Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 316. Ulang Tahun Si Kembar



III 316. Ulang Tahun Si Kembar

0Darren masih menempati rumah saat bersama Calista. Karena dia ingin Calista tahu kalau dia masih menunggunya kembali, entah kapan waktunya.     
0

"Sayang, mami tidak tahu harus bagaimana lagi menghiburmu. Sayang, bisakah kamu melupakan Calista untuk sejenak?" Tidak Cuma Darren, Sara pun mengalami masa terpuruk dalam hidupnya ketika melihat Darren, anak satu-satunya menyiksa diri dengan mogok makan berhari-hari hingga hampir mengalami kurang gizi. Sara mengalami stress selama beberapa bulan dan nafsu makannya pun turun drastis.     

"Tidak akan pernah! Tidak akan ada yang bisa menggantikan istriku di hatiku." Darren mengeraskan rahangnya. Suasana didalam ruangan mendadak sunyi dan muram kembali seperti biasanya.     

"Huft, ini mami taruh disini ya makan siangnya. Mami harus ke butik dulu. Nanti mami telpon kamu lagi." Sara pun mengundurkan diri dan meninggalkan ruangan kerja Darren tanpa mendapatkan jawaban apapun.     

"Andrew, apa kabarnya?" Sara melihat Andrew yang sedang duduk menatap layar laptopnya. Namun, ditinggalkannya sejenak begitu melihat ibu dari bosnya menyapa.     

"Baik nyonya, nyonya dan tuan James juga apa kabarnya?" Andrew melihat wajah Sara tidak pernah berseri-seri kembali sama seperti anaknya didalam.     

"Baik-baik. Aku pulang dulu yaa. Titip anakku. Oya, apa kamu pernah melihat ada perempuan yang dekat dengannya?" Sara bertanya penuh penasaran. Seorang pria normal tidak mungkin tahan selama lima tahun untuk tidak berhubungan dengan wanita, bukan? Pikirnya.     

Namun, Andrew hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum pasrah. Sara pun menghela napasnya tidak berdaya. Perempuan yang sudah kepala lima itu berjalan dengan lemas menuju lift yang akan mengantarkannya menuju lobi. Efek dari hilangnya istri sang presdir benar-benar merubah kehidupan semua orang.     

"Andrew, masuk sebentar."     

"Siap bos." Andrew bergegas mengambil buku agenda dan pulpennya lalu masuk kedalam ruangan sang presdir setelah mendapat panggilan dari line telpon diatas mejanya.     

"Aku akan keluar dulu sekarang. Kembali lagi ke kantor besok pagi. Kalau ada yang penting, bawa saja dokumen kerumahk, akan aku kerjakan nanti malam." Darren memakai jasnya dan mengambil ponsel yang ada diatas mejanya. Tanpa menunggu jawaban dari Andrew, pria bermata hijau itu meninggalkan ruangan kerjanya diiringi tatapan sendu sang sekretaris.     

"Kamu mau ketempat itu lagi bos? Setiap tahun kamu mengunjungi tempat itu dan tidak pernah alpa sekalipun." Andrew bergumam.     

Darren membawa mobilnya sendiri dan meluncur menuju tempat yang sangat dia nantikan. Sebuah tempat senam hamil yang sejak Calista hamil pertama sampai hamil usia lima bulan, dia selalu datangi. Tempat senamnya berada didalam rumah sakit dan disana diadakan tempat senam untuk semua ibu hamil yang berkonsultasi dengan dokter kandungan yang ada disana.     

Darren hanya duduk seperti biasa di luar ruang tunggu sebelum mulai dan pulang setelah semua orang pulang. Seseorang mengamatinya dari jauh. Hatinya benar-benar sesak melihat sahabatnya ini tidak pernah berubah sejak lima tahun yang lalu. Selalu datang kesini di minggu kedua setiap bulan hanya untuk duduk dan pulang.     

"Darren …" Darren hanya melihat sekilas dan melihat kembali lurus kedepan.     

"Sudah lima tahun kamu seperti ini, dari yang ibu hamil disana mengandung anaknya sampai anak-anaknya sekarang sudah sekolah TK. Mau sampai kapan kamu tenggelam dengan masa lalu? Calista pasti tidak suka kamu seperti ini." Jack ikut menyandarkan punggungnya di kursi tunggu yang terbuat dari besi tersebut.     

"Aku kangen mereka, Jack. Aku kangen istriku dan anak-anakku." Darren mengeraskan rahang dan mencoba menahan air mata yang pantang dia keluarkan.     

