Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 300. Menjaga Jodohku



III 300. Menjaga Jodohku

0Pria posesif itu kini semakin posesif setelah mengetahui bahwa istri sholehahnya sedang mengandung anak pertama mereka yang berusia 6 minggu.     
0

"Masih mual?" Sambil bermalas-malasan diatas kasur, Lewis mengusap-usap perut sang istri yang duduk dengan kaki selonjoran.     

" Saat ini tidak. Mudah-mudahan seterusnya tidak. Karena kalau mabok parah, aku tidak bisa beraktivitas apapun." Ucap Likha sambil tersenyum.     

"Kamu tidak usah mengerjakan apa-apa. Biarkan pelayan yang melakukannya." Jawab Lewis balik.     

"Bukankah kamu seharusnya mandi dan siap-siap berangkat kerja?" Likha mengernyitkan alisnya. Sudah sejak subuh tadi Lewis leyeh-leyeh diatas kasur sambil mengusap-usap perutnya yang masih rata.     

"Perusahaan tidak akan bangkrut hanya karena aku tidak masuk satu hari." Ucap Lewis sambil menyatukan kedua tangannya dibelakang kepala sambil berbaring telentang.     

"Cih! Kamu itu ya. Bos kan harus memberi contoh yang baik pada bawahannya." Jawab Likha, sambil tangannya mengusap rambut tebal suaminya. Lewis sangat menikmati perlakuan Likha seperti ini yang memanjakannya. Pria ini bisa tertidur hanya dengan beberapa kali usapan di rambut.     

"Sayang, kapan kita kerumah mami papi? Kamu tidak ingin memberitahu mereka perihal kehamilanku?" Likha ikut merebahkan tubuhnya di samping sang suami.     

"Hari ini. Hari ini aku sudah bilang Lian tidak masuk kerja. Aku akan menemanimu membeli perlengkapan untuk ibu hamil seperti susu, vitamin, pakaian hamil, cemilan, dan lain-lain." Jawab Lewis mantab.     

"Hei, itu terlalu dini. Aku masih bisa pakai pakaian yang ada di lemari sampai kandunganku berusia tiga bulan." Jawab Likha.     

Lewis memiringkan tubuhnya dan memeluk sang istri dari samping.     

"Tak pernah kusangka, aku akan memiliki istri yang tidak aku berani bayangkan sebelumnya. Dan, saat ini aku adalah seorang calon ayah." Lewis menatap wajah istri tercinta yang ikut memiringkan tubuhnya dan menyangga kepalanya dengan satu tangan.     

"Memangnya kamu membayangkan istri mu akan seperti apa?" Likha memicingkan matanya penasaran.     

Jari telunjuk Lewis mengusap hidung istrinya yang mancung tidak pesek pun tidak, sambil berkata,     

"Kamu tahulah pekerjaanku dan kehidupanku." Jawab Lewis singkat. Pria ini tidak ingin mengungkit masa lalunya lagi tapi salahnya dia juga yang membuka percakapan kearah sana.     

"Hmm, aku sudah tahu kantormu, haruskah aku tahu suasana didalam klab malam mu?" Tanya perempuan dengan rambut hitam panjang sedikit ikal itu.     

"Never! Jangan pernah kamu masuk kedalam klab malam." Jawab Lewis tegas.     

"Tapi kamu dan kakakku kerja disana. Masa aku tidak boleh lihat?" Likha bertanya dengan jahil sambil cengengesan.     

"Huh, kamu sudah mulai nakal ya sekarang. Selama aku hidup, kamu tidak boleh masuk kedalam klab malam." Ujar Lewis.     

"Kamu bicara apa sih? Sudah ah, aku mau mandi dan siap-siap kerumah Calista. Tadi malam aku sudah janjian kalau hari ini aku mau berkunjung kerumahnya." Likha bersiap-siap turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Lewis pun ikut turun dari kasur dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.     

"Kamu mau mandi duluan? Ya sudah, kamu duluan saja." Likha tidak jadi masuk ke kamar mandi dan memutar tubuhnya kembali ke lemari pakaian untuk mempersiapkan pakaian kerja sang suami.     

"Kamu mau apa? Aku kan sudah bilang kalau hari ini aku akan memanjakanmu." Lewis menarik lembut tangan sang istri untuk ke kamar mandi bersama.     

"Heiii, aku mau mandi sendiri saja. Aku … ummmppphh." Lewis melumat bibir istrinya yang cerewet sambil memeluknya dan mendesaknya untuk menuju kamar mandi bersama-sama.     

