Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 314. Surat Gugatan Cerai



III 314. Surat Gugatan Cerai

0"Tanda tangani ini! Maka aku akan melepaskan istrimu!" Perempuan itu mengancam. Darren dan Calista mengernyitkan mata tidak mengerti. Tanda tangan apa? Batin mereka. Calista malah lebih penasaran siapa perempuan dibalik masker dan kacamata hitam ditengah malam ini. Sepertinya perempuan ini menggunakan alat pengubah suara di tenggorokannya karena suaranya terdengar menggema dan bulat.     
0

Darren mendekati kap bagasi mobil didepannya dan mengambil kertas yang ada diatas amplop coklat tersebut. Bukan permintaan sejumlah saham atau nominal uang sekian ratus juta atau milyar, tapi sebuah surat perjanjian yang berisi mengenai persetujuan untuk BERCERAI. Darren dipaksa untuk menceraikan istrinya yang sangat dicintainya dalam keadaan hamil besar pula. Calista tidak tahu apa isi perjanjian itu. Tapi dia bisa melihat reaksi suaminya seperti ingin membunuh orang.     

"Hahaha, kalian pasti orang yang mengenal kami dengan baik. Kalian pasti tahu kami saling mencintai sehingga kalian menggunakan cara murahan seperti ini. Perceraian tidak bisa dipaksakan dan hukumnya TIDAK SAH!" Darren menggebrak kap mobil dengan kencang dan dengan suara lantangnya sehingga semua orang kaget mendengarnya.     

"Maaf, kalau kamu tidak bisa menandatangi perjanjian ini, maka istri dan anakmu akan meninggal dihadapanmu sekarang juga!" Perempuan itu menarik pelatuknya di kening Calista. Hanya butuh sedikit sentilan dan isi kepala Calista akan buyar bertebaran di jalan beraspal yang sepi ini.     

Darren mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil mengeratkan giginya. Dia tidak mungkin menceraikan istri yang dicintainya tapi dia juga tidak mungkin melihat istri dan anaknya terbunuh dihadapannya.     

"Siapa kalian? Kenapa kalian bisa berbuat sekejam ini?" Darren mencoba mengulur waktu agar setidaknya ada orang yang lewat di jalanan sepi ini.     

"Kamu tidak perlu tahu siapa kami tapi kamu akan segera melihat pistol ini akan memuntahkan isinya jika surat itu tidak segera ditandatangani." Perempuan itu mengancam lagi.     

"Calista, kamu tahu betapa aku sangat mencintaimu. Kalau dikehidupan ini kita tidak berjodoh, aku akan mencarimu di kehidupan selanjutnya dan tetap menunggumu meskipun kamu tidak mengingatku." Calista berontak menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak ingin bercerai dengan suaminya tapi ada anak yang dikandungnya. Andaikan hanya nyawanya saja dipertaruhkan, Calista tidak akan mengorbankan pernikahan mereka.     

Perempuan dibalik masker dan topeng itu tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya, tidak akan ada yang merebut lelakinya. Tidak temannya sekalipun. Darren pun mengambil pulpen yang ada diatas amplop dan mulai menorehkan tanda tangannya dibagian bawah. Darren mengeluarkan mata menangis pilu membaca judul surat tersebut yang bertuliskan GUGATAN CERAI.     

Setelah selesai menandatanganinya, seseorang memukul tengkuk Darren sehingga pria itu terjatuh tidak sadarkan diri. Calista meronta melihat suaminya pingsan.     

Satu jam yang lalu …     

Drrrt drrrt drrrt …     

Calista yang sedang tertidur diatas sofa bed mendadak terbangun karena mendengar bunyi telpon masuk.     

"Nyonya Calista?" Suara seorang pria diujung telpon bertanya.     

"Iya betul, anda siapa?" Calista merenggangkan ponsel dari telinganya dan melihat nama si penelpon namun tertulis 'nomer tidak dikenal'.     

"Saya salah satu karyawan dari tuan Darren. Saya tidak bisa bicara banyak. Bos sekarang sedang mengalami kecelakaan di perusahaan dan sedang menunggu ambulans untuk datang. Saya pikir nyonya perlu tahu dan segera datang ke perusahaan karena kondisi tuan Darren sangat kritis." Calista yang mendengar laporan tersebut mendadak panik dan telpon ditangannya hampir terjatuh.     

