Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 308. Pria Pertama



III 308. Pria Pertama

0"Lihat mataku. Apakah kamu mencintaiku?" Lewis bertanya dengan mata sendunya.     
0

"Ana Uhibbuk yaa zawji." Ucap Likha malu-malu.     

Lewis mengernyitkan dahinya. Jelas-jelas dia hany bisa bahasa Inggris, Italy, China, Jerman, dan tentu saja Indonesia. Tapi istrinya justru memancingnya untuk menambah satu bahasa lagi yang harus dikuasai.     

"Apapun katamu sayang, yang pasti aku suka mendengarnya." Ucap Lewis dengan senyum memikat.     

Lewis pun mulai meminta haknya setelah berhasil menaklukan singa padang pasir. Pria itu membuka semua pakaian yang menutupi tubuh sang istri dan dirinya sendiri. Lalu Lewis mengambil selimut dan menutupi tubuh mereka berdua yang sudah dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun.     

Dengan gerakan sangat lembut, Lewis memasuki kewanitaan istrinya dengan penuh hasrat.     

"Euuughhhh, kamu tidak ada capeknya." Likha merasakan tubuhnya dipacu sang suami dengan gerakan sangat pelan dan betapa mereka sangat menikmati percintaan malam ini. Hujan deras diluar seolah memahami betul ada luka yang harus disiram dan dialirkan jauh-jauh dari rumah sepasang suami istri yang sedang memulai kehangatan mahligai rumah tangga yang mereka bina diatas masa lalu sang suami yang kembali diungkit seorang wanita.     

"Bagaimana aku bisa capek kalau kamu lah obat lelahku. Aarrrrhhhhh." Lewis mengerang panjang diatas tubuh sang istri, begitupun Likha. Seperti biasa, tidak cukup sekali dan harus berkali-kali hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan mereka tertidur kelelahan. Tapi tidak dengan Likha yang bangun untuk membersihkan dirinya sebelum tidur. Minimal bagian bawahnya terbasuh sempurna.     

-----     

Beberapa jam yang lalu …     

Ada jari terketuk-ketuk diatas meja, menunggu telpon masuk dari salah seorang diujung sana. Dan, ketika tiba-tiba nada pesan masuk tiba, Sebuah pesan tertulis masuk dari salah satu aplikasi mengobrol terkenal berwarna hijau itu tiba.     

"Maaf Maura, aku tidak bisa membujuk suamiku. Dia bilang tidak ada lowongan pekerjaan saat ini dikantornya." Begitu pesan tertulis yang masuk terbaca.     

Maura menggenggam erat telpon genggamnya dan membantingnya ke atas kasur.     

"Aaaaarhhhh, dasar wanita kampung! Bilang saja kamu tidak mau suamimu berada dekat-dekat denganku." Maura berteriak penuh amarah.     

Perempuan muda penuh obsesi itu menggigit jarinya tampak resah dan membuat rencana lain. Tiba-tiba dia teringat papinya yang masih bisa diajak bicara, tidak seperti maminya yang jelas-jelas menolak membantunya.     

Drrrt … drrrt … drrrt …     

"Halo."     

"Papi."     

"Maura? Kamu sudah berubah pikiran untuk pulang sekarang?" Papinya bertanya di ujung telpon.     

"No pi, aku tidak akan pulang kalau aku tidak bebas melakukan apapun yang aku mau. Mami tidak mengijinkan aku untuk berbuat apapun yang aku mau." Jawab Maura gusar.     

"Itu karena mami sangat menyayangimu sayang. Mami tidak ingin kamu terjerumus dalam pergaulan bebas. Pulanglah sayang, dan minta maaf pada mamimu." Ucap papinya yang masih berusaha untuk menyatukan hubungan ibu dan anak itu karena keegoisan masing-masing.     

"Nanti saja pi, aku menelpon papi untuk minta tolong." Maura ingin segera menyampaikan maksud hatinya menelpon.     

"Baikah, apa yang ingin kamu katakan?"     

"Papi, bisakah kamu memasukkan aku kedalam salah satu perusahaan menjadi seorang karyawan?" Maura berkata dengan suara manja dan lemah.     

"Kamu ingin bekerja? Bekerlah di perusahaan papi. Disana kamu bisa mulai belajar dari 0 sampai nanti saatnya posisi direktur akan papi serahkan padamu." Jawab papi Maura yang ditanggapi Maura dengan kedua bola matanya berputar.     