-----     

Pria tampan itu dengan sabar menunggu pujaan hatinya didalam ruang tunggu instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit. Semua teman Carol sudah terbiasa melihat Jack disana.     

"Menunggu dokter Carol ya, mas?" Seorang perawat senior menyapa Jack yang sedang membaca majalah yang tersedia di ruang tunggu itu.     

"Iya." Jawab Jack singkat padat dengan senyuman tipisnya.     

"Wah, belum suami istri saja sudah romantis sekali. Apalagi nanti kalau sudah menikah ya. Pasti mesra banget." Goda perawat senior tersebut.     

"Hehehe, bukan mesra tapi saya akan membuat dokter kalian itu hamil tahun ini juga." Jawab Jack dengan alis terangkat keatas. Perawat perempuan itu menganga dan tertawa lebar.     

"Hahaha, mas ini bisa saja." Perawat itu pun meninggalkan Jack dengan semburat merah di pipinya.     

"Kamu ngapain lagi? Pasti jahil lagi ya?" Carol keluar dari ruangan tiba-tiba tanpa sepengetahuan Jack. Jack mengangkat bahunya.     

"Sudah selesai?"     

"Sudah. Kita mau kemana?" Perempuan itu tampak lelah namun kecantikannya tidak sirna meski belum mandi sekalipun.     

"Pulang kerumahmu dan mandi. Atau, kamu mau mandi diapartemenku?" Jack mendekati Carol dan perempuan yang didekati bergerak mundur perlahan, "Aku punya sabun dan shampoo yang sangat wangi dan eksklusif karena diimport langsung dari Paris. Kalau kamu memakainya, pasti tubuhmu akan tetap wangi berhari-hari." Ujar Jack lagi.     

"Tidak, terima kasih." Jawab Carol dan dokter itu bergerak cepat memutar tubuhnya meninggalkan Jack yang tersenyum lebar.     

"Wah mesra sekali calon pengantin ini." Bara, tunangan Carol muncul ketika sepasang calon suami istri itu akan meninggalkan area rumah sakit.     

"Sudahlah, tidak usah dilayani. Buang-buang waktu saja." Carol berkata pada Jack. Sayangnya, pria flamboyant itu merasa kalau tidak melayani akan rugi rasanya.     

"Tentu saja, aku harus selalu mesra dan menghargai perempuan yang akan aku jadikan istri. Terima kasih yaa sudah menjaga jodohku dengan mengabaikannya. Kalau kamu berkelakuan baik padanya, mungkin aku tidak akan ada disini!" Dengan seringai sinis, pria flamboyant itu menggandeng tangan Carol menuju mobil. Dokter muda itu menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan pria yang suka asal berbicara.     

Dengan rahang mengeras, Bara geram sekali mendengarnya. Dia sangat menyesal memutuskan Carol. Setelah mereka putus, Carol kini semakin cantik dan terjaga penampilannya. Lebih modern dan lebih bergaya. Tidak seperti dulu yang tomboy dan tidak pernah dandan. Oleh karena itu, Bara tidak pernah menyentuhnya sama sekali.     

"Kamu sering satu waktu dinas dengan dia?" Jack bertanya saat mobil yang mereka tumpangi sudah meninggalkan area rumah sakit.     

"Seminggu sekali bareng tapi selebihnya masing-masing." Jawab Carol jujur. "Kenapa?"     

"Aku tidak suka melihat wajahnya. Sok kegantengan tapi kelakuan mirip perempuan." Ucap Jack dengan seringai sinisnya.     

"Hihihi, kamu cemburu? Aku dan dia sudah disumpah oleh profesi dengan tidak akan mencampur adukkan urusan pribadi dan pekerjaan. Kamu tenang saja." Carol berusaha meyakinkan pria yang emosinya mudah berubah-ubah itu.     

"Ciiiiittt …"     

"Jack, kenapa kamu mengerem tiba-tiba? Bisa membahayakan orang lain, tahu tidak sih?" Carol berteriak kaget merasakan mobil yang dikendarai Jack berhenti tiba-tiba di pinggir jalan.     

Namun pria itu tidak berkata apa-apa lagi dan langsung melanjutkan perjalanannya. Carol mengernyitkan alisnya karena pertanyaanya tidak mendapatkan jawaban sama sekali.     

"Jack, kamu kenapa? Kamu tidak suka aku satu rumah sakit dengannya?" Carol menduga suasana hati Jack yang semula baik kini mendung itu pasti karena pria sampah itu, Bara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.