Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 305. Buronan Polisi



III 305. Buronan Polisi

0"Baiklah kalau begitu, mari silahkan masuk." Likha berjalan menuju pintu masuk khusus pejalan kaki dan pintu gerbang mobil pun terbuka lebar beberapa saat kemudian. Grace kembali masuk kedalam mobil yang dikendarainya sendiri itu untuk masuk kedalam kediaman Lewis yang berhasil diketahuinya setelah menyewa orang untuk membuntutinya.     
0

"Tadi perempuan yang mencoba masuk kedalam kehidupan Calista, dan sekarang perempuan dari masa lalu Lewis. Apakah hari ini adalah hari para perempuan ketiga?" Gumam Likha dalam hati.     

Likha masuk kedalam rumah terlebih dahulu setelah mengucapkan salam. Perempuan berjilbab itupun meminta seorang pelayannya untuk membuatkan dua minuman dan makanan ringan untuk tamu yang akan masuk kedalam rumahnya.     

"Silahkan masuk, Grace. Maaf kalau aku tidak ada persiapan untuk menyambut tamu." Likha mengajak Grace menuju ruang tamu. Grace melepaskan kacamata hitamnya dan melihat keadaan dalam rumah sambil berjalan perlahan-lahan. "Cih! Hanya sebuah rumah kecil, luasnya pun tidak selebar kebunku." Batin Grace dalam hati.     

"Aku yang meminta Lewis untuk tidak mencari rumah yang besar. Karena aku ingin rumah dengan suasana hangat dimana seluruh penghuni rumah bisa saling menyapa dan selalu bertemu." Likha seperti bisa menebak isi hati Grace. Dan, perempuan dengan penampilan glamour itu pun duduk diatas sofa yang telah disediakan oleh tuan rumah.     

"Huh, ternyata demi untuk tinggal dirumah seperti ini, Lewis menghilang dariku. Dia sudah lupa dengan malam-malam panas yang kami lalui saat kami berada di Italy sebelum mengenal perempuan seperti kamu." Dengan wajah mengejeknya, berhasil membuat Likha menghela napas mencoba untuk bertahan untuk tidak emosi.     

"Itu masa lalunya. Semua orang punya masa lalu dan semua orang berhak untuk berubah menjadi lebih baik lagi di masa depan. Jadi, maksud kedatangan kamu kesini apa? Maaf, aku tidak bisa lama-lama menerima tamu di siang hari." Jawab Likha. Sesungguhnya dia tidak pernah menolak kehadiran tamu karena tamu itu membawa rezeki ke rumah sang pemilik rumah yang didatanginya, tapi sepertinya itu pengecualian untuk Grace.     

"Well, aku hanya mau tanya, apakah kamu benar-benar yakin dengan pilihanmu? Oya, bagaimana kemampuannya diatas ranjang? Apakah dia hebat dalam menyesap lehermu, meremas dadamu, dan mencium …"     

"CUKUP! Aku rasa kamu lebih baik keluar dari rumah ini sekarang juga! Kalau kamu ingin bertemu dengannya, temuilah dimana dia berada. Aku yakin kamu pasti tahu kantornya!" Perempuan berjilbab itu sudah tidak sanggup lagi mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut perempuan dihadapannya. Likha berdiri dan mengusir Grace dengan nada agak tinggi dan deru napas yang sedikit terengah-engah.     

"Hahaha, bagaimana mungkin kamu akan menerima dirinya yang sekarang kalau kamu tidak bisa menerima masa lalunya?" Grace pun berdiri dan menghadapi nyonya rumah dengan membusungkan dadanya.     

"Urusan rumah tanggaku dan hatiku adalah urusanku. Orang luar tidak berhak untuk mengatur hidupku. Sekarang, aku minta keluarlah. Dan, jangan pernah menginjakkan kaki dirumah ini lagi."Likha menatap Grace dengan tajam. Dulu perempuan ini adalah majikannya. Tapi kini, dia adalah nyonya rumah ini dan pemilik dari cinta seorang Lewis Hutomo. Likha memang pernah meragukan hati suaminya diawal pernikahan makanya dia kabur dari pria itu. Namun seiring berjalannya waktu, Likha baru menyadari betapa Lewis sangat mencintai dirinya dan menghormatinya sebagai seorang istri.     

