Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 307. Ana Uhibbuk Yaa Zawji



III 307. Ana Uhibbuk Yaa Zawji

0Ya Tuhan terima kasih atas anugerah yang Engkau berikan pada aku dan Dave. Karena dibalik musibah yang terjadi, akan ada berkah melimpah. Batin Dian penuh haru.     
0

"Baiklah, aku akan menelpon orang rumah untuk menyiapkan kepulanganmu." Dave mengambil telpon selulernya dari dalam kantong kemejanya dan mulai melakukan panggilan ke orang rumah.     

-----     

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika Lewis sampai dirumah. Suasana rumah tampak sunyi. Biasanya Likha menyambutnya didepan pintu tapi kini tidak ada sosok dirinya sama sekali bahkan ketika Lewis masuk melihat meja makan dan ruang tamu.     

"Dimana nyonya?" Lewis bertanya pada salah seorang pelayan yang membukakan pintu untuknya.     

"Nyonya ada dikamar, tuan." Jawab pelayan perempuan tersebut.     

"Hmm," Lewis menaiki anak tangga menuju lantai dua kamarnya. Dibukanya pintu perlahan setelah mengucapkan salam, seperti yang selalu diajarkan sang istri.     

Lewis memicingkan matanya melihat Likha yang duduk bersandar diatas kasur sambil memainkan telpon genggamnya dengan tidak bersemangat. Melihat Lewis datang, Likha segera bangkit dari kasur dan berjalan menuju sang suami dengan wajah datar tanpa ekspresi sambil mencium punggung tangannya. Perempuan yang tidak mengenakan jilbab saat di kamar itu menuju lemari pakaian dan mengambil satu setel piyama untuk sang suami dan diletakkan didalam kamar mandi.     

Lewis mengamati sang istri yang jadi lebih pendiam malam ini. Saat pagi meninggalkan rumah, suasana hati Likha masih baik dan ceria. Lewis tidak ingin bertanya dulu sampai dia mandi dan menyegarkan dirinya. Likha berjalan melewati suaminya seperti tidak melihat keberadaan suaminya didalam kamar.     

"Sudah semalam ini kamu pasti sudah makan malam kan?" Likha bertanya tanpa melihat wajah sang suami.     

"Ya, aku pulang kemalaman karena aku makan malam dulu diluar dengan seorang klien. Aku sudah memberitahumu kan?" Lewis berkata dengan nada datar.     

"Okay." Likha berjalan menuju kasur dan menyusupkan tubuhnya kedalam selimut lalu perempuan dengan rambut hitam lebat itu memejamkan matanya dengan posisi membelakangi sisi kasur sang suami.     

"Ada yang tidak beres." Pikir Lewis. Tapi, pria itu mengabaikan untuk sementara ini. Tubuhnya sudah benar-benar lengket dan butuh siraman air dingin segera.     

Setelah mandi dan menyegarkan tubuhnya, Lewis keluar dari kamar mandi. Dilihatnya sang istri sudah terlelap, entah benar-benar terlelap atau pura-pura. Naluri Lewis mengatakan dia harus melihat sesuatu di layar laptopnya saat ini juga. Pria itu pun segera membuka laptop dan mengklik layar CCTV yang dipasang di rumahnya. Setelah beberapa saat, betapa terkejutnya Lewis, ketika melihat layar yang ditunjukkan di siang hari. Tamu yang tidak terduga datang ke rumahnya. Lewis mengeraskan rahangnya dan melihat sang istri yang sudah tertidur.     

Untuk apa Grace datang kerumah ini? Apa yang dia katakan sehingga Likha berubah menjadi dingin di malam hari? Lewis mengambil headsetnya dan mendengarkan percakapan dua perempuan itu dengan tenang.     

Tidak butuh waktu lama, Lewis membuka headset dan membantingnya diatas meja. Darahnya tiba-tiba mendidih mendengar apa yang diucapkan Grace. Dia sendiri saja emosi mendengarnya, apalagi istrinya yang sangat halus sifatnya dan tidak pernah menunjukkan rasa emosinya pada siapapun. Likha selalu menutupinya dan menganggap semua akan hilang pada waktunya.     

Lewis menghampiri sang istri dan masuk kedalam selimut yang sama, setelah mematikan layar laptopnya.     

