Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 315. Lima Tahun Kemudian



III 315. Lima Tahun Kemudian

0"Kamu berdarah!" Seorang wanita didalam mobil yang lewat itu segera mendekati Calista yang terluka parah di pelipisnya.     
0

"Kamu sedang hamil?" Calista seketika pingsan ditempat.     

-----     

Lima tahun kemudian …     

"Raja, Ratu, kalian jangan keluar halaman ya. Main didalam teras saja." Seorang wanita yang masih cantik diusia dua puluh delapan tahun, sedang sibuk memanggang kue di dapur rumahnya yang berukuran minimalis. Hari ini adalah akhir pekan dan wanita itu menikmati waktunya bersama dua anak kembar tercinta dirumah saja. Karena Senin sampai Jumat adalah hari kerjanya dan selalu meninggalkan kedua anaknya bersama pengasuh dirumah dari pagi sampai malam.     

"Ibu, Raja mendorong aku sampai aku jatuh. Raja jahat, huhuhu …" Ratu, si cantik dengan rambut hitam panjangnya dikuncir dua, selalu menjadi bulan-bulanan keisengan saudara kembar lelakinya, Raja. Anak yang berusia lima tahun tapi tingginya seperti anak usia sekolah dasar. Jangan lupakan warna mata mereka yang berbeda. Raja dengan warna mata hijaunya sementara Ratu dengan warna mata hitamnya.     

Sang ibu tidak mengerti kenapa kedua anaknya memiliki warna mata berbeda padahal dia melahirkan keduanya dari rahimnya sendiri, seorang perempuan dengan warna mata hitam.     

"Rani, kamu sedang masak apa?" Seorang perempuan yang usianya lebih tua lima tahun diatas ibu si kembar, tiba-tiba muncul dari taman.     

"Aku sedang memanggang brownies untuk si kembar, kak. Kak Rosa tidak capek dari tadi berkebun terus. Lihat pakaian kakak terkena tanah di seluruh baju." Sesuai dengan namanya, Rosa menyukai bercocok tanam, apalagi yang berbau bunga-bungaan.     

"Ah aku suka sekali dengan tamanmu. Rumah ini menjadi lebih hidup berkat taman bunga ini." Jawab Rosa.     

"Iya kak, aku selalu sempatkan waktu untuk merawat bunga-bunga itu sebelum berangkat kerja dan setelah anak-anak tidur malam. Memandang bunga-bunga yang tumbuh mekar membuat aku semangat kembali." Jawab Rani. "Ayo, kak cuci tangannya. Kita makan brownies sama-sama. Aku siapkan dulu yaa." Rani berkata lagi.     

"Okay," Rosa segera membersihkan alat berkebunnya dan menaruh kembali di tempatnya masing-masing. "Raja Ratu, ayo masuk sayang. Ibu kalian sudah menyiapkan kue buat kalian."     

"Iya tante Rosa." Raja dan Ratu berlarian ingin dulu-duluan masuk kedalam rumah. Namun dicegat oleh Rosa karena melihat penampilan mereka yang kotor. "Ayo cuci tangan dan kaki kalian di keran air diluar dulu. Lihat itu tangan dan kaki kalian penuh debu." Ucap Rosa sambil menunjuk kran air di teras.     

"Siap tante Rosa." Rosa tersenyum senang melihat wajah dua keponakan angkatnya yang lucu juga cakep-cakep itu.     

Tidak berapa lama kemudian, mereka berempat pun sudah mengelilingi meja makan dan mulai melahap brownis panggang buatan ibu mereka, Maharani.     

Setelah puas menyantap kue buatan ibu mereka, Raja dan Ratu segera menuju ke satu ruangan khusus untuk mereka bermain dan belajar yang ditulis 'kamar kreasi' di pintu luar. Rani dan Rosa pun menikmati waktu mereka dengan minum kopi favorit masing-masing. Kopi latte untuk Rani dan kopi hitam untuk Rosa.     

"Rani, kamu ingat tidak? Minggu depan adalah hari ulang tahun si kembar yang ke lima. Kamu ingin merayakan seperti apa?" Rosa, yang sudah Rani anggap sebagai kakak sendiri itu bertanya pada perempuan yang pernah dia selamatkan lima tahun yang lalu saat sedang hamil dan terkena tembakann di pelipisnya sehingga terkena amnesia sampai sekarang. Rani tidak ingat lagi siapa keluarganya, atau ayah dari anak-anaknya.     

