Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 22: Mengolah Hati



BAB 22: Mengolah Hati

0Satu jam perjalanan akhirnya pria bermata hijau itu sampai di gedung The Anderson Group. Semua karyawan membungkuk hormat kepada presdir muda yang ketampanannya tetap muncul meskipun dibalut dengan wajah kaku dan tidak pernah tersenyum.     
0

"Andrew, hari ini istriku tidak masuk kerja. Kamu tahu kan harus apa?" Darren langsung menemui Andrew yang sudah disibukkan dengan laptopnya dan berbagai laporan sejak pagi.     

"Siap tuan!" Andrew langsung menelpon bagian personalia dan mengurus absen nyonya majikannya yang menyamar menjadi sekretaris pribadi dari suaminya sendiri.     

Darren langsung menuju kursi singgasana kebesarannya dan mulai membuka laptop untuk bekerja. Semuanya masih tampak baik-baik saja ketiba tiba-tiba pintunya dibuka tanpa p ermisi oleh perempuan yang siapa lagi kalau bukan Britney, satu-satunya perempuan yang berani keluar masuk kantor tanpa permisi.     

"Pagi sayang, aku bawakan sarapan kesukaan kamu, sandwich lapis isi daging panggang dan keju. Yuk kita makan." Britney langsung duduk diatas sofa yang disediakan untuk tamu yang datang.     

"Britney, aku harap ini terakhir kali kamu keluar masuk kantorku tanpa permisi. Ini kantor, bukan rumah." Darren mengeluarkan suara pelan namun tampak jelas ada penekanan di setiap kata-katanya. Dia enggan beranjak dari kursinya. Dia lebih memilih fokus mengetik beberapa kalimat untuk membalas email dari rekan bisnisnya.     

Britney yang sudah terbiasa dengan sikap Darren, tidak mempedulikannya sama sekali. Bahkan perempuan yang masih berstatus istri seseorang itu, tidak nampak canggung sama sekali ketika membawa tempat makan berisi sandwich dan hendak menyuapi Darren yang masih sibuk bekerja.     

Darren memegang tangan Britney, mencegahnya untuk berbuat lebih. Namun, Britney memaksa dengan gaya manjanya dan memegang tangan Darren untuk meloloskan roti lapis berbentuk segitiga itu kedalam mulut pria yang dia sangka masih mencintai segenap jiwanya.     

"Britney, hentikan! Jangan sembarangan di kantorku!" Darren hendak menghindar namun Britney menarik leher Darren hingga pria bermata hijau itu tidak bisa bergerak. Posisi intim Britney yang duduk diatas pangkuan Darren sambil melingkarkan tangannya ke leher pria tersebut, membuat siapapun yang melihat pasti mengira mereka sedang bercumbu mesra.     

Namun, tiba-tiba lagi-lagi pintu dibuka tanpa permisi. Dan, kali ini yang masuk adalah Calista. Calista memaksakan datang ke kantor karena tidak ingin terpenjara di dalam rumah seharian. Meskipun rumah mewah tapi dia rindu melihat macetnya jalanan dan kerumunan orang-orang yang berjuang mencari nafkah di jalannya masing-masing.     

Jantung Calista seolah mendadak berhenti berdetak. Matanya terbelalak lebar melihat pemandangan didepan matanya dengan jarak 10 meter itu sedang bercumbu. Suami kontrak dengan kekasihnya. Calista menghela napas dan mengolah hatinya untuk tetap tenang.     

Tapi, tidak dengan Darren dengan kekagetannya luar biasa langsung menghempaskan tangan Britney dan beranjak berdiri. Britney pun menaruh rasa curiga pada perempuan yang baru datang.     

"Kamu, bukannya sudah ijin tidak masuk kerja?" Darren mengepalkan tangannya dan menatap tajam mata Calista yang awal datang masih menyalang, kini malah meredup.     

Oh rupanya pria psycho ini sudah mengatakan kalau aku tidak masuk. Dasar pria egois! Batin Calista.     

"Tiba-tiba aku merasa sudah sehat kembali. Maaf mengganggu waktunya." Calista yang semula masuk ke ruangannya ingin marah-marah ke Darren karena telah meninggalkannya berangkat ke kantor seorang diri, melihat yang terjadi barusan sepertinya dia tahu alasan kenapa ditinggalkan.     

Darren mengeraskan rahangnya. Dia yakin Calista sudah salah paham. Semalam mereka bergumul hebat dan paginya malah muncul kesalah pahaman. Karena ulah Britney yang keterlaluan.     

