Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 297. Makan Siang Lewis



III 297. Makan Siang Lewis

0"Tahu deh, atau jangan-jangan homo, hahaha. Sekretarisnya saja pak lian. Harusnya kan sekretaris itu cewek seksi yang mencerminkan sebuah perusahaan bergengsi." Perempuan satunya lagi menimpali sambil mengunyah permen karet dimulutnya.     
0

Likha yang berdiri paling belakang menempel di dinding lift, tersenyum mendengarnya.     

"Eh tapi kan pernah ada ya cewek cantik seksi yang dateng ke ruangannya. Sudah lama sih? Siapa gitu namanya …" Salah seorang dari karyawati yang semula diam, mulai nimbrung.     

"Oh itu, kalau tidak salah namanya Grace. Tapi itu kan sudah lama. Sepertinya sejak dua atau tiga bulan yang lalu, lebih tepatnya lagi sejak pulang dari Italy, bos tidak pernah terlihat bawa perempuan ke ruangannya." Jawab perempuan yang menggenggam minuman.     

"Oh, iya iya. Jangan-jangan di Italy, bos dapet cewek sana. Hahaha …"     

"Bisa jadi …"     

"Huft, andaikan aku yang jadi istrinya, disuruh berhenti kerja juga mau deh, hehe."     

"Ya iyalah, duit bulanannya saja pasti lima kali lipat gajimu disini. Huuu, dasar."     

"Hahaha …" Semua perempuan yang ada didalam lift pun tertawa terbahak-bahak, kecuali Likha yang tersenyum tipis.     

Dalam lubuk hatinya, Likha bersyukur mendapatkan suami yang sudah mengerti akan statusnya dan tidak mengulangi lagi masa lalunya. Setiap orang punya masa lalu dan itu tidak bisa terlepas. Namun, bukan berarti terus terbawa sampai masa kini. Jadikan masa lalu pelajaran untuk lebih baik lagi kedepannya.     

Lift yang mengantar Likha telah berada di lantai paling atas, tempat dimana suaminya berada. Lift pun terbuka dan Likha berjalan menuju kemana seorang sekretaris yang dikatakan bernama Lian duduk.     

"Maaf permisi, apa pak Lewis ada?" Lian yang mendapat pertanyaan, melihat keseluruhan perempuan berjilbab yang ada didepannya. Tiba-tiba matanya membelalak lebar.     

"Nyo-nyonya? Anda sama siapa kesini? Kenapa tidak ada pengawal satupun?" Lian terkejut dan mempersilahkan Likha untuk duduk di kursi depannya.     

"Kamu … tahu saya?" Likha heran karena setahu dia, dia tidak pernah datang ke kantor ini dan dia pun tidak pernah bertemu dengan Lian, sekretaris suaminya ini.     

"Tentu saja, siapa yang tidak tahu istri bos kalau sudah masuk ruangan bos. Hehe …" Jawab Lian.     

Likha memiringkan dagunya dan mengernyitkan alis, maksud dia apa sih? Dalam hati Likha.     

"Oh maaf nyonya, tuan presdir sedang rapat dengan semua jajaran direksi. Sudah dari tadi sih. Sebentar lagi jam makan siang, pasti selesai." Jawab Lian. "Nyonya sebaiknya menunggu di dalam saja." Lian menimpali lagi sambil membuka pintu ruangan kantor Lewis.     

"Apakah boleh?" Tanya Likha polos.     

"Tentu saja, silahkan menunggu didalam, nyonya. Mau minum apa? Saya akan ambilkan sekarang." Jawab Lian.     

"Tidak usah repot-repot." Jawab Likha sambil tersenyum ramah.     

"Tidak sama sekali. Tunggu didalam saja ya, nyonya. Saya tinggal ke pantry sebentar." Likha pun masuk kedalam ruangan suaminya dan Lian pergi meninggalkannya setelah istri dari bosnya itu masuk kedalam ruangan bosnya.     

Betapa terkejutnya Likha melihat sebuah foto pernikahan dirinya dan Lewis dengan ukuran sangat besar dipajang berdiri menempel di belakang kursi kebesaran sang suami. Siapapun yang masuk kedalam ruangan ini, foto dengan pigura keemasan ini pasti yang dilihat pertama kali. Sayup-sayup Likha mendengar suara suaminya di luar sepertinya baru selesai rapat. Likha bersembunyi di belakang pintu.     

