Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 306. Berkah Dibalik Musibah



III 306. Berkah Dibalik Musibah

0"Aku kangen judesnya kamu. Kapan kita pulang sayang. Aku tidak sabar untuk memeluk dan menciummu." Ucap Dave didepan wajah Dian. Napas hangatnya menyapu wajah Dian yang polos tanpa make up.     
0

"Aku dalam keadaan tidak fit saat ini. Dan, itu membuatmu tidak terurus. Lihatlah bulu-bulu halus yang tumbuh di rahangmu ini. Sudah berapa lama kamu tidak bercukur?" Dian menatap wajah sang suami dan mengusap pipi dan semua bagian wajah pria yang sangat dibencinya di awal pernikahan mereka itu. Kini, semua kebencian menguap seiring berjalannya waktu. Dan, berganti dengan cinta dan kasih sayang satu sama lain untuk saling menjaga dan mengasihi.     

"Sayang, kamu tahu sendiri, aku tidak punya siapa-siapa didunia ini. Aku hanya punya kamu dan calon anak kita. Kalau kamu sakit, tidak ada yang akan memperhatikan pakaianku, makananku, bahkan penampilanku." Dave merangkul tubuh sang istri dalam pelukannya dengan gerakan sangat lembut. Tidak ada yang bisa menduga kalau dahulu ini pria ini sangat kasar dan tidak suka dibantah setiap ucapannya. Kini, setelah menemukan perempuan yang pas dan bisa mengimbangi kepribadiannya, pria ini menjadi sangat lembut dan penuh kasih sayang.     

"Kamu pun tahu aku anak yatim piatu, dan dari keluarga yang tidak berada. Kita berdua memiliki kemiripan nasib yang sama. Bedanya, aku perempuan biasa dan kamu pria luar biasa." Ucapan Dian yang berhembus di telinga Dave membuat pria ini seperti sedang dibuai dengan kata-kata penuh nada menyejukkan dan membuatnya terbuai.     

"Tapi kamu tahu tidak?" Dave merenggangkan pelukannya, "Papahnya Calista memintaku untuk menganggapnya sebagai orangtuanya juga. Jadi, aku sekarang punya orangtua angkat. Aku salah telah berlaku jahat pada mereka hanya karena dendamku yang membuat semua orang jadi terlibat." Ujar Dave dengan wajah sendunya.     

"Memangnya, apa yang sudah kamu lakukan pada mereka?" Dian menatap tajam mata sang suami. Dave terperanjat kaget dengan pertanyaan Dian. Pria itu lupa memberitahukannya kalau dialah yang menyuruh orang untuk menculik Calista di puncak.     

"Dave, jangan diam saja! Katakan padaku, apa yang kamu lakukan pada Calista dan keluarganya? Mereka begitu baik padaku dan kamu … jangan katakan kamu telah melakukan sesuatu yang mengerikan." Dian mengatupkan bibir menahan sesak di dada. Dia menyayangi suaminya tapi dia tidak ingin suaminya terlalu jauh berbuat jahat.     

"Kalau kamu tidak ingin mengatakannya, setidaknya kamu mau meminta maaf pada mereka. Aku tidak ingin semua kejahatan yang telah kamu lakukan akan berbalik kembali ke anak kita. Setelah aku pulang dari sini, kita kerumah Calista dan orangtuanya. Aku yakin mereka pasti mau memaafkanmu. Okay?" Dian tidak ingin mendesak suaminya lebih jauh. Percuma juga baru ditanyakan sekarang. Yang penting, Calista dan keluarganya baik-baik saja dan permintaan maaf harus segera diberikan.     

"Baiklah, demi kamu dan anak kita, aku siap melakukan apapun." Jawab Dave sendu.     

"Kemarilah," Dian menarik dagu sang suami dan memberikan kecupan tipis di bibir seksi tersebut. Maksud Dian adalah untuk menenangkan sang suami yang beberapa detik lalu tampak muram setelah pengakuan tidak sengajanya. Tapi siapa sangka kalau maksud hatinya ternyata diartikan berbeda oleh Dave.     

"Kamu sudah tidak sabar juga ya?" Dave menarik tengkuk sang istri yang matanya terbelalak lebar dan mereka pun larut dalam ciuman panas dan penuh hasrat hingga tiba-tiba Dian mengaduh,     

"Ummppphh … pinggangku." Dave terlalu bersemangat sampai lupa kalau istrinya masih dalma tahap penyembuhan.     

