Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 303. Ada Yang Tidak Beres



III 303. Ada Yang Tidak Beres

0"Darren, kamu akan kehilangan jatah selama beberapa hari kedepan kalau Calista sampai lihat ini. hehe." Jack menyeringai lebar mentertawakan temannya yang sudah masuk kedalam kategori suami bucin pada istri, sambil keluar meninggalkan Darren yang menyeringai sinis.     
0

"Andrew!" Darren memanggil sekretarisnya yang berada diluar.     

"Siap tuan." Andrew berlari masuk kedalam ruangan.     

"Darimana saja kamu?" Darren menatap garang Andrew yang berada dihadapannya.     

"Saya … ada didepan tuan." Padahal Andrew baru saja kembali dari toilet. Dia tidak mungkin jujur bilang pada bosnya kalau sejak semalam dia mengalami diare jadi pagi ini sudah hampir 3 kali bolak balik kamar mandi.     

"Jadi kamu tidak berusaha mencegah orang yang tiba-tiba masuk ke ruangan saya tadi?" Darren menatap lebih garang lagi.     

"Apa?" Andrew semakin bingung. Siapa yang masuk ya? Bukannya tadi hanya ada tuan Jack? Apakah bosnya ini sudah tidak mau lagi bertemu dengan tuan Jack? Andrew berpikir.     

"Dan kamu masih berani melamun saat saya sedang bicara padamu?" Darren menggebrak meja dengan keras sehingga Andrew terperanjat luar biasa.     

"Aku salah bicara kah?" Pikir Andrew.     

"Kamu keluar!" Darren mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Andrew menghilang dari pandangannya. Andrew yang masih bingung tidak tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya, mengernyitkan dahi dan merenungi apa yang sudah dia lakukan sehingga tuannya menjadi murka tiba-tiba.     

"Kamu tidak mau keluar? Atau, mau sekalian keluar dari perusahaan? Hmm?" Kedua bola mata Darren mau keluar melihat Andrew yang seperti orang bodoh diam berdiri.     

"SIAP!" Secepat kilat Andrew keluar dari ruangan bosnya dan bergegas menutup pintu.     

"Bosmu marah lagi?" Jack yang baru keluar dari toilet, mendengar suara Darren yang menggema hingga keluar ruangan dan melihat Andrew yang keluar dari ruangan bosnya dalam kondisi bingung.     

"Tuan Jack, tolong anda jangan datang lagi keruangan bos saya. Kelangsungan hidup saya bergantung pada kebaikan anda." Andrew menghampiri Jack dengan tampang memelasnya. Jack mengernyitkan dahi. "Apa yang sudah Darren lakukan pada anak buahnya yang setia ini?" Batin Jack.     

"Dia bilang apa padamu?" Jack melipat kedua tangannya didepan dada dan berdiri tegak menghadap sekretaris jomblo yang tiba-tiba jadi penakut ini.     

"Tuan presdir bilang, aku tidak mencegah orang yang berusaha masuk tiba-tiba tadi. Dan, yang aku lihat adalah anda yang baru saja meninggalkan ruangannya." Jawab Andrew dengan nada gemetar.     

Jack tidak bisa menahan ketawanya lagi.     

"Hahaha, jadi yang kamu maksud itu saya yang tidak boleh masuk?" Jack mentertawakan atasan dan bawahan yang sama-sama konyol. Namun, akhirnya Jack kasihan juga dan merangkul bahu Andrew.     

"Sini aku beritahu, tadi ada seorang perempuan penggemar berat bosmu masuk tiba-tiba dan nekat ingin bekerja di perusahaan ini. Aku lupa namanya siapa. Dan, bosmu itu murka karena tidak ada yang menahan perempuan itu masuk kedalam ruangannya. Begitu!" Ujar Jack pada Andrew yang menganga dan manggut-manggut baru paham.     

"Oh jadi begitu. Siapa ya perempuan itu? Andaikan aku tahu namanya saja, aku akan bilang pada bagian HRD untuk tidak menerima lamaran perempuan itu untuk bekerja disini." Jawab Andrew.     

"Entahlah, coba kamu cari tahu sendiri. Dan, jangan lupa, selalu berjaga di luar pintu agar perempuan itu tidak masuk kedalam ruangan bosmu." Ucap Jack sambil menepuk-nepuk bahu Andrew dan berjalan menuju lift meninggalkan sekretaris Darren yang sangat loyal itu.     

