Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 19: Psycho



BAB 19: Psycho

0"Tuan, mobil jemputan nona Calista mogok ditengah jalan. Sekarang pun masih belum selesai karena baru menemukan bengkel dipinggir jalan." Jawab Andrew.     
0

"Huhh, bagaimana ini? Tidak mungkin membiarkan dia tidur disini. Andrew, mobilku sudah ada di depan?" Tanya Darren.     

"Sudah tuan." Andrew setengah membungkuk mengiyakan.     

"Hmm, pegang laptopku." Laptop hitam keluaran terbaru tahun ini dan dengan edisi terbatas, diserahkan ke Andrew untuk dipegang.     

Darren menghampiri Calista dan mengamatinya sejenak. Perempuan ini bisa tidur dimana saja tanpa takut bahaya, seperti pertama kali bertemu, batin Darren. Lalu tanpa terduga, Darren mengangkat tubuh Calista pelan-pelan agar tidak membangunkannya. Andrew melebarkan matanya tidak percaya. Tuan muda yang dingin dan acuh terhadap semua wanita, malah mau susah payah menggendong istri kontraknya.     

Tanpa kesulitan sama sekali karena tubuh Calista yang ringan ditopang dengan tubuh Darren yang atletis, pria berstatus suami kontrak itu membopong Calista seperti putri tertidur dan membawanya menuju mobil. Supir yang menunggu langsung buru-buru membuka pintu kursi belakang. Semua orang yang melihat momen langkan itu berdecak kagum dan tersenyum.     

Calista sudah diposisikan duduk sambil tertidur bersandar di pintu. Darren keluar sejenak dan berkata.     

"Aku sudah menghitung jumlah orang yang melihat kejadian malam ini. Kalau sampai ada yang membocorkan apa yang aku lakukan barusan, kalian semua aku pecat. Termasuk kamu Andrew!" Darren masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah putri tertidur lalu supir pun menutup pintunya. Semua orang yang hadir malam itu menelan salivanya dengan susah payah.     

"SIAP TUAN!" Spontan 5 orang petugas keamanan, Andrew, dan supir menjawab ucapan Darren yang penuh intimidasi itu.     

Mobil hitam pun melaju menembus malam yang belum terlalu larut bagi sebagian warga kota Jakarta. Calista masih konsisten berada dalam alam mimpinya. Darren melihat perempuan disampingnya itu dengan tatapan aneh. Aneh karena baru kali ini dia melihat perempuan yang dengan mudahnya tidur dimanapun tanpa awas sama sekali. Untuk beberapa saat, Darren lebih memilih memalingkan wajahnya menatap jalanan ibukota yang macet parah. Tiba-tiba matanya terbelalak, lengan kanannya digelayuti oleh tangan dan wajah perempuan yang tidur disebelahnya.     

Darren mengernyitkan keningnya melihat Calista memeluk lengan kekarnya seolah-olah guling yang bisa diuyel-uyel kapanpun. Wajah tanpa dosa Calista tersenyum dalam tidurnya menikmati kehangatan lengannya. Tidak Cuma sampai disitu, Calista bahkan makin merangsek menempelkan wajahnya ke dada Darren yang terdiam saja dari tadi. Antara tidur dan mabuk, Darren benar-benar tidak bisa menduga mana sebenarnya yang sedang terjadi para perempuan ini. Kini dada Darren berubah menjadi bantal setelah lengannya menjadi guling.     

"Perempuan ini cari gara-gara." Darren mengeraskan rahangnya. Tangan kanan Calista memeluk leher Darren. Wajahnya dan wajah Darren kini hanya berjarak tidak lebih dari 5 senti. Napas Calista yang berhembus ke wajah Darren membuat pria itu terpaku sejenak dan menelan salivanya.     

Akhirnya, mobil pun sampai didepan rumah mewah milik pengusaha muda bermata hijau memikat. Sang supir segera berlari ke arah penumpang belakang dan membuka pintunya. Lagi-lagi Darren membopong Calista yang masih nyaman dengan mimpinya. Setiap langkahnya menarik perhatian semua pelayan yang ada didalam maupun di luar rumah. Selama mereka bekerja di rumah ini, baru pertama kali mereka melihat tuan mudanya menggendong seorang wanita. Darren menaiki anak tangga satu demi satu dan seorang pelayan memburu mereka untuk membantu membuka pintu kamar utama. Setelah Darren masuk kamar, dia memberi kode pelayan itu untuk keluar dan menutup pintunya.     

