Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 17: Pria Flamboyan



BAB 17: Pria Flamboyan

0Darren memegang tengkuk Calista erat hingga perempuan itu tidak bisa memundurkan kepalanya. Kedua tangan Calista meremas bahu Darren hanya sekedar meminta dilonggarkan ciuman panasnya.     
0

"Hah.... hah.... hahhh...." Napas Calista tersengal-sengal dibuatnya.     

Darren menatap wajah sayu Calista dengan senyum puas.     

"Masih mau lagi?" Tanyanya dengan aura iblis.     

"Aaahh lepaskan aku." Calista memberontak mencoba untuk bangkit dari duduknya. Namun, kedua tangan Darren mengunci pinggang rampingnya sehingga perempuan malang itu tidak bisa bergerak sedikitpun.     

"Aku beritahu sesuatu. Pertama, saat kamu berada di kantor, tugasmu hanya mengerjakan pekerjaan yang disuruh olehku melalui Andrew. Kamu tidak boleh mengerjakan pekerjaan lain. Kedua, jangan pernah berbicara dengan karyawan pria manapun lebih dari 5 detik. Paham?" Darren menatap Calista dengan pandangan mengintimidasi.     

Calista memejamkan mata dan menghela napasnya. Ingin rasanya dia menjawab semua kalimat yang diucapkan Darren, namun dia malas berdebat. Jadi dia hanya berkata, "Baiklah. Ada lagi?" Tanya Calista.     

"Untuk saat ini tidak ada. Kamu boleh kembali ke mejamu." Calista mengernyitkan alisnya.     

"Kenapa? Tidak mau? Ingin berlama-lama disini?" Tanya Darren dengan nada menggoda.     

"Dalam mimpimu." Calista mencoba bangun dari duduknya. Namun, lagi-lagi sial, helaian rambutnya nyangkut di kancing kerah jas Darren.     

"Duhh, ada-ada saja sih." Calista berusaha mengurainya namun ikatan rambutnya terlampau kusut mengikat kancing kemeja pria mesum tersebut.     

"Bantuin dong." Melihat Darren yang hanya melirik saja, Calista kesal bukan kepalang.     

"Perlu aku gunting rambutnya sampai leher?" Tanya Darren tanpa dosa.     

"Hiiyy, benar-benar kamu ini ya. Ini semua gara-gara kamu." Calista gemas sekali karena semakin dia coba semakin kuat lilitannya.     

Tok tok tok....     

"Siapa?" Darren bertanya. Mata Calista melebar mendengar suara ketukan dipintu.     

"Saya bos." Andrew berkata.     

"Masuklah!" Jawab Darren yang disusul dengan pekikan teriakan Calista yang merasa malu bukan main masih berada dalam posisi memalukan ini.     

Andrew langsung masuk begitu mendapat sahutan dari dalam. Namun, matanya terbelalak begitu melihat Calista yang duduk diatas pangkuan Darren dan Darren terkesan santai tanpa protes apapun. Calista memalingkan wajahnya kearah jendela luar di belakang Darren.     

"Habislah sudah kamu Calista. Betapa memalukannya hari pertama bekerja." Batin Calista.     

"Ada apa? Penting sekali?" Tanya Darren sambil menegakkan badannya, membuat Calista hampir terjatuh kebelakang namun tangan kanan Darren sigap menahannya sehingga Calista selamat tidak jatuh.     

"Be-begini bos, saya mau menyerahkan dokumen yang harus ditandatangani sekarang juga. Silahkan bos periksa dulu." Andrew tidak berani menatap adegan didepan matanya. Jadi, matanya hanya fokus ke bawah meja saja.     

"Oke, kamu boleh keluar. Kalau ada yang mau masuk, kamu tahan dulu diluar. Kami lagi sibuk, kamu bisa lihat kan?" Ucap Darren dengan santai dan tenang. Calista memejamkan matanya menahan malu yang teramat sangat.     

"Ba-baik bos." Jawab Andrew sambil berjalan mundur meninggalkan ruangan sang presdir.     

"Please, bantu aku melepas rambut ini." Calista memberanikan meminta tolong karena kakinya sudah berasa keram duduk dalam posisi demikian yang begitu lama.     

"Wanita!" Darren menggeser kursi kebesaranya dan mengambil gunting yang ada didalam tempat alat tulis diatas meja.     

"Aahh jangaaaaan...." KRESS! Darren menggenggam rambut Calista yang telah terpotong sepanjang telunjuk jarinya dan mengangkatnya ke atas angin.     

"Kamuuuu...." Calista menahan kesalnya dan bangun dari pangkuan Darren. Namun, betisnya terasa kebas seketika dan dia pun terjatuh diatas karpet setelah berhasil lepas dari Darren.     