Saat Rosa menyelamatkannya malam itu, dia tidak melihat ada siapapun disana selain perempuan yang ada didepannya ini yang lalu dinamakannya Maharani, salah satu artis tv favoritnya kala itu. Hingga melahirkan dan membesarkan ke dua anak kembarnya, Rosa selalu mendampingi Rani melewati masa tersulitnya. Rosa pernah memiliki seorang adik perempuan tapi karena orangtua mereka bercerai, Rosa dan adiknya dititipkan ke panti asuhan.     

Saat itu usia Rosa 7 tahun dan usia adiknya 2 tahun. Mereka berpisah karena Rosa diadopsi lebih dahulu oleh sepasang suami istri kaya raya sementara adiknya masih di panti asuhan. Dia kehilangan jejak adiknya setelah panti asuhan yang merawat mereka tutup saat usia Rosa 17 tahun.     

Melihat Rani, mengingatkannya pada sosok adiknya yang hilang dan belum bertemu sampai sekarang.     

"Ulang tahun? Huft, momen setahun sekali namun aku selalu tidak bisa menjawab pertanyaan mereka akan keberadaan ayahnya." Rani menatap lesu kopi yang ada dipangkuannya. Rosa pernah mengajak Rani ke tempat dimana dia pertama kali menemukan perempuan hamil itu. Namun Rani tidak ingat sama sekali apa yang terjadi disana. Bahkan Rani hampir setiap hari mendatangi tempat itu.     

"Rani, aku yakin, rumah ayahnya si kembar ada disekitar tempat aku menemukanmu tergeletak pingsan. Tapi entah kenapa kalian sama sekali tidak bisa bertemu satu sama lain setelah lima tahun." Rosa mempertanyakan hal yang Rani sendiri tidak tahu jawabannya.     

"Mungkin … karena kami tidak berjodoh. Entahlah kak. Aku sendiri tidak pernah bisa ingat apapun di tempat itu." Jawab Rani lagi.     

-----     

Sementara itu ditempat berbeda, seorang pria dengan aura wajah menggelap dengan mata warna hijaunya, membuat siapapun gemetar bila berada di dekatnya. Tidak ada satupun pria dan wanita yang bisa bercanda gurau dengannya. Semua dianggapnya serius dan tidak ada yang perlu di jadikan humor. Hanya Andrew lah sekretaris yang masih betah dan setia menemani bosnya itu meski sudah 10 tahun lebih menjadi orang kepercayaannya.     

"Darren, mami bawa makanan siang buat kamu. Kata pelayan dirumah, kamu tidak makan sama sekali tadi pagi." Sara, sudah lupa rasanya menangis melihat anak semata wayangnya meratapi kehilangan istrinya yang tidak ada kabar sejak lima tahun yang lalu.     

Sejak itu hari-hari Darren selalu suram, penuh emosi dan amarah, bahkan nyaris bunuh diri dengan mogok makan berhari-hari. Tidak ada satupun dari sahabatnya yang bisa menghiburnya.     

"Mami, apakah mami tahu bulan apa ini?" Darren membelakangi Sara dengan menatap foto dengan ukuran raksasa dibelakang meja kerjanya. Foto pernikahan dirinya dengan Calista.     

"Bulan September. Ada apa dengan bulan ini, sayang?" Sara mengernyitkan dahi tidak mengerti.     

"Bulan ini, lima tahun yang lalu, adalah bulan kelahiran anak-anakku. Andaikan mereka lahir, bulan ini adalah bulan kelahiran mereka dan tanggalnya sekitar minggu ketiga. Sekarang minggu kedua berarti minggu depan mereka ulang tahun." Darren berpikir dan mengingat kembali jadwal kontrol terakhir dengan sang istri sebelum kejadian nahas itu.     

Sara diam tidak bisa menjawab apapun. Sejak kepergian Calista dan anak yang dikandungnya, semangat hidup Darren telah redup. Hanya dengan bekerja lembur setiap harilah, dia bisa sedikit melupakan kenangan bersama istri tercinta. Darren masih menempati rumah saat bersama Calista. Karena dia ingin Calista tahu kalau dia masih menunggunya kembali, entah kapan waktunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.