"Britney, aku minta kamu sekarang juga keluar dari kantorku. Aku sedang sibuk. Dan, jangan pernah masuk tanpa mengetuk pintu lagi. Aku serius!" Darren mengusap wajahnya dengan telapak tangan kanannya.     

"Kamu kenapa sih? Kamu tidak pernah melarangku sebelumnya." Britney merajuk manja dan meninggalkan ruangan Darren sambil cemberut dan membanting pintunya keras-keras.     

"Andrew, mulai sekarang siapapun yang ingin masuk keruanganku harus dengan seijin dariku. Siapapun dia, bahkan jika itu mamaku. Kamu mengerti? Oya, panggil Calista suruh masuk sekarang!" Sejak masuknya Calista tiba-tiba dan melihat momen yang tidak mengenakkan dirinya dengan Britney, Darren menjadi uring-uringan dan marah-marah.     

"Siap tuan!" Aduh ada apalagi ini pagi-pagi sudah marah-marah, gerutu Andrew. Andrew menekan 3 angka di telpon yang ada dimejanya.     

"Halo ..." Terdengar suara lemah Calista.     

"Anda dipanggil pak presdir keruangannya sekarang." Andrew menutup telpon sementara perempuan di ujung telpon mengernyitkan alisnya. Kenapa pria psycho itu ingin menemuiku? Bukannya dia sedang bersenang-senang dengan kekasihnya?" Batin Calista. Calista pun berdiri untuk menuju ruangan sang presdir.     

Toktoktok ....     

"Masuk!" Suara berat dan menggema terdengar menyambut dari dalam ruangan.     

"Ada perlu dengan saya?" Calista berdiri dekat pintu tertutup, menjauh dari jangkauan tangan dan mata Darren.     

Melihat Calista yang sengaja menghindar, Darren tahu kalau Calista sedang marah. Tapi, entah karena apa marahnya. Tidak mungkin karena Britney bukan karena dia tidak peduli Darren berhubungan dengan perempuan manapun. Darren berdiri dan berjalan menghampiri Calista seperti singa yang hendak menerkam mangsa.     

Calista yang melihat Darren berjalan mendekat, mulai memasang status awas curiga dan bergerak mundur hingga punggungnya menyentuh permukaan pintu.     

Darren melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap mata Calista tanpa berkedip.     

"Kamu... sudah cukup kuat untuk berangkat kerja setelah yang terjadi semalam? Hmm ...." Darren berkata. Calista menatap balik kedua iris mata berwarna hijau meneduhkan itu. Sejenak Calista merasa tersihir olehnya sehingga kedua mata hitamnya tidak berkedip menatap mata sang suami kontrak.     

"Kamu ... meninggalkanku dirumah. Ternyata ... huh karena ingin bersenang-senang dengan kekasih tercinta." Calista memalingkan wajahnya ke arah samping, tersenyum sinis namun tidak ingin menatap lamat-lamat pria yang ada didepannya tersebut.     

"Kenapa? Kamu cemburu? Hmm?" Darren merapatkan tubuhnya dengan tubuh sang istri. Sorot mata tajam Darren seolah bisa mengiris tubuh Calista berlapis-lapis. Calista panik luar biasa. Sinyal berbahaya tiba-tiba membuatnya memutuskan untuk segera keluar meninggalkan ruangan sang suami.     

Dengan tangan kanan dibelakang pinggangnya, Calista memutar kenop pintu perlahan-lahan dan bermaksud akan melarikan diri secepat mungkin. Namun, Darren ternyata sudah membaca gelagat tersebut. Dengan senyum iblisnya, pria itu menarik tangan kanan Calista dan tangan kirinya bersamaan disatukan keatas kepalanya.     

"Cemburu? Dalam mimpimu! Heii, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Ini kantor, aku tidak seperti kamu yang senang bermain didalam kantor." Calista meronta mencoba melepaskan diri. Bahkan kakinya ikut menendang-nendang. Namun, bukan Darren namanya kalau tidak mawas diri.     

"Aku mau apa? Kamu lebih paham." Seketika Darren mendaratkan bibirnya diatas bibir Calista. Bibirnya mengecap penuh kenikmatan bibir kenyal Calista yang sering mengeluarkan kata-kata pedas dan tajam. Namun dibalik kata-kata pedasnya, sesungguhnya Calista adalah perempuan penuh perhatian.     

Ciuman Darren yang beringas di awal, lama kelamaan lembut dan memabukkan. Calista pun terbuai dengan permainan yang ditawarkan Darren. Melihat Calista yang mulai melunak, Darren melepaskan ikatan tangan Calista.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.