"Kamu sudah tidur?" Lewis mendekap tubuh Likha yang harum menenangkan indera penciumannya. Tangan besarnya masuk memeluk tubuh Likha yang merupakaan mood boosternya kala jiwa raganya letih dengan pekerjaanya seharian.     

"Aku ngantuk sekali dan lelah hari ini. Tidurlah, besok kamu berangkat pagi lagi." Jawab Likha dengan mata tetap terpejam dan tanpa membalikkan tubuhnya.     

"Lelahmu … apakah karena Grace?" Likha membuka matanya lebar-lebar. Bagaimana mungkin dia tahu Grace datang kerumah? Apakah mereka bertemu hari ini? Pikir Likha. Namun, dirinya terlalu gengsi untuk bertanya. Jadi, dia diam saja seolah tidak peduli.     

"Kamu tidak mau bertanya darimana aku tahu dia datang?" Lewis menempelkan pipinya ke pipi sang istri dan berbicara dengan napasnya yang berhembus ke seluruh wajah Likha.     

"Haruskah?" Jawab Likha singkat dengan mata tetap terpejam.     

Lewis membalik tubuh sang istri berbaring menghadapnya dan memegang pipi wajah istri yang sedang ngambek ini,     

"Aku lihat dari CCTV." Jawab Lewis.     

"CCTV? Kamu pasang CCTV dirumah ini?" Likha mulai bertanya dengan banyak kalimat dan dahin berkerut.     

"Yups, aku ingin selalu melihat istriku setiap saat, tidak hanya pagi dan malam saja. Tapi juga siang dan sore. Saat lelahku bila aku menatap wajahmu, semua lelah seolah pergi menguap begitu saja." Ucap Lewis sambil mengecup tipis bibir yang sangat dirindukannya setelah seharian meninggalkan rumah.     

"Cih! Apakah aku harus terbang melayang mendengar kalimat bualanmu?" Likha hendak berbalik kembali memunggungi suaminya namun dicegah oleh Lewis dan posisi Likha dikunci dibawah tubuhnya. Lewis melengkungkan tubuhnya diatas tubuh sang istri agar tidak bisa berbalik lagi.     

"Kamu mau apa? Aku mau tidur." Likha mendorong dada bidang sang suami. Dan, Likha baru sadar kalau suaminya ini tidak mengenakan kemeja piyamanya alias bertelanjang dada.     

"Aku mohon padamu, lupakan masa laluku. Apa yang orang lain katakan, selalu ingatlah aku yang mencintaimu dengan segala kekurangan dan masa laluku. Aku tidak mungkin menghapus masa laluku tapi aku juga tidak ingin membawanya ke masa kini bersama dengan keluarga kecilku." Lewis memeluk tubuh istrinya dari atas tanpa menindihnya.     

Perlahan namun pasti, Likha terbuai dengan semua perkataan sang suami. Lewis benar, aku tidak seharusnya terpengaruh dengan ucapan perempuan itu. Dia hanya ingin merusak rumah tangga yang aku bangun bersama Lewis. Tapi, entah mengapa, kata-kata perempuan itu masih membuatnya merasa sedih dan kecewa dalam waktu yang bersamaan.     

"Kamu melamun lagi. Likha, kita sudah berjanji untuk saling terbuka dan jujur satu sama lain. Kalau kamu diam begini, aku mana tahu apa kesalahanku." Lewis mengecup bibir sang istri dan merayap menuju lehernya, memberikan sedikit jejak kemerahan hampir setiap hari. Beruntung Likha mengenakan jilbab jadi tidak akan ada yang tahu seberapa banyak jejak yang Lewis tinggalkan di tubuh sang istri.     

"Euggghh, aku … tidak tahu harus mulai dari mana mengatakannya. Semuanya begitu … huh … menusuk hatiku." Jawab Likha ditengah lenguhannya.     

"Apakah kamu menyesal menikah dengan pria seperti aku? Yang memiliki masa lalu sebagai seorang petualang cinta?" Lewis mengurung wajah sang istri didepan wajahnya.     

"Tidak." Likha tidak berani menatap lama-lama mata dan senyuman yang memikat itu. Meskipun mereka sudah sah menjadi suami istri, pesona Lewis selalu bisa membuat jantung Likha berdegup kencang dan membuat wajahnya emrona kemerahan.     

"Lihat mataku. Apakah kamu mencintaiku?" Lewis bertanya dengan mata sendunya.     

"Ana Uhibbuk yaa zawji." Ucap Likha malu-malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.