"Baiklah, terima kasih atas infonya tuan Jack. Hati-hati dijalan!" Setengah berteriak, Andrew berkata pada Jack dan dibalas pria flamboyant itu dengan lambaian tangan dari dalam lift.     

"Darren benar-benar sudah menjadi pria yang takluk pada istri. Hahaha …" Jack tertawa puas didalam lift yang hanya berisi dia seorang.     

-----     

"Apa kabarmu, Likha? Senang rasanya bila bisa setiap hari berbincang-bincang denganmu seperti ini." Dua perempuan hamil sedang menghabiskan waktunya dengan berbicara di dalam taman yang dikelilingi oleh berbagai macam bunga aneka warna.     

"Iya, akupun mau sekali. Apalagi aku tidak punya keluarga disini. Kakakku satu-satunya ada di Bali." Jawab Likha sambil menyeruput teh manis hangat dengan aroma chamomile itu.     

"Datanglah kesini setiap hari. Rumah kita kan berdekatan jadi kita bisa setiap hari bertemu." Ucap Calista. "Oya, kamu sudah mendaftar senam hamil?" Calista menimpali lagi.     

"Belum. Apakah Calista bisa merekomendasikan tempat yang nyaman untukku?" Likha yang sudah tidak canggung memanggil nama lagi itu, tersenyum hangat pada perempuan cantik yang selalu ramah pada semua orang itu.     

"Ikut denganku besok untuk mendaftar senam hamil. Kita akan kesana berangkat jam 8 pagi. Apa kamu bisa?" Tanya Calista pada perempuan berhijab yang tampak cantik dan anggun dengan polesan make up tipis-tipis itu.     

"In Syaa Allah bisa. Aku akan bilang suamiku nanti sepulang kerja dan meminta ijin padanya." Jawab Likha dengan wajah berseri-seri.     

"Baguslah. Oya, bagaimana dengan pekerjaanmu sebagai perawat. Suamimu pasti tidak mengijinkan saat ini untuk bekerja dengan kondisi kehamilanmu." Ucap Calista sambil berusaha berdiri untuk melhat-lihat bunga hasil kerajinan tangannya sebelum hamil dan diteruskan oleh para pelayan dirumah yang merawat dan menjaga kesegaran bunga-bunga tersebut.     

"Awalnya aku yang ingin tetap bekerja namun aku berpikir lagi kalau dengan kondisiku saat ini mungkin benar kalau aku tidak bekerja dulu saat ini." Jawab Likha.     

"Ya, aku juga waktu ketahuan berbadan dua merasa akan bosan dirumah seharian. Tapi, ternyata banyak hal yang bisa kita lakukan dirumah. Dan, ingat, sekarang sudah jaman internet. Kita bisa melakukan apapun dari rumah dengan internet." Ucap Calista sambil mengedipkan matanya.     

"Betul sekali. Aku sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan dirumah? Bosan juga setiap hari dirumah tidak melakukan apapun." Likha berkata.     

"Maaf nyonya, ada tamu yang ingin bertemu dengan nyonya. Katanya namanya Maura." Seorang pelayan datang dan memberitahukan maksud kedatangannya. Mendengar nama Maura, Calista mengernyitkan dahinya.     

"Untuk apa dia datang lagi? Aku selalu merasa ada yang tidak beres dengannya." Pikir Calista.     

"Antarkan kesini saja ya mba." Ucap Calista kemudian.     

"Temanmu? Apakah aku harus mengundurkan diri sekarang?" Likha tidak ingin mengganggu Calista dengan temannya namun sepertinya perempuan hamil besar ini justru melarangnya pergi.     

"Kamu jangan kemana-mana. Tetap disini dan perhatikan apa yang dia ingin lakukan." Ucap Calista dengan kode rahasianya.     

"Maksud kamu apa?" Likha bertanya lagi. Namun, sebelum pertanyaanya mendapat jawaban, Maura sudah datang dan menghampiri kedua ibu hamil yang sedang berdiri di tengah-tengah taman.     

"Calista …"     

"Maura, ada angin apa kamu kesini?" Calista tersenyum ramah menyambut perempuan yang menurut Darren lain di wajah lain di perbuatan.     

"Oh kamu lagi ada teman. Maafkan aku jadi mengganggu kalian." Maura menunduk sopan dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan pada perempuan berjilbab.     

"Maura …"     

"Likha …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.