"Kita sudah berusaha sebaik mungkin, namun sampai sekarang mereka seperti hilang ditelan bumi. Kalau anak-anakmu dilahirkan, mereka pasti lucu-lucu ya. Sepasang anak kembar laki dan perempuan memanggil daddy." Jack tidak tahu kalau cara dia menghibur justru menambah luka didalam hati sahabatnya. Darren beranjak pergi menuju toilet. Pria bermata hijau itu menangis sejadi-jadinya didalam bilik kamar mandi.     

"Kamu sedang apa disini?" Seorang wanita hamil yang tampak sudah dalam bulannya melahirkan, melihat suaminya duduk seorang diri dengan wajah ditekuk.     

"Sayang, tentu saja menunggu mommy Gendhis dong." Jack menghampiri Carol yang datang menemuinya dan membantu wanita hamil anak kedua mereka itu untuk duduk disebelahnya     

"Hari ini kan aku bilang hanya menemui guru senamku saja. Kamu bisa menjemput setelah aku telpon." Jawab Carol dengan wajah chubbynya. Seorang dokter spesialis bedah yang sedang menantikan anak kedua mereka.     

"Tadi aku melihat Darren duduk sendirian disini." Jack merangkul bahu lebar sang istri yang sedang hamil tua. Carol menatap sendu mendengarnya.     

"Lagi? Temanmu itu benar-benar cinta mati pada istrinya. Kalau kamu, akan seperti itukah padaku?" Carol menatap sang suami dan melihatnya dengan penuh cinta.     

"Hush! Kamu tidak boleh bilang begitu. Pamali!" Jack mencium bibir sang istri demi merontokkan kata-kata yang dianggapnya pamali.     

"Huummmmp," Carol memukul dada sang suami yang sembarangan mencium tanpa melihat waktu dan tempat.     

"Jangan pernah bicara yang tidak-tidak! Aku tidak bisa hidup tanpa kamu dan anak-anak kita. Aku mencintai kalian dengan sepenuh jiwaku." Jack memeluk sang istri dengan erat.     

"Aku tidak bisa bernapas." Carol berkata dan Jack pun merenggangkan pelukannya.     

"Kita pulang sekarang." Jack membantu sang istri untuk bangun berdiri dan berjalan meninggalkan rumah sakit menuju rumah.     

-----     

"Hai, lama menunggu?" Rosa berlari-lari kecil menuju mobil yang sudah menjemputnya didepan gerbang kantornya.     

"Aku baru datang kok." Pria yang merupakan kekasih Rosa itu tersenyum dan menutup kembali pintu setelah kekasihnya masuk kedalam mobil.     

"Mau langsung pulang atau kemana?" Tanya sang kekasih.     

"Bantu aku memilih kado untuk dua ponakanku ya. Minggu depan aku tugas dinas luar kota, tidak akan sempat lagi." Ucap Rosa.     

"Oh ke Surabaya ya. Berapa lama?"     

"Hanya 4 hari."     

"Oh baiklah, kemana kita pergi? Mall atau langsung toko mainan?" Tanya sang kekasih.     

"Langsung toko mainan saja." Jawab Rosa.     

"Kapan keponakanmu ulang tahun?"     

"Minggu depan. Hanya perayaan kecil-kecilan saja di sekolahnya." Jawab Rosa.     

"Oh sudah sekolah? Kelas berapa?"     

"Masih TK A," Jawab Rosa lagi.     

"Oke kita akan beli banyak mainan untuk mereka. Tapi sayang sekali aku tidak pernah bertemu mereka langsung untuk memberikan hadiah." Pria itu menghela napas kecewa.     

"Waktunya tak pernah tepat." Jawab Rosa sambil tersenyum.     

Mobil yang membawa sepasang kekasih itu meluncur di jalanan Jakarta sore hari yang dipadati oleh kendaraan yang pulang kerumahnya setelah seharian bekerja keras demi mencari nafkah. Setelah setengah jam, mereka pun sampai di sebuah toko mainan yang sangat terkenal. Mobil pun diparkir di depan toko tersebut bersamaan puluhan mobil lainnya.     

Rosa bersemangat sekali mencari hadiah untuk dua ponakan kembar yang merupakan anak dari Maharani yang bukan lain adalah Calista di kehidupan kali ini. Setelah muter-muter dari satu lorong ke lorong lainnya, Rosa pun selesai dengan pencariannya dan menuju kasir. Namun entah dimana kekasihnya berada, mungkin sedang mencari hadiah juga untuk keponakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.