Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 296. Kejutan Kepada Suami Tercinta



III 296. Kejutan Kepada Suami Tercinta

0"Huh, kalau tidak tahu kejadiannya, jangan coba-coba berspekulasi sendiri. Karena aku bisa melaporkan kamu dengan tuduhan pencemaran nama baik." Gladys mengancam Calista balik.     
0

"Lakukan saja, dan aku akan membeberkan semua rekaman percakapan antara kamu dan Dian yang dipegang temanku saat kejadian didalam hotel. Cih! Ayo, siapa takut?" Gladys melotot tajam mendengar ucapan Calista. Rekaman apa? Kenapa aku tidak menggeledah tasnya saat itu? Kurang ajar, aku kelolosan! Batin Gladys. Calista puas sekali bisa memancing di air keruh. Perempuan hamil ini memang tidak punya rekaman itu tapi perempuan ular didepannya ini pasti akan mencari cara agar mengambil bukti rekaman itu.     

"Kamu tidak diinginkan ditempat ini. Lebih baik pergi menyelamatkan diri sebelum polisi menangkap dan memenjarakan kamu perempuan ular." Jawab Calista.     

"Sist, tenang …" Carol menarik pelan lengan perempuan hamil yang sedang emosi berat. "Ingat kandunganmu, jangan terlalu emosi." Carol berbisik.     

"Cih! Aku juga tak mau berada disini lama-lama. Bisa-bisa ketularan darah tinggi dan jantungan." Gladys pergi meninggalkan kamar Dian dengan wajah sinis dan tatapan nyalang.     

"Huuhh, aku benci banget lihat muka dia. Awas saja kalau sampai terbukti dia yang menganiaya dan menembak Dian, aku botakin rambutnya." Jawab Calista emosi.     

"Minum dulu yaa, sabaar …" Carol mengambil botol air mineral yang ada diatas meja yang masih tersegel.     

"Iya makasih." Jawab Calista singkat.     

-----     

"Banyak minum dan makanan bergizi ya bu. Usia empat puluhan bukan halangan untuk hamil dan melahirkan. Jaman sudah semakin canggih. Jadi ibu tenang saja. Donni, jaga istrimu dengan baik. Kamu hebat sekali bisa punya anak lagi." Dokter kandungan yang merupakan teman Donni itu mengacungkan ibu jarinya kepada sepasang calon orangtua untuk anak kedua mereka ini.     

Donni tersenyum sambil mendekap bahu snag istri mesra. Agnes merasa malu mendengarnya.     

"Terima kasih, mulai saat ini hingga sampai melahirkan, aku percayakan istriku padamu untuk kontrol dan lain-lain." Pinta Donni. Dokter itu pun mengangguk setuju.     

"Siap! Untuk kamu dan keluargamu, aku selalu siap membantu." Jawab Dokter kandungan yang bernama Santi tersebut. "Ini resep vitamin untuk vitalitas dan stamina saja." Ucap Santi dan merobek resep untuk ditebus ke apotik.     

"Okay kalau begitu, kami pamit dulu. Terima kasih atas semuanya." Jawab Donni.     

"Sama-sama," Ucap dokter tersebut.     

Agnes dan Donni pun meninggalkan klinik bersalin yang terkenal itu.     

"Kamu sepertinya kenal baik dengan dokter itu." Agnes berkata sambil berjalan beriringan dengan saling mendekap pinggang.     

"Hanya peristiwa lama. Perusahaan suaminya berhasil aku selamatkan dari kebangkrutan setelah aku menanamkan saham disana." Jawab Donni.     

"Oh begitu. Sekarang suaminya masih ada?" Tanya Agnes.     

"Masih. Dan mereka pun masih hidup bahagia bersama keluarganya." Jawab Donni dengan mantab.     

"Oh, Donni. Bagaimana aku bilang pada Calista ya? Aku malu sekali. Dan, tadi pagi dia mau kerumah untuk menjengukku tapi aku tolak karena kita mau ke dokter." Jawab Agnes.     

"Ya sudah, sekarang kita yang kerumahnya." Jawab Donni lagi.     

"Sebentar, aku telpon dia dulu." Agnes mengambil ponsel yang ada didalam tas. Wanita yang baru dinyatakan hamil itu pun segera menekan satu nama di daftar panggilan dan akhirnya terhubung setelah nada sambungnya hampir berhenti.     

"Sayang, kamu dimana?" Agnes memulai percakapan.     

"Aku dirumah sakit mah." Jawab Calista diujung telpon.     

