dan wajahnya penuh dengan kebingungan.     

"Baiklah, aku pulang sekarang. Mobilku sudah siapkah?" Akhirnya Calista memutuskan untuk membawa pekerjaanya pulang dan dikerjakan di rumah.     

"Sudah siap di parkiran. Saya akan panggil supir untuk membawa mobilnya ke depan lobi sekarang. Dengan senyum cerah mengembang, Andrew berjalan menjauhi Calista dan memencet beberapa nomor di ponselnya dan membuat panggilan ke supir pribadi Calista.     

"Cih, sekretaris baru antar jemput pakai mobil mewah. Berapa sih gaji sekretaris itu bisa punya mobil mewah plus disupirin, kalau tidak menjadi teman tidur pria gendut tua kaya raya. Hahaha ..." Dua orang wanita yang tadi siang bergunjing didalam toilet, menghentikan langkah mereka didepan Calista, hanya sekedar untuk mengejek Calista.     

Calista hanya tersenyum tipis mendengarnya. Mereka tidak tahu saja kalau pria gendut tua kaya raya itu adalah presdir mereka sendiri, Darren.     

"Kalian mau pulang? Hati-hati dijalan ya ..." Calista mencoba bersikap ramah karena biar bagaimanapun dia adalah karyawan baru sedangkan mereka sudah senior.     

"Cih, jangan sok akrab! Oya, pergaulanmu luas juga bisa menjerat pria tua. Konglomerat mana yang kamu kuras uangnya? Hahaha ..."     

"Hahaha ..."     

Dua wanita itu tertawa puas melihat mangsa mereka tidak melawan dan hanya diam menerima sindiran.     

"Maaf, aku tidak suka pria gendut dan tua walaupun kaya raya, apalagi suami orang. Tapi, kalau tipe kalian seperti itu, nanti aku tanya sugar daddy ku mungkin dia punya kenalan pengusaha seperti yang kalian sebut-sebut itu." Calista meninggalkan dua wanita tersebut dengan seringai sinis dan berjalan mantap menuju lift.     

"DASAR KURANG AJAR!" Wanita yang mengejek Calista sejak tadi tanpa diduga menarik rambut Calista dari belakang dan menjambaknya. Calista yang kaget serta merta memegang rambutnya yang terjenggut. Pertikaian dua wanita tidak bisa dihindarkan. Beberapa karyawan yang mendengar pertikaian itu sontak mendekat dan bahkan ada yang merekam kejadian itu di telpon seluler mereka.     

"NIA!" Andrew yang baru selesai menelepon supir untuk bersiaps-siap menuju lobi, dikejutkan dengan pemandangan didepannya dua wanita sedang saling menjambak dan pakaian mereka kusut masai.     

Nia, nama wanita itu segera menarik tangannya dari rambut Calista dan Calista pun menarik tangannya yang mencengkeram tangan Nia, wanita pembuat onar.     

"APA YANG KAMU LAKUKAN?" Andrew menghardik Nia yang dimatanya sudah berani mengusik istri bos mereka.     

"Kenapa bapak tidak memarahi dia juga? Kenapa cuma aku?" Nia tidak kalah sengitnya menjawab.     

"Karena tangan kamu yang memegang rambut dia sedangkan tangan dia memegang tanganmu. Menurutmu mana yang menyerang dan mana yang bertahan? HAH?!" Andrew melebarkan matanya dan berkacak pinggang.     

Nia menjadi salah tingkah. Ditambah lagi banyak rekan-rekannya yang menyaksikan pertikaian tersebut. Calista merapihkan rambut dan kemejanya yang acak-acakan. Calista mengambil tasnya yang terlempar beberapa meter disekitarnya dan segera menuju lift tanpa berbasa-basi kepada Andrew untuk pamit pulang.     

"Bapak lihat sendiri? Dia wanita sombong dan tidak punya sopan santun. Pergi begitu saja tanpa pamit." Nia mencoba mencari celah untuk menunjukkan kesalahan Calista. Namun, Andrew hanya tertawa tipis. Dia tidak tahu itu istri bos. Kalau kamu tahu, kelar hidupmu. Batin Andrew.     

"Bagaimana kalau sopan santun yang kamu miliki itu saya laporkan kepada tuan Darren? Aku ingin tahu reaksinya ketika mendengar sekretaris senior membully sekretaris junior. Pasti besok aku sudah disuruh membuka lowongan pekerjaan untuk sekretaris baru." Andrew menatap Nia sambil menaikkan alisnya.     

"Ma-maksud bapak apa? Bapak membela sekretaris baru itu?" Nia mengeraskan rahang gemas karena Andrew lebih memihak Calista.     

"Aku hanya berpihak pada kenyataan. Kamu yang duluan berbuat onar.Kalau sampai terulang lagi, aku tidak segan-segan melapor ke presdir." Andrew menatap tajam Nia dan meninggalkan wanita pembuat onar itu berdiri diiringi tatapan penuh nyinyiran dari teman-teman lainnya yang tidak menyukainya.     

"Sudah Nia, kita cari cara lain saja. Aku punya ide. Aku kasih tahu sambil dijalan. Ayolah!" Lusi, wanita yang bersama Nia mengosipkan Darren didalam toilet, menarik tangan Nia untuk sama-sama menuju basemen mengambil mobil yang terparkir. Nia yang masih memendam emosi, mencoba menghembuskan nafas untuk membuang sesak didada karena merasa telah gagal membuat Calista terhina.     

Calista segera masuk kedalam mobil yang telah menunggunya didepan lobi.     

"Ayo jalan pak. Maaf membuat bapak menunggu lama." Calista merasa urusannya dengan Nia akan berbuntut panjang.     

"Siap nyonya." Mobil pun melaju meninggalkan area perkantoran The Anderson Group.     

Calista tidak banyak bercakap didalam mobil. Dia lebih memilih untuk diam menenangkan dirinya setelah pergulatan tak penting atau lebih tepatnya dirinya yang menjadi objek kebuasan sekretaris senior. Entah apa yang ada didalam pikiran Nia yang mengira dia bisa memiliki seorang sugar daddy yang tua dan gendut. "Hahhh ..." Calista mendesah mengeluarkan sesak yang ada didalam dadanya.     

Calista baru ingat kalau dia belum ijin pulang duluan pada Darren. Eh tapi waktu Nia dan dirinya bergulat didepan ruangan Darren, pria bermata hijau itu tidak keluar dari ruangannya. Apakah dia sudah pulang duluan atau pergi ke tempat lain? Ah entahlah, aku tidak peduli. Pikir Calista.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.