Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

BAB 23: Ceroboh dan Sedikit Menggemaskan (21++)



BAB 23: Ceroboh dan Sedikit Menggemaskan (21++)

Ciuman Darren yang beringas di awal, lama kelamaan lembut dan memabukkan. Calista pun terbuai dengan permainan yang ditawarkan Darren. Melihat Calista yang mulai melunak, Darren melepaskan ikatan tangan Calista.     

Sungguh Calista adalah obat terbaik untuk Darren setelah menikah. Saat suasana hati sedang buruk ataupun saat jiwanya mendadak sunyi, dengan melumat bibir sang istri atau bahkan sampai bercinta, semua rasa pahit dan gundah dihatinya mendadak sirna.     

Ciuman yang seperti biasa didominasi Darren, menuntun tangan mata hijau untuk menjamah bagian tubuh Calista lainnya. Calista tidak merasakan kulit tubuhnya dingin karena ciuman panas yang dihantarkan Darren dan remasan dibeberapa bagian tubuhnya, mampu membuat dirinya hangat bahkan berkeringat saat keduanya menyatu dibawah sana untuk pertama kalinya pagi ini.     

"Ahhhh, pelan-pelan. Aku masih lelah." Calista tidak kuasa menolak permintaan Darren untuk bercinta di pagi hari. Sebaliknya, Darren justu tidak mempedulikan apakah itu pagi, siang, sore, bahkan malam. Dengan menjadikan istrinya sebagai sekretaris pribadinya, dia bisa menikmati tubuh sang istri kapanpun dibutuhkan.     

Mereka bercinta diatas sofa yang semula diduduki Britney.     

"Siapa suruh kamu menawarkan diri pagi-pagi dengan mengetuk pintuku." Darren terus memacu kewanitaan Calista semakin liar dan kencang.     

"Euugggghhh, apakah .... kamu menghukumku .... karena aku mengganggu kalian? Ahhhh." Calista meremas lengan kekar Darren. Sungguh tenaga pria ini sangat luar biasa. Seolah-olah tidak ada habisnya siang malam.     

Darren membalik tubuh Calista menjadi memunggunginya. Mulut Calista dibekap dengan tangan kanannya, sementara bagian bawah Calista dicengkeram dengan tangan kirinya. Calista merasa posisi ini terlalu erotis namun dia tidak bisa menolaknya selain menikmati saja semua perlakuan yang diberikan Darren.     

"Dia bukan siapa-siapaku. Dia hanya masa laluku. Kenapa? Apakah istriku mulai cemburu? Hmm?" Darren meremas kedua buah dada Calista dari arah belakang. Kedua tubuh mereka yang sudah sama-sama polos tanpa pakaian, membuat Calista ketakutan ada yang akan masuk tiba-tiba.     

"Sudah, hentikan. A-aku takut ada yang masuk. Hentikan, please. Darren, aku lelah." Calista merasakan tubuhnya sudah tidak bertulang lagi. Namun, Darren malah membalik tubuhnya ke posisi konvensional.     

"Tunggu aku, aku mau ke-luaarrrrr. Aahhhhhh ...." Jutaan benih menyembur hangat ke rahim Calista membuat dirinya pun ikut mengerang merasakan pelepasan dibagian bawahnya. Secara bersamaan mereka mengerang mengeluarkan pelepasan penuh kenikmatan.     

Darren memeluk tubuh Calista dan membisikkan kata-kata seolah-olah mengandung hipnotis, "Entah apa yang kamu lakukan padaku, tubuhmu selalu mengundangku untuk bercinta lagi dan lagi." Darren mengecup ubun-ubun Calista tanpa melepaskan penyatuan dibawah sana.     

-----     

"Sekarang tugasku bertambah lagi, setiap istri bos masuk ke ruangan, pastikan tidak ada yang masuk kedalam apapun yang terjadi. Huhh ...." Gumam Andrew yang mengenakan earphone di kedua telinganya karena tanpa sengaja tadi dia mendengar suara-suara dari dalam yang membuat telinganya panas.     

"Aku akan bilang ke bos untuk memasang kedap suara di ruangannya, agar tidak terdengar sampai keluar lagi." Andrew mengangguk-angguk dan tersenyum puas penuh kesenangan karena merasa mendapatkan ide cemerlang.     

Tidak berapa lama, Calista keluar ruangan presdir dengan wajah lemas dan tatapan mata sayu. Andrew pura-pura tidak melihatnya, meskipun dia tadi tidak sengaja melihat penampilan Calista yang agak acak-acakan.     

