Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 291. Lupakan Balas Dendam



III 291. Lupakan Balas Dendam

0"Jack, kamu disitu?" Carol tiba-tiba datang. Dokter muda itu mencari Jack kesana kemari dan akhirnya menemukan pria flamboyant itu didepan ruang operasi. "Sedang apa kamu disini?" Tampak Dave dan Gladys melihat dokter muda itu datang dengan tatapan yang berbeda. Dave malas merespon sementara Gladys merasakan semakin banyak orang disekitar istri Dave, semakin sempit ruang pergerakannya. Dia harus melenyapkan perempuan yang baru selesai di operasi itu secepat mungkin sebelum dia bangun dan memberikan kesaksiannya.     
0

"Temannya istri temanku baru selesai dioperasi didalam dan sekarang sedang masa observasi. Istrinya temanku ini memintaku untuk menunggui suami teman dari istrinya temanku yang sekarang sedang duduk di sebelahku ini. Kamu paham kan sayang?" Jack berkata sambil tersenyum lebar.     

"Ah kalimatmu membuat aku pusing. Jadi, pasien yang sudah dioperasi masih ada didalam?" Tanya Carol lagi.     

"Yups." Jawab Jack singkat.     

"Ohh begitu." Dan, maaf anda siapa? Adik dari suami pasien atau adik pasien langsung?" Carol berkata pada Gladys yang duduk di sebelah kiri Dave dengan posisi merapat.     

"Apa urusannya dengan kamu? Siapa kamu baru datang langsung bertanya padaku seperti itu?" Dengan wajah garang, Gladys menjawab pertanyaan Carol. Dokter muda itu langsung mengernyitkan alis mendapati jawaban menohok yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang dia ajukan.     

"Oh, jangan bilang kalau kamu pelakornya!" Carol berkata ceplas ceplos yang membuat ketiga orang yang sedang duduk dihadapannya melebarkan mata merek masing-masing.     

"Sayang, kamu jujur sekali!" Jack berkata pada Carol yang melipat kedua tangannya di depan dada. Carol melebarkan mata melotot pada Jack untuk menyuruhnya diam. Pria flamboyant itu pun menutup mulutnya.     

"Kalau aku sudah menikah nanti dan jika suamiku ketahuan punya pelakor, aku akan membuat pria wanita selingkuh itu hadiah paling manis dariku. Untuk yang pria akan aku berikan suntikan impoten dan untuk yang wanita akan aku berkan suntikan pelemah urat syaraf lalu aku buang ke kolong jembatan. Biar digilir banyak pengemis disana. Cih!" Kalimat yang diucapkan Carol sukses membuat Gladys, Dave, dan Jack menelan saliva dengan susah payah. Dokter muda itu pun pergi meninggalkan ketiga orang yang masih shock dan menuju ruang operasi untuk melihat keadaan Dian, teman dari istrinya teman Jack.     

"Siapa dia? Tunanganmu?" Dave bertanya pada pria yang duduk disebelah kanannya sambil berbisik.     

"Iya." Jack menjawab dengan nada lemas seperti mau menangis. Dave menggeleng-gelengkan kepala dan menepuk-nepuk bahu Jack seraya berkata, "Turut berduka cita." Jack semakin meringis dan menundukkan tubuhnya kearah depan.     

"Istrimu mau dibawa keruang rawat inap biasa sebentar lagi. Kamu sudah atur kamarnya?" Carol baru keluar dari ruangan dan langsung bertanya pada Dave.     

"Sudah, aku sudah menyewa kamar paling mahal disini." Jawab Dave dengan mantab.     

"Cih! Dasar orang kaya. Kamar biasa juga tidak apa-apa yang penting ada yang menjaga dua puluh empat jam." Jawab Carol.     

"Aku yang menjaganya." Dave berdiri dan bersiap-siap menuju kamar perawatan Carol.     

"Aku ikut!" Gladys akan mengikuti kemana Dave melangkah namun tangannya keburu ditarik Carol dan dokter muda itu berkata, "Istrinya sedang terkena musibah. Sebaiknya kamu tidak usah mendekati suaminya. Kalau kamu tidak punya rasa takut pada Tuhan, setidaknya kamu punya rasa malu dan harga diri." Carol menatap tajam Gladys dan menghempaskan lengan perempuan itu untuk menjauhi Dave.     

