Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 281. Pria Beristri Yang Aku Sukai



III 281. Pria Beristri Yang Aku Sukai

1Sementara di tempat lain, pria bermata hijau sedang menelpon seseorang.     
0

"Ya saya sendiri pak."     

"Pak, tolong dicek rekaman CCTV yang terjadi di jalan tikungan dekat taman sekitar setengah jam yang lalu."     

"Ada apa pak Darren? Ada yang bisa kami bantu?" Seorang pria yang bekerja sebagai kepala keamanan cluster tempat Darren tinggal, bertanya.     

"Ada sebuah mobil yang ingin membunuh aku dan istriku dengan menabrak kami. Untung saja kami berhasil lolos." Dengan tangan terkepal, Darren menahan emosi yang membuncah.     

"Baik, akan kami cek sekarang pak. Mohon ditunggu."     

"Siapa yang cari gara-gara pagi ini? Dan, semua mengincar nyawa Calista. Istriku sepolos itu banyak sekali yang ingin membunuhnya." Gumam Darren.     

"IVAN!" Dengan suara lantang, Darren keluar dari ruang baca dan memanggil Ivan yang sedang berada di dapur. Calista yang sedang berada di kamar, mendengar suara keras suaminya, langsung bangkit berdiri. Dia tidak pernah mendengar Darren berteriak sejak awal menikah, meskipun pria itu sangat dingin dan acuh di awal.     

"Siap, tuan!" Ivan yang datang terburu-buru, langsung menghadap Darren yang sangat murka karena peristiwa tadi pagi.     

"Segera cari orang yang mencoba membunuh Calista pagi ini. Aku merasa dia mengincar Calista, bukan aku! Kalau ketemu, bawa dia hidup-hidup di hadapanku!" Darren menggebrak meja dihadapannya dengan mata hijau menyala-nyala.     

"Siap, tuan!" Ivan segera keluar meninggalkan ruangan.     

"Kita kumpul sekarang ditempat biasa, setengah jam dari sekarang." Ivan memakai jaketnya yang tergantung di hanger khusus parkir motor dan memakai helmnya juga. Dengan gerakan terburu-buru, pria tinggi besar dengan rambut cepak itu segera melesat meninggalkan kediaman Darren menuju tempat berkumpulnya tim bentukan Ivan jika sewaktu-waktu diperlukan.     

"Kamu kenapa? Marah ke siapa?" Calista masuk ke dalam ruang baca dan menemukan suaminya sedang mengepalkan tinju diatas meja dengan kedua tangannya.     

Pria bermata hijau yang melihat istrinya datang, langsung menghampirinya dan memeluknya.     

"Sayang, kamu benar tidak apa-apa? Kita ke dokter ya kalau kamu merasa tidak enak." Darren menghampiri sang istri yang mulai berjalan dengan susah payah dengan kondisi kehamilannya yang 5 bulan.     

Jika Calista memakai pakaian longgar, tidak akan nampak perut buncitnya karena tubuhnya yang tetap langsing tidak terpengaruh dengan kehamilan. Tapi, jika Calista memakai pakaian ketat maka perut buncitnya akan nampak seksi menurut beberapa orang, termasuk Darren. Semenjak istrinya hamil, Darren merasakan kecantikan dan keseksian Calista semakin bertambah.     

"Aku tidak apa-apa. Kamu kenapa tadi suaranya kencang sekali?" Perempuan hamil itu duduk di atas sofa dengan bantuan pria yang belum mengganti pakaian olahraganya.     

"Tidak apa-apa. Aku tadi menyuruh Ivan untuk mencari tahu siapa yang mencoba mencelakaimu barusan." Jawab Darren sambil memeluknya.     

"Sayang, aku merasa kalau semakin lama semakin banyak orang yang menginginkan nyawamu. Aku rasa sebaiknya kamu tidak usah keluar rumah lagi. Semua kecelakaan itu karena kamu diluar rumah." Darren mendekap kepala sang istri dan menghirup aroma rambut yang masih terasa wangi shampoo meskipun telah berjalan kaki pagi-pagi.     

"Jadi, kamu ingin mengurungku? Aku bisa bosan didalam rumah seharian." Jawab Calista     

"Daripada kamu diluar bahaya mengintai kapan saja." Darren balik menjawab.     

Perempuan hamil itu diam tidak bisa menjawab. Memang benar apa yang dikatakan suami dengan mata hijau itu. Tapi, tidak mungkin juga sampai 4 bulan kedepan didalam rumah terus.     