"Oh maafkan aku, kamu tidak apa-apa?" Dave melepaskan pegangannya di tengkuk dan beralih memegang kedua bahu sang istri sambil matanya menatap kearah bawah.     

"Huft, tidak apa-apa. Ternyata aku tidak boleh memancing harimau tidur. Baru sedikit kecupan saja, dibalas dengan berlipat-lipat kali ciuman." Jawab Dian sambil merengut manja. Tangan kanannya memegang perban yang masih menempel di pinggangnya.     

"Haha, I love you honey. I love you so much. Aku tidak pernah percaya pada cinta sebelum aku melihatmu. Tidak pernah percaya dengan pernikahan sebelum aku berbicara denganmu, tetapi sekarang aku sangat percaya dalam hidup karena aku memiliki kamu." Kalimat-kalimat cinta membuat Dian serasa terbang hingga ke langit ketujuh.     

Seumur hidupnya dia tidak pernah mendengar seorang pria mengatakan hal-hal romantis padanya kecuali sejak dia bertemu dengan Dave. Terlalu banyak yang terjadi diantara mereka hingga Dian akhirnya menyadari kalau hanya Dave yang mencintainya dan memperlakukannya seperti seorang ratu, dibalik segala kekurangannya. Karena manusia tidak ada yang sempurnya. Nobody is perfect.     

Dian menangis haru dan sesenggukan didada Dave. "I love you too, Dave." Dian memeluk erat suami tercinta yang mencintai dirinya dengan caranya sendiri.     

"Ehem, maaf mengganggu waktunya." Carol tiba-tiba masuk membuat sepasang suami istri itu melepaskan pelukan mereka. Dian tampak menghapus airmata yang membanjiri pipinya. Dave pun membelakangi Carol untuk cepat-cepat menghapus air mata yang menetes disudut kelopak matanya.     

"Dian, kamu bisa pulang hari ini. Kamu hanya perlu bedrest dirumah. Jangan banyak bergerak dulu selama satu minggu kedepan. Dan, ini yang paling penting … kalian tidak boleh berhubungan suami istri dahulu sampai luka tembak itu benar-benar mengering." Carol tersenyum penuh arti, yang membuat Dian tersenyum malu. Tapi tidak dengan Dave yang menunjukkan ekspresi kecewa dan sedih jadi satu.     

"Jadi, kalau dihitung-hitung, dua minggu aku puasa. Bagaimana ini sayang? Dengan cara apa kamu akan membayarnya?" Dave menatap Dian yang menyeringai sinis sambil bibirnya komat kamit mengutuk karena ucapan tidak tahu malu sang suami. Carol menahan senyum dibibirnya melihat kelakuan pria yang jelas-jelas sangat bucin pada istrinya.     

"Hehehe, jangan dengarkan dia. Oya, administrasinya sudah selesai kah?" Dian bertanya lagi pada Carol.     

"Sedang diurus suster. Nanti kalau ada yang dibutuhkan, akan dibawa kesini apa saja yang harus ditandatangani. Oya, jangan mandi dulu yaa. Cukup lap basah saja." Ucap Carol lagi.     

"Baik dokter Carol, terima kasih nasihatnya." Dian berkata dengan penuh keramahan.     

"Kalau begitu aku keluar dulu. Lekas sembuh dan jaga kandunganmu sebaik-baiknya. Mereka anak yang hebat, seperti mommnya." Ucap Carol sambil mengedipkan matanya dan berjalan keluar meninggalkan sepasang suami istri yang melongo tidak mengerti.     

"Mereka? Maksudnya apa?" Dian menatap Dave dengan tatapan tidak mengerti. Dave malah tersenyum senang dan tertawa sendiri penuh haru.     

"Sayang, Tuhan sangat mengujiku namun menyayangimu dalam satu waktu. Aku harap sikembar tidak memiliki sifat seperti daddynya, tapi memiliki sifat dan dan kecantikan seperti mommynya kalau perempuan. Kalau tampan tentu saja harus seperti aku. Hahaha …" Dave memeluk istrinya sekali lagi dan mengecup ubun-ubunnya. Dian menangis haru lagi. Mereka akan memiliki anak kembar, seperti sahabatnya, Calista.     

Ya Tuhan terima kasih atas anugerah yang Engkau berikan pada aku dan Dave. Karena dibalik musibah yang terjadi, akan ada berkah melimpah. Batin Dian penuh haru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.