"Cih! Aku tidak yakin kalian akan langgeng sebagai pasangan suami istri. Lewis belum melupakan aku dan aku akan siap menerimanya kapanpun dia inginkan." Ucap Grace sambil berjalan menuju pintu keluar.     

"Tunggu, suamiku mungkin punya kisah panas dengan kamu. Tapi, aku yakin itu hanyalah sekedar pelampiasan saja. Tidak ada cinta dihatinya untukmu, hanya ada rasa belas kasihan. Apa aku betul?" Likha menatap tajam Grace tanpa takut. Grace mengeraskan rahangnya. Memang benar kalau Lewis tidak pernah memberikan komitmen apapun dengannya. Semua dilakukan atas dasar kebutuhan biologis sesaat. Lewis tidak pernah menyatakan cinta dan rindu padanya. Setiap kali selesai bercinta, Lewis pasti langsung pergi dan menghilang selama beberapa hari sampai Grace menemukannya kembali.     

"Huh, mulutmu ternyata pedas juga. Mari kita lihat, siapa yang akan kepanasan pada akhirnya." Grace memakai kacamata hitamnya kembali dan pergi meninggkan rumah Likha dan Lewis dengan perasaan berkecamuk karena semua yang dikatakan perempuan berjilbab itu entah mengapa menusuk jantungnya.     

Likha menjatuhkan dirinya dengan duduk diatas sofa. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya dingin setelah mengatakan hal barusan pada perempuan tidak tahu malu itu. Likha mengambil ponsel yang ada didalam dompetnya dan mencari nama suaminya di kontak panggilan. "Apakah aku harus memberitahu dia perihal kedatangan Grace? Atau, dia tidak perlu tahu?" Likha meletakkan kembali ponselnya kedalam dompet khusus dan berjalan menuju lantai dua bersama dompet yang digenggamnya kemana-mana.     

-----     

"Masih terasa sakit?" Dave mengusap bekas luka tembakan yang berada di pinggang sang istri.     

Dian menggeleng lemah. Sudah lima hari dia berada di rumah sakit dan semakin hari semakin bertambah baik perkembangannya. Setiap hari ada saja yang menjenguknya. Namun, Gladys sudah tidak menampakkan wajahnya lagi sejak hari itu dimana Calista bertengkar dengannya.     

"Kamu mau makan apa?" Dave yang wajah dan penampilannya tidak terurus membuat Dian sedikit bersedih.     

"Maafkan aku, kamu jadi susah dan tidak terurus." Dian mengusap pipi sang suami yang tampak numbuh bulu-bulu halus disana karena telat bercukur.     

"Kenapa harus minta maaf? Kamu susah karena aku juga. Aku sudah berusaha untuk tidak dekat dengan wanita manapun tapi selalu ada saja yang membuatmu terluka." Jawab Dave sambil membisikkan kata-kata cinta di telinga sang istri. Istri yang dinikahinya secara paksa karena sudah digaulinya lebih dahulu sebelum menikah.     

"Perempuan itu apa kabarnya? Dia memancingku kedalam kamar hotel, menyekapku, dan menyiksaku, sebelum akhirnya kami saling memperebutkan sebuah pistol. Dan, aku kalah." Ucap Dian dengan suara tertahan.     

"Dia melarikan diri sejak kemarin. Dia menjadi buronan polisi." Ucap Dave singkat.     

"Apa? Kamu tidak bilang padaku!" Dian tidak menyangka perempuan itu akhirnya menjadi tersangka.     

"Kamu jangan marah yaa. Darren memberikan ide gila untuk mendekati Gladys dan mengambil hatinya dengan menemuinya dan membawa alat rekaman. Saat kami berdua, dia mengakui semuanya dan mengatakan macam-macam. Sejak saat itulah polisi mencarinya kemana-mana." Ujar Dave.     

"Begitukah? Kenapa suaminya Calista bisa punya ide seperti itu? Dan kamu juga setuju. Cih, kapan lagi ya kan bisa berdekatan dengan perempuan seksi?" Dian menyeringai sinis dan memalingkan wajahnya yang dalam keadaan duduk bersandar di kasur. Dave tersenyum melihatnya. Wajah jutek dan sinis itulah yang dikangeni Dave selama Dian tidak sadarkan diri.     

"Aku kangen judesnya kamu. Kapan kita pulang sayang. Aku tidak sabar untuk memeluk dan menciummu." Ucap Dave didepan wajah Dian. Napas hangatnya menyapu wajah Dian yang polos tanpa make up.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.