Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 285. Pesan Bergambar



III 285. Pesan Bergambar

0Saat merebahkan tubuh sang istri, Darren mengusap-usap pipi kenyal Calista yang semakin empuk dan enak disentuh.     
0

"Kamu tidak mengantuk?" Calista melihat Darren menatapnya terus menerus seperti ada yang ditunggu.     

"Sayang, sudah dua minggu lebih kita tidak bercinta." Darren menampakkan wajah sendunya. "Bisakah aku mendapatkannya malam ini?" Darren berkata sambil duduk tepat disisi sang istri yang sedang berbaring dengan punggung bersandar di belakang kasur.     

"Darren, aku sudah tidak bisa banyak bergerak lagi." Ujar Calista malu-malu.     

"Biarkan aku yang bergerak. Kamu cukup menikmatinya saja."     

Darren berbaring ditengah kasur sementara Calista duduk diatas tubuhnya. Kedua tubuh mereka sudah berada dalam posisi tanpa pakaian selembarpun.     

"Darren, aku tidak bisa lama-lama di posisi ini." Tampak Calista susah payah dengan perut buncitnya berada diatas tubuh sang suami. "Beratku naik sampai 10 kilo, kamu tidak merasa berat?" Calista menghadapkan tubuhnya kedepan dan memegang lutut sang suami dibelakangnya.     

"Nah begitu, rileks. Kamu tidak usah bergerak, biar aku saja yang bergerak."     

JLEBBB     

"Aaahhhh …"     

"Eughhh …"     

Sepasang suami istri itu melenguh bersamaan, Darren memacu tubuh sang istri dengan gerakan sangat pelan agar istrinya bisa menikmatinya. Mata hijau sungguh sangat terpesona melihat bulatan lumayan besar ada diatas tubuhnya sedang bergerak-gerak. Darren mengusap-usap perut Calista dan matanya tidak henti-hentinya takjub melihat ada dua anak manusia sedang bersembunyi didalam rahim sang istri.     

"Aaaah aku keluar …" Calista sepertinya sudah mulai kelelahan sehingga Darren berganti posisi menjadi diatasnya.     

"Ahhhh sayang, perutmu merupakan keajaiban dunia bagiku. Tidak ada yang lebih ajaib didunia ini selain melihat perutmu yang semakin lama semakin besar." Darren berkata sambil terus memacu tubuh istrinya dengan gerakan sangat pelan hingga Calista tidak merasa tersiksa.     

"Apakah aku terlihat makin jelek? Ahhh … ahhh … ahhhh …" Calista mencoba bertanya disela-sela usahanya mengontrol napas dari gerakan sang suami.     

"Justru kamu terlihat semakin cantik, seksi, dan menakjubkan. I love you more." Darren semakin lama semakin cinta pada Calista, mulai dari tubuhnya yang langsing, suka tidur sembarangan, dan terlihat polos. Sampai kini tubuhnya semakin subur, mulai merawat diri, dan senang membaca buku.     

"Aaaahhhhh …" Erangan kenikmatan pun dikeluarkan bersama-sama oleh pasangan suami istri yang sedang mengharapkan anak pertama mereka.     

-----     

"Sayang, aku pulang." Pria dengan rambut pendek itu menyapa istri tercinta saat baru sampai rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hari ini waktunya disibukkan dengan rapat, kunjungan kerja, dan memeriksa dokumen sebelum ditandatangani. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan dia lupa memberitahu istrinya kalau akan pulang telat.     

"Dian … sayang …" Dave ke kamar tapi tidak menemukan istrinya. Pria itu mencari ke kamar mandi tapi juga tidak menemukannya. Perasaan was-was mulai menghinggapi pikirannya yang teringat kembali dengan istri yang dua kali berusaha kabur darinya itu.     

"Dian … Dian …" Dave menuruni anak tangga dengan gerakan setengah berlari. "Siapa saja! Siapa yang tahu dimana istriku?" Dave berteriak sehingga beberapa pelayan keluar dari kamar. Mereka tidak tahu kemana nyonya majikan mereka. Bahkan Feni yang asistennya pun tidak tahu kemana perginya majikannya.     

"Kamu aku bayar buat apa kalau tidak bisa bekerja?" Dave marah dan Feni mengkerut dibuatnya.     

"Maafkan saya tuan." Feni merunduk takut.     