"Kamu! Awas ya, kamu akan rasakan akibatnya karena telah mengganggu aku!" Gladys pergi dari tempat tersebut dengan rasa marah yang menggebu-gebu. Jack yang melihatnya hanya bisa terdiam dan melotot ngeri.     

"Sayang, kamu kenalpun tidak dengan istrinya pria itu tapi seperti sudah mengenal lama saja." Jack memeperhatikan Gladys yang semakin menjauh lalu menghilang dengan kaki dihentakkan keras-keras ke lantai.     

"Aku paling tidak suka dengan perempuan penggoda. Masa lalu adalah pelajaran untukku untuk tidak menjadi wanita lemah." Perempuan yang masih mengenakan jas putihnya itu melihat Jack sekilas lalu pergi meninggalkannya untuk menuju ke ruangan dokter.     

"Tunggu aku!" Pria flamboyant itu setengah berlari menyusul tunangannya yang semakin lama semakin menunjukkan taringnya.     

-----     

"SIAL! Banyak sekali orang yang mendukung perempuan kampung itu!" Gladys memukul setir kemudi sekencang mungkin. Rahangnya mengeras dengan tangan terkepal. "Aku harus segera membunuh perempuan itu sebelum dia sadar." Gladys berpikir keras bagaimana caranya agar bisa mendekati Dian dan membunuhnya dalam keadaan sepi, tidak ketahuan siapapun. Tapi Dave selalu mengawasinya. Gladys menelpon anak buahnya yang sedang berada di markas.     

"Kalian dimana?" Gladys menghidupkan mesin mobil meninggalkan rumah sakit untuk menyusun rencana selanjutnya.     

"Kami di markas, bos."     

"Tunggu aku disana!" Perempuan yang menjadi orang ketiga dalam pernikahan Dave dan Dian pun melesat menuju markas tempat dia mengumpulkan anak buahnya.     

Dian yang sudah diperbolehkan keluar dari ruangan observasi, kini dibawa menuju ruang perawatan biasa disertai pengawalan dari sang suami, Dave dan juga Jack juga Carol. Mereka bertiga mengiringi Dian yang masih belum tersadar dari obat biusnya.     

Tampak wajah Dian lebam di bagian pipi dan bibir, tangan dan kaki ada bekas ikatan tali, juga perban yang menutupi pinggangnya bekas tembakan peluru yang sempat bersarang namun beruntung tidak sampai dalam.     

"Ini penyiksaan, istrimu disiksa sebelum ditembak." Carol berkata ketika melihat luka-luka yang ada dibagian tubuhnya. Dave mengeratkan gigi dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Emosinya sudah mendidih sampai ke ubun-ubun. Suami mana yang tidak marah bila melihat istri yang dicintainya dianiaya sebelum akhirnya ditembak.     

"Tunggu sampai istrimu bisa sembuh dan bersaksi, maka semuanya akan nampak dengan jelas apa penyebabnya. Untuk sementara ini, istrimu harus dikawal dengan ketat, tidak boleh dibiarkan sendirian. Takutnya penjahat itu akan membungkam istrimu untuk selamanya." Ucapan Jack meskipun tampaknya sangat menusuk tapi ada benarnya. Dave memutuskan untuk menyewa pengawal dua puluh empat jam disisi istrinya tanpa ada seorangpun yang bisa mendekatinya, kecuali dirinya sendiri.     

"Beruntung janin yang dikandungnya selamat. Istrimu benar-benar hebat." Carol memeriksa beberapa bagian tubuh Dian yang masih terbaring lemah dengan banyak selang di tubuhnya.     

Dave menyingkir sejenak lalu melakukan panggilan via telpon kepada seseorang diujung telpon. Hanya beberapa menit saja dia menelpon dan lalu dimatikan.     

"Terima kasih kalian sudah mau menemani. Sekarang kalian boleh pulang. Biar aku yang menunggunya. Aku tidak akan kemana-mana." Dave berkata sambil menundukkan kepalanya tanda ucapan berterima kasih.     

"Jangan sungkan-sungkan. Temannya temanku adalah temanku juga. " Ucap Jack. Dave tidak menyangka, orang-orang yang dulu ingin dia bunuh, kini malah berbalik ada dipihaknya begitu juga teman-teman dan keluarganya semua mendukungnya. Dave merasa sudah harus melupakan semua rencana balas dendam yang tidak berkesudahan. Hanya membuat semua orang menderita, termasuk istri dan anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.