"Aaahh.... kenapa kamu.... senang sekali menyiksaku?" Calista menatap tajam Darren dengan sorot mata berkaca-kaca. Calista mencoba berdiri dan berjalan perlahan karena kakinya kesemutan meninggalkan ruangan presdir menjengkelkan baginya.     

Darren hanya bisa terdiam menyaksikan istri kontraknya berjalan meninggalkan dirinya seorang diri didalam ruangan.     

Calista duduk kembali di kursi yang disediakan untuk dirinya. Jam makan siang hampir berakhir namun dia belum makan apa-apa. Perutnya tiba-tiba bergemuruh.     

"Kamu pasti belum makan siang ya? Ini aku masih ada roti sepotong lagi. Kamu mau?" Calista mengangkat kepalanya dan seorang pria tampan lainnya sedang menawarkan bantuan yang sangat dibutuhkan Calista. Tampak sepotong roti sandwich dengan isian komplit daging dan sayuran membuat Calista menelan saliva.     

"Tidak terima kasih, aku.... bisa beli ke kantin sekarang." Jawab Calista memalingkan wajahnya.     

"Kalau kamu tidak mau, aku akan buang. Tapi sayang sekali makanan seenak ini kalau harus berakhir di dalam tong sampah." Jawab pria flamboyan tampan dan tinggi menjulang dengan rambut kecoklatan dikuncir di bagian tengahnya.     

"JANGAN! Hehehe, terima kasih ya." Calista tersenyum malu karena telah menolak tawaran sebelumnya.     

"Hehehe, kamu lucu juga. Sekretaris baru ya?" Pria itu mulai bertanya. Belum sempat Calista menjawab, tiba-tiba terdengar suara yang malas didengarnya.     

"JACK! Kenapa kamu disitu? Masuklah!" Darren mengeraskan rahangnya melihat teman karibnya berbicara akrab dengan Calista. Bahkan, teman-temannya pun tidak ada yang tahu kalau Darren telah menikah dan perempuan yang ada dihadapannya ini adalah istrinya.     

Calista memutar matanya melihat wajah Darren. Pria flamboyan bernama Jack itu tertawa renyah.     

"Sepertinya bos mu tidak suka kalau aku mendekati sekretarisnya. Baiklah, kamu habiskan dan buang saja tempat rotinya. Okay?" Ucap Jack.     

"Terima kasih." Jawab Calista singkat sambil menggenggam kotak makan berisi roti sandwich.     

Jack melemparkan senyum manisnya pada Calista sebelum berlalu meninggalkan dirinya dan menuju keruangan teman baiknya.     

"Sekretaris baru hmm? Lumayan lucu juga. Tapi pakaiannya tidak seksi seperti sekretarismu sebelumnya. Hahaha..." Goda Jack pada teman baiknya sejak kuliah itu.     

"Sekretarisku bukan wanita penghibur seperti yang ada di klabmu yang harus berpakaian seronok." Jawab Darren.     

"Yayaya.... wanita penghibur yang setiap malam kamu datangi." Jawab Jack sambil duduk di salah satu sofa yang tersedia.     

"Untuk apa kamu kemari? Ada hal penting apa sampai harus kekantorku?" Tanya Darren.     

"Britney pulang dari sini kan? Berhati-hatilah! Meski pernikahannya sedang terkena masalah tapi kamu jangan sampai terlibat didalamnya. Kamu tidak lupa tentu siapa suaminya." Jack menyandarkan punggungnya dan duduk dengan santai menyilangkan kaki kanan diatas kaki kirinya.     

"Aku tahu. Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya membuat dia untuk tidak datang kesini. Dia selalu tiba-tiba muncul diruanganku." Jawab Darren.     

"Cobalah kamu menjalin hubungan dengan seorang wanita. Mungkin itu bisa membuatnya menjauh darimu." Ucap Jack.     

"Huh, kamu tentu tidak lupa juga kaan? Wanita terakhir yang kamu kenalkan padaku baru setengah hari sudah berakhir di IGD karena kecelakaan mobil.... yang disengaja dan kita tahu siapa pelakunya." Jawab Darren sambil membuang pulpen yang dimainkanya keatas meja.     

"Ckckck, susah juga yaa. Dia terlalu obsesi padamu. Sudah bicarakan baik-baik padanya untuk menjauhimu?" Tanya Jack lagi.     

"Many times. Dan, dia seperti pura-pura tidak mendengar." Jawab Darren.     

"Kalau begitu, kamu abaikan saja kalau dia datang. Jangan disambut dan jangan dilayani. Nanti dia akan lelah sendiri." Ucap Jack.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.