Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 298. Gejolak Didalam Perut



III 298. Gejolak Didalam Perut

0Ciuman mereka semakin panas, seiring tangan Lewis yang mulai meremas dada sang istri. Likha melepaskan ciuman panas itu karena merasakan kulit tubuhnya meremang. Tangannya semakin erat memeluk leher sang suami. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Lewis masuk kebalik jilbab sang istri dan menghisap benda bulat dan kenyal yang sangat disukainya itu.     
0

Likha menutup mulutnya dengan satu tangan agar tidak ada desahan terlolos. Lewis yang semakin agresif, terus melumat dan menghisap kedua gunung kembar milik Likha. Likha takut ada yang masuk kedalam ruangan suaminya dan melihat mereka melakukan hal tak pantas seperti ini dikantor.     

Sementara di luar ruangan Lewis. Lian berdiri didepan pintu sang presdir sambil berpura-pura menelpon. Sesungguhnya pria jomblo itu sedang menjaga orang luar agar tidak ada yang masuk kedalam ruangan bosnya ketika istri sang bos berada didalam. Lian tidak tahu apa yang terjadi, tapi yang pasti sesuatu yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. "Bos, aku digaji berapa untuk jadi penjaga pintu begini?" Keluh Lian dalam hati.     

"Lewis, sudah. Hentikan, nanti ada yang masuk." Likha berusaha mendorong kepala sang suami menjauh dari balik jilbabnya tapi tampakny pria mesum ini tidak mau melepaskan keasyikannya.     

"Lepaskan, atau aku tidak akan memberikanmu jatah malam ini." Likha tahu dia tidak akan bisa mengancam Lewis dengan gertakan sambalnya. Tapi, suaminya ini benar-benar sudah keterlaluan dan luar biasa nafsunya.     

"Huft, kamu mengganggu kesenanganku saja." Ucap Lewis dengan mata sendu dan mengancing kembali satu demi satu dada sang istri dengan satu tangannya.     

"Kamu keterlaluan, tahu tidak?" Likha gemas sekali melihat tingkah suaminya. Dan, dia pun mencari toilet yang terletak didalam ruangan itu dan membuka pegangan pintunya. Lewis terkekeh melihat wajah istrinya yang marah-marah. Likha menahan emosi dengan mengeratkan giginya. Dia melihat banyak sekali jejak merah bekas hisapan sang suami di sekitar dadanya. Sepertinya dadanya tidak akan pernah bisa polos sehari saja. Bekas yang sebelumnya juga masih ada samar-samar disana.     

Likha merapihkan kembali jilbab, gamis, dan wajahnya lalu mematut dirinya didepan cermin. Perempuan berjilbab itu menghela napas dalam-dalam sebelum keluar dari toilet khusus sang suami. Saat dia keluar dari toilet, tampak Lian sudah berdiri di depan meja Lewis sambil menunggu dokumen yang sedang ditanda tangani Lewis. Lian tersenyum ramah melihat istri bosnya keluar. Lewis melirik tajam Lian yang sedang tersenyum pada istrinya. Sekretaris pria yang masih jomblo itu melihat pelototan tajam dari sang bos, membeku seketika dan menelan saliva susah payah.     

Likha berjalan mengambil tas yang berisi kotak makan siang sang suami dan membukanya diatas meja.     

"Perbanyak salinan dan berikan pada masing-masing direktur tiap divisi." Titah Lewis dengan suara beratnya.     

"Siap tuan," Lian segera mengambil dokumen yang sudah ditandatangani dan keluar meninggalkan ruangan, tanpa melihat istri bosnya lagi. Likha yang sudah bersiap-siap untuk tersenyum, diabaikan begitu saja dan sekretaris jomblo itu pun menutup pintu sebelum bosnya menendang ke kantor cabang lain. Likha mengerutkan bibir dan mengangkat bahu merasa diabaikan.     

"Coba lihat, makanan apa yang dibawa istriku ini." Lewis menghampiri Likha dan duduk disebelahnya.     

"Hanya salmon teriyaki dan sup jamur. Mudah-mudahan kamu suka." Jawab Likha sambil membuka satu persatu kotak makan susun tiganya. Lewis melihatnya dengan senyum penuh haru.     