"Kamu menjenguk temanmu? Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah siuman?"     

"Belum mah, justru tadi ada kejadian menegangkan. Salah seorang pengawal Darren terkena tembakan dan sekarang sedang menjalani operasi. Semoga dia tidak kenapa-napa." Suara Calista yang cemas tidak bisa ditutupi.     

"Ya ampuun, terus sekarang kamu bagaimana? Kamu tidak apa-apa kan? Kamu baik-baik saja kan?" Dengan paniknya. Agnes bertanya. Melihat istrinya dalam keadaan panik, membuat Donni mengernyitkan keningnya.     

"Aku tidak apa-apa, mah. Mamah juga bagaimana? Sudah ke dokternya?" Pertanyaan balik dari Calista langsung membuat Agnes salah tingkah.     

"Su-sudah, aku tidak apa-apa. Oya, kami menyusul kamu sekarang yaa. Jangan kemana-mana." Agnes menutup telponnya.     

"Sayang, Calista hampir saja mendapat musibah lagi. kita ke rumah sakit kemarin sekarang juga." Agnes menarik tangan suaminya untuk segera masuk ke dalam mobil dan melihat kondisi anak mereka.     

"Ada apa?" Donni bingung dengan perubahan sikap Agnes yang tampak panik dan terburu-buru.     

"Nanti saja dijelaskan disana. Ayo cepat jalankan mobilnya." Agnes sudah selesai memakai sabuk pengaman dan meminta Donni untuk segera menjalankan mobilnya.     

-----     

Pagi ini perempuan berjilbab itu ingin memberikan kejutan kepada suami tercintanya dengan membawakan bekal makan siang. Semua sudah siap, begitu juga Likha yang berpakaian tertutup namun sopan dan elegan.     

"Ayo pak, kita berangkat sekarang." Likha berkata pada supir yang disiapkan oleh Lewis untuk mengantarkan istrinya kemana saja.     

"Kemana nyonya?" Pak supir yang sudah berusia paruh baya dengan santun bertanya.     

"Ke kantor suami saya. Bapak tahu kan tempatnya?" Likha bertanya balik.     

"Tahu, nyonya. Siap saya akan antarkan." Bapak supir itu pun membuka pintu penumpang di bagian belakang untuk nyonya majikannya.     

Mobil warna silver itu pun melaju meninggalkan kediaman Lewis yang satu cluster dengan kediaman Calista. Likha sengaja tidak memberitahu Lewis kalau dia akan datang ke kantornya. Tapi dia sudah memastikan kalau suaminya itu ada disana. Dalam perjalanan, Likha tersenyum-senyum sendiri membayangkan wajah suaminya yang kaget melihat dia datang tiba-tiba.     

Setelah satu jam, mobil yang membawa perempuan berhijab menutup dada warna biru laut yang cantik dan anggun sewarna gamis sederhananya, membuat penampilan Likha seperti bidadari yang turun ke bumi dan hinggap dirumah Lewis Hutomo. Likha melalui prosedur biasa dengan melewati penjagaan dan resepsionis. Likha tahu dia tidak akan dikenali semua karyawan Lewis karena pernikahan mereka juga tidak dirayakan dengan meriah di Jakarta. Hanya keluarga inti dengan ijab Kabul seadanya di Bali.     

Ketika sedang menunggu lift biasa dibuka, Likha bergabung dengan beberapa karyawan lainnya untuk menuju lantai paling atas milik kantor suaminya. Lewis punya perusahaan sendiri selain bareng dengan Darren dan klab malam di Seminyak, Bali. Likha tidak mungkin datang ke kelab malam tapi kalau ke kantornya dia bisa datang karena tempat yang normal untuk dikunjungi.     

Pintu lift pun terbuka dan Likha masuk bersama beberapa karyawati. Setelah pintu tertutup, satu orang karyawati mulai mengeluarkan tema bergosip.     

"Eh kamu tahu gak sih? Presdir kita itu sudah punya istri apa belum? Masa setampan itu tidak kelihatan bawa gandengan atau cewek yang keluar masuk ruangannya." Seorang perempuan dengan blazer kerja sambil menyeruput kopi terkenal merk setarbak yang biasa dikonsumsi kawula muda.     

"Tahu deh, atau jangan-jangan homo, hahaha. Sekretarisnya aja pak lian. Harusnya kan sekretaris itu cewek seksi yang mencerminkan sebuah perusahaan bergengsi." Perempuan satunya lagi menimpali sambil mengunyah permen karet dimulutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.