"Lian … kemana orang itu?" Lewis bertanya dengan suara berat dan tegasnya. Bunyi handle pintu dibuka membuat Likha menahan ketawa. Lewis masuk kedalam ruangannya dengan membawa laptop dan ponsel yang digenggam di masing-masing tangannya. Pria dengan rambut cepak dan warna rambut hitam ini berjalan lurus tanpa melihat ke pintu yang ditutupnya.     

Likha meletakkan bekal makannya pelan-pelan di atas sofa lalu perempuan berjilbab itu membuntuti suaminya dari belakang dengan berjinjit. Maksud hati Likha akan mengagetkan Lewis ketika suaminya itu sudah meletakkan laptop keatas mejanya. Lewis terus berjalan menuju meja dan menaruh laptopnya. Tanpa peringatan sama sekali, pria yang ketampanannya seperti actor Turki itu segera membalik tubuhnya dan menarik tangan sang istri kedalam pelukannya.     

"Mau mengejutkan aku?" Kedua mata Likha melotot lebar mengetahui usahanya gagal. Tanpa sinyal lagi, Lewis langsung duduk diatas kursinya dan memangku sang istri diatas kedua pahanya.     

"Aaahhhh, apa yang kamu lakukan?" Likha terkejut bukan main dengan gerakan tiba-tiba sang suami.     

"Siapa suruh kamu sembunyi-sembunyi seperti itu?" Lewis berkata dengan senyuman memikatnya.     

"Yaah gagal dong yaa, hehe. Aku kesini membawakan makan siang." Jawab Likha. Tangan kanannya melingkari leher bagian belakang Lewis. Dan, tangan kanannya memainkan dasi sang suami dengan mengusap-usapnya.     

"Makan siang? Hmm … kebetulan aku lapar sekali. Rapat selama dua jam membuat kepalaku ngebul." Jawab Lewis sambil berpura-pura letih dan lemah.     

"Utuutuutuutu … Ya sudah ayo kita makan siang dulu." Jawab Likha sambil berusaha bangun dari pangkuan Lewis.     

"Disini?" Lewis bertanya sambil memeluk erat tubuh istrinya yang menggemaskan dan tidak akan dilepaskan.     

"Disana. Diatas sofa." Jawab Likha, sambil menunjuk bekal makan siangnya yang dia letakkan.     

"Aku maunya disini saja." Ucap Lewis dengan nada manja.     

"Ya ampun, kamu kenapa sih? Manja sekali. Ya sudah, aku ambilkan dulu." Likha berusaha melepaskan tangan kekar Lewis yang melekat di pinggangnya.     

"Ambilkan apa?" Tanya Lewis pura-pura tidak mengerti.     

"Makan siang, suamiku. Lepaskan tanganmu." Likha memukul pelan punggun g tangan Lewis yang tidak mau terlepas seperti lintah saja.     

"Bukankah makan siangnya sudah ada dihadapanku?" Kedip nakal Lewis pada Likha yang membuat perempuan berjilbab itu mulai merasakan sinyal bahaya yang akan segera mendekat.     

"Kamu jangan macam-macam yaa. Ini kantor."     

"Yang bilang kamar tidur siapa?" Tangan kanan Lewis mulai masuk kedalam jilbab Likha dan membuka gamis berkancing depan satu demi satu bulatan plastic tersebut. Likha menatap memelas pada sang suami untuk tidak melakukan kegilaannya diruangan kantornya sendiri.     

Tapi bukan Lewis namanya kalau tidak nekat dan tidak melakukan apapun yang disukainya. Likha menggigit bibirnya ketika tangan Lewis yang lebar dan hangat itu telah sampai didadanya dan mengusap-usap kulit yang mulus tersebut dibalik jilbab panjangnya. Mata Lewis tidak terlepas dari wajah memerah sang istri. Senyum nakal dan mata penuh nafsu itu tidak tahan juga untuk tidak melumat bibir ranum sang istri yang digigit pemiliknya.     

Lewis menekan tengkuk Likha lebih merapat padanya dan bibir ranum Likha pun dilumatnya, sementara tangannya terus bermain di dada sang istri yang tersembunyi jilbab panjang. Likha sudah pasrah menyambut saja apa yang dilakukan sang suami. Ciuman mereka semakin panas, seiring tangan Lewis yang mulai meremas dada sang istri. Likha melepaskan ciuman panas itu karena merasakan kulit tubuhnya meremang. Tangannya semakin erat memeluk leher sang suami. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Lewis masuk kebalik jilbab sang istri dan menghisap benda bulat dan kenyal yang sangat disukainya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.