Calista segera menuju toilet terdekat untuk merapihkan penampilannya. Perempuan malang yang hanya menjadi objek seks semata sang suami, membasuh wajahnya dengan beberapa tepukan air kran agar lebih segar. Meski tanpa make up, wajah Calista masih lebih cantik dibandingkan para perempuan yang berdandan habis-habisan.     

Dua orang perempuan yang baru saja keluar dari bilik toilet, menuju wastafel merapihkan rambut dan menambah riasan make up di wajahnya yang mulai memudar.     

"Hai, kamu tahu tidak? Kekasih presdir kita itu sungguh beruntung ya. Bisa menikmati kekayaan presdir juga bermain dengan lelaki lain. Aku tadi melihat perempuan itu menggandeng mesra lelaki lain di kafe." Ucap salah seorang perempuan berpakaian seksi warna biru membalut tubuhnya.     

"Ah masa sih? Kurang apa coba presdir kita? Tampan, postur tubuh sempurna, mata hijaunya aku paling suka, dan kaya raya. 1 paket komplit yang semua perempuan idam-idamkan." Jawab perempuan lainnya disebelah kiri Calista. Calista menyimak sambil pura-pura mencuci wajahnya dengan sabun pembersih wajah.     

"Ada satu lagi yang kurang. Aku dengar dari mulutnya sendiri saat aku duduk didalam kafe dibelakangnya tadi. Dia bilang kalau presdir kita impoten. Sstttt, kamy jangan bilang-bilang ya. Coba, sesempurna apapun pria kalau impoten siapa yang betah?" Jawab si perempuan seksi berbaju biru.     

Hampir saja Calista tersedak air ludahnya sendiri ketika mendengar fitnah sadis yang mengatakan kalau presdir mereka impoten. Kalau impoten, bagaimana bisa dia digauli Darren setiap hari tanpa henti bahkan dengan durasi berjam-jam dan pelepasan berkali-kali. Apakah Darren tidak pernah bercinta dengan kekasihnya?     

Percakapan dua wanita di dalam toilet tadi masih terngiang-ngiang di pikiran Calista. Apa benar yang dikatakan Darren saat diatas tubuhnya tadi kalau dia tidak ada hubungan apa-apa dengan perempuan tadi pagi? Calista berjalan melamun tanpa sadar dia menabrak tubuh tinggi besar didepannya.     

"Hai, ckckck, kamu itu perempuan unik, ceroboh, dan sedikit menggemaskan." Jack, pria kemarin yang memberinya roti makan siang. Untuk apa lagi dia datang? Batin Calista.     

"Maaf, aku tidak sengaja. Permisi." Calista hendak melarikan diri namun dikejar oleh Jack.     

"Hai, mau kemana? Aku belum selesai bicara." Jack meraih tangan Calista namun ditepisnya.     

"Maaf, anda mau bicara apa? Atau, anda mau bertemu presdir bukan? Dia ada diruangannya." Calista melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya. Kali ini Jack tidak mengikutinya. Dia hanya memiringkan dagunya dan tersenyum penuh arti, "Perempuan yang langka." Dia pun berjalan menuju ruangan teman baiknya tersebut.     

"Hai Andrew, bosmu ada?" Jack menyapa Andrew yang sedang berkutat dengan angka-angka dilayar laptopnya.     

"Oh selamat siang tuan Jack. Pak presdir ada didalam. Sebentar." Andrew mengetuk pintu ruangan bosnya dan setelah terdengar sahutan dari dalam, barulah Jack masuk.     

"Kamu." Darren menatap malas melihat temannya yang masuk.     

"Iya aku. Memangnya kamu sedang mengharapkan kedatangan siapa? Britney? Hahaha ...." Jack ngeloyor menghampiri meja temannya dan menyerahkan sebuah benda diatas meja.     

"Mobilnya sudah kutaruh di parkiran khususmu. Lain kali jangan datang ke tempatku kalau menyusahkan saja." Andrew menghempaskan bokongnya diatas kursi depan Darren.     

"Thanks, tadinya aku mau ke tempatmu sepulang bekerja untuk mengambil mobil." Darren mengambil kunci dan meletakkannya dan meletakkannya didalam laci.     

"You're welcome. Oya, sekretaris pribadimu kenapa ditempatkan jauh dari ruanganmu? Bukankah seharusnya dia menggantikan posisi Andrew dan duduk ditempat Andrew didepan?" Jack yang penasaran sejak kemarin, baru sempat bertanya sekarang.     

"Masih masa transisi dan serah terima tugas dengan Andrew. Nanti dia duduk di depan dan Andrew di ruangan sebelah khusus asisten pribadiku." Jawab Darren.     

"Kenapa? Jangan main-main dengan karyawanku!" Sorot tajam mata Darren membuat Jack mengibaskan kedua tangannya di udara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.