Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

Bab 28: Menghentikan Tiba-tiba



Bab 28: Menghentikan Tiba-tiba

0Calista berusaha bangkit berdiri dan mencari tempat berlindung untuk bersembunyi meski dengan kaki tertatih-tatih menahan sakit. Mobil yang menyekap Calista berputar kembali dan mendekati tempat dimana Calista berhasil melarikan diri. Ke tiga orang yang ada didalam mobil keluar dan mengumpat kasar mengetahui buruannya melarikan diri.     
0

Calista bersembunyi diantara pohon yang berdiri di sepanjang jalan raya yang sepi. Dia punya ilmu dasar bela diri tapi dalam kondisi yang lemah karena efek obat bius masih terasa, ditambah lagi lawannya adalah tiga orang yang berbadan sehat juga bersenjata tajam, Calista tidak ingin mempertaruhkan nyawanya sia-sia.     

"Hai perempuan jalang, KELUAR KAMU! Jangan kira kamu bisa lolos malam ini. Kamu akan rasakan akibatnya bermain-main denganku." Nia menghunus pisau sambil mencari ke sela pohon dan semak belukar dibantu Lusi dan pria suruhannya.     

Calista menahan napasnya. Dia mencari cara agar bisa keluar dari tempat persembunyiannya tanpa ketahuan. Kakinya masih keseleo karena terpental dari mobil yang berjalan. Dengan sekuat tenaga, Calista berjalan mengendap-endap.     

Tidak bisa berjalan juga bergerak menjauh, akhirnya Calista hanya bisa duduk diam menunggu keajaiban.     

Ketika tiba-tiba ada sebuah mobil melintas di jalan raya dan lampunya menyilaukan mata, Calista nekat keluar dari persembunyian dan menghadang mobil yang lewat dengan merentangkan kedua tangannya di tengah jalan sambil memejamkan matanya.     

Suara citcit mobil mengerem mendadak membuat Calista pasrah apapun yang terjadi.     

"CALISTA!" Keajaiban berpihak pada perempuan malang itu. Ternyata Darren lah yang muncul dari kursi pengemudi. Darren berlari menghampiri Calista dan hendak memakinya karena menghentikan mobil tiba-tiba. Namun, urung dia lakukan karena sang istri langsung pingsan didekapannya setelah memanggil namanya.     

"Darren ..."     

Darren mendekap erat sang istri yang tampak lemah. Dia tidak melihat siapa-siapa disekitarnya. Dia pun membopong Calista dan meletakkannya di kursi penumpang bagian belakang dengan posisi ditidurkan. Darren menuju kursi pengemudi dan melajukan mobilnya secepat kilat membelah malam menuju mansionnya.     

"Sial! Malam ini kita gagal menghabisi nyawanya. Gawat kalau sampai dia membocorkan nama kita ke tuan Darren." Nia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan memukulnya ke pintu mobil.     

"Bagaimana ini Nia kalau dia sadar dan menyebut nama kita didepan tuan Darren? Habis kita!" Lusi panik dan gemetar ingin menangis. Dia tidak memprediksikan kegagalan karena sudah yakin pasti berhasil.     

"Tenang dulu! Aku harus memikirkan suatu cara." Nia memutar otaknya sambil mengatupkan bibirnya.     

Sementara itu, Darren memacu mobilnya dengan kecepatan luar biasa. Yang dituju bukan lagi mansion melainkan rumah sakit terdekat. Dia sempat melihat kening Calista terluka dan mengeluarkan darah.     

Hanya 10 menit dia sampai di depan ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit cukup besar. Darren segera membuka pintu penumpang bagian belakang dan membopong tubuh Calista yang pingsan di kedua tangannya menuju ke bagian dalam setengah berlari.     

"Suster tolong istri saya. Dia pingsan." Beberapa petugas medis berlarian mendekati Darren. Dua diantaranya membawa tempat tidur dorong dan sekejap tubuh Calista dibawa ke bagian dalam ruangan pemeriksaan. Darren pun menyusul dibelakang.     

"Maaf, bapak ke bagian pendaftaran saja untuk memberikan data pasien. Biar kami yang mengurus istri anda." Pintu ruangan pun ditutup dan Darren segera berlari menuju bagian pendaftaran setelah bertanya-tanya.     

Setelah selesai memberikan data Calista kepada seorang petugas medis, Darren membuat sebuah panggilan.     