"SIAL!" Dave berlari kembali ke kamar dan mengambil ponselnya. Pria yang bahkan belum membuka kemeja kerja dan dasi yang masih miring setengah terbuka itu, menelpon istrinya namun malah terdengar bunyi diatas meja lampu.     

"Kemana lagi sih kamu! Sial!" Dave melempar ponselnya ke atas kasur. Namun, tiba-tiba sebuah pesan bergambar masuk. Pria arogan itu memencet tanda panah dan kedua matanya tiba-tiba melotot seperti akan keluar dari sarangnya. Matanya menganga tidak percaya dan darahnya mendadak mendidih sampai keubun-ubun.     

Beberapa jam yang lalu …     

Bunyi telpon masuk dari ponsel seorang perempuan hamil tiga bulan tiba-tiba berhasil membuat pemiliknya melepas gagang penyiram pohon.     

"Halo, siapa ini?" Tidak ada nama penerima dan yang tertera hanyalah 'nomer tidak dikenal'.     

"Halo sayang, kamu tidak kenal aku tapi aku kenal siapa kamu." Suara perempuan manja di ujung telpon berhasil membuat Dian mengernyitkan alisnya.     

"Siapa kamu?" Tanya Dian singkat tanpa basa basi.     

"Aku adalah perempuan yang hampir bercinta didalam kantor suamimu, kalau saja kamu orang ketiga tidak datang mengganggu. Cih!" Jawab perempuan di ujung telpon sambil berdecih.     

"Orang ketiga? Setahuku orang ketiga adalah orang yang tidak dinikahi secara sah. Bukannya terbalik jadinya itu kamu? Huh, lagipula kamu mau apa? Mengambil suamiku kembali? Ambil saja kalau kamu bisa dan dia mau." Jawab Dian penuh percaya diri.     

"Huh, dasar perempuan tidak tahu diri! Dan, kamu sekarang tahu kemana suamimu pergi? Cih! dia bersamaku. Kamu tidak percaya? Dengarkan ini .."     

"Sayang, kamu sudah selesai mandinya? Kok lama amat sih?"     

"Sudah sayang, sebentar lagi aku keluar." Dian melotot lebar mendengar suara suaminya benar ada disana. Jadi, selama ini Dave masih berhubungan dengan perempuan lain diluar sepengetahuan dirinya? Jadi, selama ini Dave hanya baik dirumah saja? pikir Dian. Perempuan yang sedang hamil itu berusaha menanhan emosinya agar tidak berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya.     

"Kalian dimana sekarang? Aku akan bertanya langsung padanya apakah dia akan memilih ular sepertimu atau aku istri sahnya." Ujar Dian sambil mengeratkan gigi.     

"Hahaha, tentu saja dia akan memilih aku. Aku tidak pernah menolak apapun yang dia mau. Aku selalu ada untuknya. Sedangkan kamu? Huh, aku dengar kamu itu selalu jual mahal kalau diminta bercinta olehnya. Dave mengeluh kalau kamu itu istri yang tidak pandai mengurus suami dan menyenangkan suami. Hahaha … siap-siaplah menjadi janda." Ujar perempuan diujung telpon sambil tertawa terbahak-bahak.     

KLIK! Telpon pun terputus. Hanya dalam selang hitungan detik, tiba-tiba pesan tertulis masuk berupa alamat lengkap yang dikirim oleh nomer tidak dikenal itu. Dian melihat sesaat lalu bergegas menuju kamarnya untuk berganti baju. Dia akan memakai baju terbaiknya yang baru saja dibelikan Dave padanya kemarin. Setelah mematut dirinya didepan cermin, Dian berkata, "Kalau memang ini yang terbaik dan kamu suka, aku akan mengabulkannya Dave. Tapi, jangan harap anakku akan bertemu dengan ayahnya seumur hidupnya. Camkan itu!" Dian berlari keluar kamar lupa membawa ponselnya.     

"Nyonya mau kemana?" Feni mencegatnya di teras.     

"Aku keluar sebentar. Tidak lama lagi aku kembali." Jawab Dian dengan lembut dan santai.     

"Tapi nyonya, aku ganti baju dulu. Tunggu aku!" Feni segera berlari kedalam kamarnya. Dan, Dian pun keluar tanpa Feni disisinya. Melewati petugas, Dian berkata akan ke depan sebentar. petugas keamanan yang mendengar tidak bisa menolak dan membukakan pintu gerbang untuk nyonya mereka. Satu menit kemudian taksi online pun datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.