Darren membaringkan tubuh Calista di tengah-tengah kasur dengan pelan.     

"Fyuhh, kamu itu kerbau atau apa sih? Sudah selama ini masih saja tidak bangun. Awas yaa kalau main-main padaku!" Darren meninggalkan Calista dan membuka dasi juga jasnya dan melemparkannya ke sofa single. Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ada sepasang mata hitam perlahan terbuka di kamar yang ditinggal pemilik resminya untuk mandi.     

"Owhh, kenapa aku bisa ketiduran dan pakai acara di gendong pula kesini? Duhhhh, gawat deh! Bagaimana ini? Ahh aku pura-pura tidur saja terus sampai dia tidur." Calista sebenarnya sudah terbangun saat mobil yang mereka tumpangi baru sampai rumah. Namun, dia tidak berani untuk membuka matanya saat melihat Darren hendak membopongnya. Dia terpaksa terus memejamkan matanya agar tetap aman.     

Darren keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membelit separuh tubuhnya. Rambut lebatnya yang masih setengah basah, menetes ke lehernya.     

"Bangunlah, aku tahu kamu sudah bangun." Darren membuka pintu lemari dan mengambil pakaian santainya. Dia membuka handuknya begitu saja dan terlepas hingga ke lantai. Calista yang pura-pura merenggangkan tubuhnya seolah-olah baru bangun tidur, teriak histeris melihat pemandangan didepannya.     

"AAAHHHHHH...." Calista menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Tidak bisakah kamu pakai baju di kamar mandi?" Teriak Calista.     

"Ini rumahku, terserah aku mau pakai baju dimana." Jawab Darren santai.     

"Huhh, dasar pria aneh." Calista bangkit dari kasur dan hendak menuju ke kamar mandi ketika tangannya ditarik kuat oleh Darren hingga tubuhnya menempel erat ke lemari pakaian.     

"Apa kamu bilang? Coba katakan sekali lagi." Tatapan Darren menghujam Calista hingga perempuan yang baru bangun dari tidurnya itu mengatupkan bibirnya tidak berani berkata-kata lagi.     

"A-aku tidak bilang apa-apa." Jawab Calista sambil menatap ke arah lain selain mata hijau Darren.     

"Aku belum membuat perhitungan denganmu. Jadi, jangan macam-macam denganku!" Ucap Darren sambil berbisik setengah mendesah di telinga kiri Calista, membuat perempuan itu menggigit bibirnya karena tubuhnya mendadak meremang seketika.     

"A-aku mau mau mandi. Lepaskan tanganmu." Calista mencoba melepaskan diri dari kungkungan Darren. Si mata hijau merenggangkan badannya dan Calista pun melarikan diri secepatnya ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintunya dari dalam.     

"Cih, dia pikir aku binatang buas yang akan menerkam tubuhnya?" Darren menyempurnakan baju yang dipakainya lalu keluar ruangan setelah merapihkan rambut dan pakaiannya.     

"Aku tunggu 10 menit cepat turun makan malam. Atau, malam ini kamu akan kelaparan!" Darren menggedor pintu kamar mandi dua kali dan langsung berlalu meninggalkan kamar utama tanpa menunggu jawaban dari Calista yang sedang bengong melamun didalam kamar mandi.     

"10 menit? Dia benar-benar Psycho! Psycho! Psycho!" Rutuk Calista sambil mengepalkan kedua tangannya. Namun, Calista benar-benar ngebut mandi dan tidak berlama-lama menikmati kucuran hujan air hangat seperti sebelumnya. Setelah selesai ritual mandinya, dia lupa tidak membawa pakaian gantinya. "Duhh, bodoh sekali! Gara-gara psycho itu, aku lupa bawa pakaian ganti. Tapi sepertinya dia sudah keluar kamar." Gumam Calista. Perempuan itu memakai handuk yang membalut dada sampai paha atas saja. Entah mengapa ukuran handuk dirumah ini pendek semua. Aku harus beli handuk sendiri yang agak panjang besok, batin Calista setiap habis mandi namun selalu lupa esoknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.