"Andrew, kamu cek CCTV sekitar jalan setelah jembatan yang akan aku share sekarang. Aku butuh segera hasilnya malam ini juga." Darren memutuskan panggilan dan mengirim lokasi yang dimaksud.     

Setelah itu dia kembali menuju ruang gawat darurat untuk menemui istri yang hilang beberapa saat yang lalu.     

"Dimana istri saya?" Tanpa basa-basi, Darren langsung bertanya ke intinya pada salah seorang perawat yang baru keluar ruangan.     

"Nama istri bapak siapa?" Tanya sang suster.     

"Calista, dia yang tadi datang dalam keadaan pingsan."     

"Oh sudah ditangani dokter. Bapak bisa masuk dan menuju ranjang yang ada di pojok sebelah kanan." Suster itu menunjukkan arah dimana Calista berbaring.     

"Okay terima kasih." Darren langsung menuju tempat Calista berbaring.     

"Duh tampan banget suami orang." Suster itu tersenyum-senyum sendiri melihat Darren yang melewati dirinya.     

Darren melihat Calista yang masih berbaring dengan mata terpejam. Ada plester di keningnya dan beberapa obat merah di lutut dan sikutnya, juga di sudut bibirnya. Darren geram melihatnya. Baru sekali ditinggal pulang sendiri saja bisa begini. Pelakunya pasti akan merasakan hal yang lebih parah dari yang dialami Calista, itu janji Darren.     

Darren duduk ditepi ranjang mengamati wajah pucat Calista. Tiba-tiba terdengar getaran di ponselnya dan dia pun keluar ruangan sejenak.     

"Tuan, saya dapat hasilnya. Tolong dicek pesan masuk dari saya." Andrew berkata. Darren segera mematikan ponselnya dan melihat file berupa foto yang dikirim Andrew.     

Beberapa foto berupa mini van dan sekitar 3 orang yang berjalan disekitar mobil. Juga ada penampakan Calista yang keluar dari dalam mobil dalam keadaan terpental berguling-guling diatas jalanan beraspal. Rahang Darren mengeras. Ada yang berani main-main dengan nyawanya.     

Darren memperbesar salah satu foto yang memperlihatkan seseorang menghunus pisau ditangannya. Dan, seketika seringai iblis terbit dari bibir Darren yang siapapun melihatnya akan menelan saliva dengan berat dan berasa tenggorokannya tercekat.     

Baru saja Darren akan kembali ke ruangan Calista ketika getar bunyi ponsel menghentikan langkahnya.     

"Darren, kamu dimana? Aku sudah ada didepan pintu masuk rumah sakit. Aku lihat mobil kamu didepan jadi aku penasaran. Kamu tidak apa-apa kan?" Suara Britney membuat Darren menghela napas kasar. Untuk apa perempuan ini datang? Darren sudah menghindar berkali-kali tapi tetap saja Britney selalu menempel layaknya perangko.     

"Untuk apa kamu mengikutiku? Pulanglah!" Darren memutuskan panggilan namun tiba-tiba didepan nya sudah berdiri Britney yang masih menempelkan ponsel di telinganya.     

"Darren, kamu tidak apa-apa? Kenapa harus kerumah sakit? Kamu sakit apa?" Britney menghampiri Darren dan memegang tubuh pria didepannya sambil memeriksa sekira ada luka ditubuhnya.     

"Aku tidak apa-apa. Kamu pulanglah!" Darren melepaskan tangan Britney dari tubuhnya.     

"Darren, aku mengkhawatirkan kamu. Kenapa kamu tidak peduli pada maksud baikku?" Britney memajukan bibirnya seolah sedang merajuk manja agar pria bermata hijau itu menjadi terenyuh dan memeluknya meminta maaf.     

"Aku tidak butuh itu. Sekarang kamu pulanglah. Aku masih ada urusan." Darren berpikir bagaimana caranya mengusir perempuan keras kepala ini. Kalau dia sampai mengetahui apa yang Darren lakukan disini, dia pasti melakukan tindakan nekat.     

"Aku akan temani kamu. Kamu pasti akan butuh bantuanku." Britney memegang lengan Darren seolah tidak ingin melepaskan begitu saja. Darren merenggangkan lehernya ke kanan dan ke kiri.     

"Britney, aku tidak sedang main-main. Kamu pulang atau aku suruh seseorang menjemputmu pulang dengan paksa." Sahut Darren dengan emosi tertahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.