"Aku tidak ingin bekerja di kantor papi. Mereka akan menganggap aku hanyalah anak presdir yang tidak akan melihat kemampuanku sesungguhnya. Aku ingin bekerja di perusahaan lain agar bisa belajar lebih baik, tanpa memandang statusku karena anak papi." Jawab Maura meyakinkan.     

"Begitukah? Ternyata anak papi sudah besar. Baiklah akan papi coba. Kamu mau bekerja di perusahaan mana?"     

"The Anderson Group." Jawab Maura mantap.     

Papi Maura terdiam sejenak lalu berkata, "Heh, jangan bilang kamu tergoda dengan pesona presdirnya. Maura, dia sudah menikah dan sebentar lagi akan mempunyai anak. Kamu jangan punya pikiran macam-macam dengannya. Darren adalah pengusaha bersih dan sayang keluarga. Papi tidak setuju." Jawab Papi Maura.     

"Tapi pi, aku hanya ingin bekerja disana. Aku tidak bermaksud apa-apa?" Jawab Maura pura-pura tidak mengerti.     

"Maura, kamu besok datang ke kantor papi. Kita bicarakan lagi besok. Sekarang sudah malam."     

"Baiklah pi. Terima kasih waktunya. Bye."     

"Bye." Maura menutup telpon dan menyeringai sinis melihat alat komunikasinya itu. "Hanya papi yang bisa menolongku saat ini." Gumam Maura.     

Baru saja Maura ingin mengunci pintu kamarnya, tiba-tiba dari luar pintunya didorong oleh seseorang. Maura tidak kaget karena yang bisa melakukan itu hanyalah pria beristri simpanannya, Ryan.     

"Halo cinta." Ryan masuk lalu menutup pintu kamar perempuan simpanannya.     

"Kamu, kenapa pulang kesini lagi? Bagaimana kalau istrimu tahu?" Maura yang sesungguhnya tidak peduli ini, hanya berbasa basi saja, tersenyum menggoda.     

Pakaian Maura yang sangat memancing naluri kelelakian Ryan, yang baru kembali dari perjalanan bisnisnya salama satu minggu itu, tidak bisa tertahan lagi.     

"Kamu menginginkan aku?" Maura melihat senyum dan tatapan nakal Ryan sepertinya sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi.     

"Aku akan membuatmu tidak bisa bangun besok." Jawab Ryan dengan menarik tubuh Maura kedalam pelukannya.     

"Uuuh aku takut sekali mendengarnya." Maura mencium bibir Ryan dan menggigit kecil permukaan bibir pria beristri ini.     

Ryan mulai membuka seluruh pakaiannya dan membuat Maura untuk melihatnya dengan jelas. Perempuan itu sedikit bergetar melihat betapa sempurnanya tubuh pria beristri ini. Setelah Ryan menampilkan tubuh polosnya, kini tinggal Maura yang melakukan bagiannya.     

Ryan melihat saja apa yang dilakukan perempuan anak pejabat daerah ini melucuti semua pakaiannya satu persatu. Dua gumpalan lemak berwarna putih membusung dengan kuncup warna merah itu menjadi pusat perhatian lelaki mata keranjang beristri tersebut.     

"Love your body so much." Ryan menempelkan tubuhnya pada tubuh Maura.     

"Tetap seperti ini posisimu sayang. Aku ingin melakukannya sambil berdiri." Ujar Ryan. Namun, Ryan menarik tubuh Maura memepet tembok kamar mereka. Ryan berlutut dan mulai menelusuri seluruh inci kulit tubuh Maura. Inilah yang diinginkan Maura dengan hidup bebas diluar tanpa tekanan dan larangan. Dia menyukai sensasi bercinta dengan pria yang memuja tubuhnya dan bisa memberikan kepuasan batin padanya. Tentu saja itu tidak akan didapatinya jika dia tinggal bersama orangtuanya.     

"Aaaarhhhhh," kulit tubuh Maura bergetar hebat tatkala lidah Ryan melesak masuk menjilat-jilat klitorisnya. Kaki Maura diangkat satu dan diletakkan diatas bahu sang pria beristri. Maura meremas rambut Ryan agar tidak terjatuh karena rasa geli yang sangat besar. Sambil menjilat kewanitaan Maura, tangan pria itupun meremas dua gumpalan lemak yang kenyal itu.     

Maura merasakan Ryan semakin mahir dan pintar menyenangkan dirinya. Dialah pria yang pertama kali mengajarkan padanya berbagai pose bercinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.