"Baiklah kalau itu mau kamu. Aku akan mencobanya." Jawab Calista pasrah.     

Darren senang mendengarnya. Dia juga tidak ingin begini tapi semua demi kebaikan sang istri dan anak mereka juga. "Aku akan pastikan kamu tidak akan bosan dirumah." Jawab sang suami.     

"Iya terima kasih. Oh iya, papah mamah sudah balik dari Singapore kemarin. Aku boleh kesana? Aku tahu aku akan dikurung tapi aku juga tidak mungkin meminta papah mamah datang kerumah." Jawab Calista.     

"Baru saja aku bilang kamu jangan keluar rumah. Eh kamu malah minta ijin kesana. Huft, kalau aku bilang tidak boleh bagaimana? Aku akan bilang ke papah mamah kalau pagi ini ada yang mencoba membunuhmu lagi. Aku jamin mereka juga tidak akan mengijinkan kamu kemana-mana." Jawab Darren.     

"Huuuu, kamu jahat sekali ngadu-ngadu. Ya sudah aku dirumah saja. Aku mau kembali ke kamar." Jawab perempuan hamil itu dengan nada ngambek.     

"Hehe aku antar yaa."     

"Tidak usah."     

"Tetap aku akan antar. Aku bukan bertanya tapi mengatakan." Jawab Darren dengan sifat pemaksanya.     

"Terserah." Perempuan hamil itu pun pergi ditemani sang suami menuju kamar mereka di lantai dua.     

-----     

"Dasar bodoh! Begitu saja bisa gagal. Rugi aku membayar kamu! PLAK!" Maura, menampar orang suruhannya yang gagal menjalankan misi sederhana tadi pagi. Membuat seorang wanita hamil keguguran atau bahkan lebih buruk lagi, meninggal bersama bayi yang dikandungnya.     

"Maaf bos! Tadi suaminya yang berhasil menyelamatkannya. Untung saja aku tidak memasang plat mobil jadi tidak ketahuan." Jawab pria kurus dengan tato di lengan kanannya itu.     

"Huh, dia lagi! Jangan sentuh yang lelakinya. Aku mau kamu menghabisi yang perempuan. Lalu apa rencanamu selanjutnya?" Maura bertanya dengan marah berkobar-kobar.     

"Aku akan mengintai rumahnya dan mencari saat kosong untuk menghabisi nyawanya lagi, bos." Jawab si anak buah kurus tersebut.     

"3 hari lagi dia akan ke kampus. Bagaimanapun caranya, kamu habisi dia saat itu. Kalau suaminya tidak ada, pasti ada pengawalnya. Kamu juga harus waspada dengan pria tinggi besar itu. Dia tidak mengenal belas kasih saat menjalankan tugasnya." Ucap Maura.     

"Siap bos!"     

"Pergilah. Aku pusing jadinya." Maura mengibaskan tangan dan mengusir pergi anak buah yang dianggapnya tidak becus bekerja.     

"Baik bos."     

Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...     

Suara telpon Maura bergetar karena ada telpon masuk.     

"Sayang, kamu dimana?" Suara pria terdengar sangat lembut membuat kemarahan di dada Maura berangsur teredam.     

"Tempat biasa. Kamu dimana?" Jawab Maura.     

"Aku kangen. Pekerjaanku membosankan. Aku butuh hiburan." Pria diujung telpon berkata.     

*Kemarilah, aku akan menghiburmu. Aku juga lagi suntuk. Sekarang yaa." Jawab Maura dengan suara manjanya, beda sekali dengan suara yang ditimbulkan saat menghadapi anak buahnya tadi.     

"Siappp, aku meluncur sekarang." Telpon itu pun diputuskan. Maura menatap layar telpon genggamnya dan berkata, "Setidaknya aku bisa terhibur dengan pria beristri ini. Tapi, pria beristri yang aku sukai malah tidak memandangku. Huh, awas kamu Darren! Kamu pasti jadi milikku. Dan, perempuan kampung itu akan aku singkirkan dari sisimu selama-lamanya. Hahahaha ..." Tawa Maura menggelegar didalam rumah mewah yang di berikan papahnya untuk anak semata wayangnya tinggal jika tidak mau tinggal dirumah bareng mereka.     

Maura menikmati kebebasannya menjadi anak satu-satunya salah satu keluarga konglomerat yang terkenal di Surabaya. Anak yang terbiasa dimanja sejak kecil, keluar dari rumah karena mamahnya tidak suka dia keluar malam setiap hari untuk dugem.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.