"Aku aku akan segera kesana. Kamu awasi suamiku dan segera bawa ke rumah sakit. Beritahu aku rumah sakitnya jika sudah dibawa." Calista segera mengambil telpon genggamnya dan memanggil supir yang biasa bersamanya.     

"Kita ke kantor Darren, pak." Ucap Calista dengan dada sesak dan air mata yang sudah membanjiri pipinya.     

"Siap nyonya." Mobil itu pun meluncur keluar kediaman Darren dan menuju kantor seperti yang dikatakan si penelpon. Namun baru sampai setengah jam perjalanan, sebuah mobil menyalip didepan mobil yang Calista tumpangi, di sebuah jalanan sepi dekat taman. Calista tidak tahu siapa mereka namun dalam sekejap, pintu mobilnya digedor paksa dari luar.     

Calista berteriak minta tolong namun sayang sekali tidak ada yang mendengarkan. Ketika tiba-tiba jendela bagian supir ditembak dari luar sehingga supir pribadinya tewas ditempat dengan luka tembak di dahi. Calista berteriak ketakutan. Semua terasa begitu cepat ketika akhirnya dia pun berhasil ditarik keluar dan ditarik paksa untuk pindah mobil.     

Didalam mobil, mata dan mulut Calista ditutup, kedua tangannya diikat di belakang. Calista berdoa semoga kandungannya baik-baik dan saja dan mereka bertiga bisa selamat dari penculikan ini. Kenapa hidupku selalu mengalami penculikan dan percobaan pembunuhan? Batin Calista.     

Setelah melihat suaminya pingsan, Calista memberontak mencoba mendekati sang suami namun rambut panjangnya dijambak dari belakang. Calista memegang tangan yang menjambak rambutnya dan berusaha sekuat tenaga menarik tangan tersebut dan membantingnya ke atas jalanan beraspal. Entah kekuatan darimana namun tiba-tiba perempuan penculik itu berhasil dibanting ke jalanan dan Calista menendang pistol yang ada didekat perempuan tersebut. Dengan susah payah, perempuan hamil itu mengambil pistol tersebut dan menodongkannya ka tubuh perempuan yang dia injak dengan kaki dibawahnya.     

"Kalian lepaskan senjata itu. Aku belum mahir menggunakan senjata api ini, salah salah aku bisa menembak kepalanya, atau mulutnya, atau matanya." Tidak ada yang bergerak menuruti perintah Calista, dan perempuan hamil itu pun serius menembakkannya ke ban mobil yang ada disebelahnya.     

"KALIAN TUNGGU APA LAGI? Perempuan ini sudah gila! Cepat turunkan senjata kalian!" Perempuan itu memberi perintah kepada dua orang pria yang sudah dipastikan adalah anak buah mereka. Kedua pria itu pun menjatuhkan senjatanya perlahan ke jalanan.     

Calista membalikkan tubuh perempuan dibawahnya menghadap jalanan dengan posisi tengkurap menggunakan kakinya. Pistolnya tetap ditodongkan ke wajah penjahat dibawahnya.     

"Siapa kalian? Kenapa kalian sangat jahat sekali ingin memisahkan suami istri yang sudah disahkan oleh agama dan hukum? Aku penasaran siapa perempuan jahat berhati iblis ini yang tega memisahkan dua orang yang dicintai." Calista ingin menunduk dan menarik topeng masker yang menutupi kepala perempuan ini namun dengan gerakan tiba-tiba, perempuan dibawahnya ini berkelit dan mencoba melarikan diri namun Calista reflek menembaknya hingga mengenai tangan perempuan tersebut.     

"Aaaahh siaaal! Bunuh wanita itu dan buang mayatnya ke tengah jalan biar dilindas mobil yang lewat.     

Kedua pria tadi segera mengambil pistol yang semula mereka jatuhkan dan mulai menembak Calista. Namun perempuan hamil ini berkelit menghindar dari tembakan beruntun. Ketika tiba-tiba sebuah mobil lewat dan membunyikan klakson kencang sekali. Dan, aksi tembak menembak itu pun berakhir. Mereka melarikan diri dengan membawa surat ditangan menggunakan mobil Darren yang ditinggal.     

"Kamu berdarah!" Seorang wanita didalam mobil yang lewat itu segera mendekati Calista yang terluka parah di pelipisnya.     

"Kamu sedang hamil?" Calista seketika pingsan ditempat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.