"Dulu aku sering heran dengan pria yang telah menikah, kenapa tubuhnya justru bertambah ke samping dan kedepan. Sekarang aku baru menyadari, karena para istri senang membuat para suami bahagia lewat perut. Kalau aku tambah gendut, bagaimana ini?" Lewis melahap potongan salmon pertama dan menyandingkannya dengan sesendok nasi beras merah.     

"Kamu kan rajin olahraga …" Belum selesai perempuan berjilbab itu bicara, tiba-tiba tangannya spontan menutup mulutnya dan merasakan ada gejolak didalam perutnya yang akan keluar setelah mencium aroma makanan yang dia buka beberapa saat yang lalu. Likha langsung berlari menuju toilet, diiringi pandangan suaminya yang bengong dengan sendok berisi salmon teriyaki yang masing mengudara didepan mulutnya.     

"Kamu kenapa?" Lewis memijat tengkuk sang istri dan memberikannya tissue untuk mengelap bibirnya.     

"Tidak tahu. Tiba-tiba aku eneg setelah mencium lauknya." Jawab Likha sambil terus memuntahkan isi perutnya.     

"Kamu masuk angin mungkin. Kita ke dokter saja ya sekarang." Lewis menuntun lengan Likha untuk keluar dari toilet setelah selesai menuntaskan muntahnya.     

"Maafkan aku. Gara- gara aku kamu tidak bisa menikmati makan siangmu. Aku kerumah sakit sendiri saja. kamu habiskan makan siangmu dulu." Jawab Likha sambil mengambil tasnya.     

"Mana bisa begitu? Wajahmu pucat sekali. Kamu sudah muntah banyak. Ayo kita kerumah sakit sekarang." Ujar Lewis.     

"Tidak tidak, jangan sekarang. Kamu habiskan dulu masakan buatanku. Aku tunggu disini." Ujar Likha.     

"Tapi …"     

"Tidak mau. Aku tidak mau pergi kalau kamu tidak menghabiskan masakan buatanku!" Likha duduk di kuris Lewis sambil bersandar.     

"Huft, baiklah. Aku habiskan dulu makanan ini, setelah itu kita pergi ke dokter." Lewis menyerah dengan sifat keras kepala Likha yang terkadang pria itu lebih baik mengalah. Akhirnya, Lewis pun menghabiskan bekal makan siang yang dibawa istrinya sendirian. Sementara perempuan berjilbab itu, bersandar sambil memejamkan mata dan menutup setengah wajahnya dengan menggunakan sisa jilbab yang menjulur ke dada.     

Lewis melahap semua makanan dengan waktu 5 menit. Lalu pria itupun merapihkan tempat makannya dan memasukkannya kembali ke dalam tas bekal. Setelah itu Lewis menelpon supir yang mengantar istrinya ke kantor untuk bersiap-siap didepan lobi.     

"Ayo sayang, kita berangkat sekarang." Lewis sudah mematikan laptopnya dan memakai kembali jas hitamnya lalu mengambil ponsel dan diletakkan kedalam bagian dalam jasnya.     

"Sepertinya aku tidak perlu ke rumah sakit. Aku pulang saja, dikerok dan dipijat." Jawab Likha dengan malas.     

"What? Kerokan dan pijat? Itu bisa nanti. Tapi yang pasti sekarang kita ke rumah sakit dulu." Lewis memaksa istri keras kepalanya untuk berdiri lalu menggandeng pinggangnya untuk berjalan keluar ruangannya     

"Lepaskan tanganmu. Aku malu kalau harus berpegangan begini." Jawab Likha. Namun, lengan Lewis justru dipeluknya. Lewis mengernyitkan alis dan menggeleng-gelengkan kepala melihat ulah istrinya yang tampak lagi ingin manja.     

"Lian, aku keluar dulu. Kalau sempat aku kembali ke kantor, kalau tidak, kamu simpan dulu dokumenya dan aku tanda tangani besok." Jawab Lewis pada Lian yang langsung berdiri setelah dipanggil.     

"Siap tuan." Jawab sekretaris dengan rambut belahan pinggir itu.     

Lewis berjalan menuju lift khusus, lift berbeda yang digunakan Likha saat naik ke atas. Didalam lift itu hanya ada Lewis dan Likha. Likha bersandar di dinding lift, merasakan perutnya yang mual dan kepalanya sedikit pusing. Lewis mendekati sang istri dan memijat keningnya dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.