Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 279. Role Model



III 279. Role Model

0"Tapi aku punya beberapa permintaan kalau kamu inginkan pernikahan ini. Kalau kamu setuju, aku setuju menikah denganmu satu bulan lagi.     
0

"Apa saja itu?" Tanya Jack sambil memicingkan mata.     

Carol berdiri dan melipat kedua tangannya didepan dada.     

"Pertama, aku tidak ingin memiliki anak dalam waktu dekat ini. Minimal tiga tahun di awal pernikahan." Ucap Carol.     

"Tidak setuju. Inti dari pernikahan adalah memiliki keturunan. Aku tidak ingin menunda-nundanya lagi." Jawab Jack.     

"Hei, ini baru poin pertama dan kamu sudah menolaknya." Ucap Carol sengit.     

"Poin pertama yang konyol. Maaf dokter, aku tidak bisa mengabulkannya." Jawab Jack.     

"Kalau begitu aku tidak akan menikah denganmu." Carol berkata lagi.     

"Hmm, bagaimana kalau kompensasi di poin pertamamu adalah, aku akan membuatkanmu klinik praktek?" Jawab Jack.     

"Ahh benarkah? Kamu jangan becanda." Dokter muda itu memicingkan matanya.     

"Huh, jangankan klinik, perusahaan pun aku bisa buatkan untukmu." Jack menaikkan satu alisnya.     

"Cih, sombong sekali!" Carol memalingkan wajahnya dari pria yang berhak untuk sombong karena kekayaannya yang melebihi seorang pejabat pemerintahan sekalipun.     

"Jadi, setuju?" Jack mengedipkan satu matanya ke perempuan yang galaknya bukan main itu.     

"Okay okay, aku setuju. Sekarang poin kedua. Aku tidak ingin dipoligami." Carol mengatakannya sambil malu-malu dan menggembungkan pipinya menggemaskan.     

"Hahaha, deal! Next." Jack menantang Carol ke poin selanjutnya. Carol tertegun mendengarnya. Semudah itu pria ini menyetujui syaratnya.     

"Ketiga, aku tidak ingin dibatasi kegiatanku dan siapa teman-temanku." Carol menatap tajam mata Jack yang mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke atas meja.     

"Kalau kamu ingin seperti itu, maka akupun menginginkan syarat yang sama. Kamu tahu kan aku pemilik klab malam? Duniaku sangat dekat dengan wanita dan minum-minuman keras. Jadi, aku pun menginginkan hal yang sama kalau kamu mengajukan poin ke tiga." Ucap Jack dengan mantab dan meyakinkan.     

"Kamu! Jadi secara tidak langsung kamu ingin aku memaklumi kamu jika menempel dengan perempuan malam juga mabuk-mabukkan?" Tanya Carol.     

"Hmm, kira-kira seperti itu." Jawab Jack sambil mengangguk-anggukan kepala.     

"Cih, enak saja!"     

"Kan harus adil dong." Jawab Jack sambil tersenyum dikulum.     

"Ya sudah, aku hapus saja poin ke tiga." Jawab Carol sambil mendengus.     

"Dokter, menikah itu aku yakin tidak sulit. Tapi juga tidak mudah. Namun, bukan berarti juga menjadikan kamu trauma dan berpikir macam-macam. Kita akan hadapi semuanya bersama. Yakinlah, aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan anak-anak." Jack mendekati Carol dan meraih rambut panjang Carol yang tergerai dan menciumnya.     

"Aku aku tidak tahu, aku ... hanya takut ... aku tidak akan bisa menjadi istri yang baik untukmu. Aku ... tidak punya role model yang harus aku anut dan aku takut aku akan mengecewakanmu." Carol berkata dengan lirih.     

"Lihat aku," Jack menarik dagu Carol dan mengarahkan ke wajahnya.     

"Aku juga bukan pria yang baik. Tapi aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik versiku." Pria flamboyant itu mendekatkan wajahnya ke wajah dokter cantik. Carol perlahan memejamkan mata. Perlahan hidung mereka menempel dan bibir mereka bertemu.     

Carol merasakan kelembutan yang diberikan Jack sedikit memabukkannya. Jack memegang tengkuk Carol dan menyesapnya lebih dalam. Dan, ciuman mereka pun semakin lama semakin intens dan mengeluarkan desahan lembut.     

"Ummmpphh ..." Carol merasakan kalau gerakan Jack semakin liar dan berharap lebih. Dokter muda itu pun mendorongnya perlahan. Namun, tenaga Jack yang lebih besar malah justru pria itu mengangkat tubuh dokter muda tersebut ke atas pinggangnya tanpa melepaskan ciumannya.     

Jack mengangkat Carol ke atas ranjang pasien. Tangannya mulai menggerayangi tubuh sang dokter yang mulai terlena dengan perlakuan lembut yang diberikan pemilik klab malam paling terkenal se Jakarta itu.     

"Permisi dokter ... Ahhh maaf. BRAK!" Seorang perawat masuk tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Carol mendorong Jack menjauh dan wajahnya merona merah karena ketahuan sedang berciuman di ruang prakteknya sendiri.     

"Kamu!" Carol memukul dada Jack dan cemberut sambil mengelap bibirnya yang tampak sedikit bengkak.     

"Ahh, sayang sekali. Padahal sebentar lagi aku bisa membuatmu cuti tugas selama satu minggu." Jawab Jack nakal dengan masih berusaha mendekati tubuh Carol. Dokter muda itu memundurkan tubuhnya hingga hampir berbaring.     

"Maksud kamu apa?" Carol menyilangkan kedua tangannya di depan dada.     

"Maksudku ... aku sudah tidak tahan ingin merasakan malam pertama denganmu." Jawab Jack lembut.     

"Dasar mesum!" Carol memukul dada Jack dan pergi menjauh dari serigala yang kelaparan. Jack tertawa terbahak-bahak dan dia pun pamit mengundurkan diri untuk pulang setelah mendapatkan ciuman french kiss lagi sebelum meninggalkan ruangan praktek calon dokter spesialis bedah tersebut.     

-----     

"Baby, jangan terlalu manja lagi yaa. Kamu tidak kasihan sama daddy setiap daddy mendekati mommy, selalu mommy celaka." Dave mengusap-usap perut sang istri yang masih rata.     

"Loh kok kamu malah nyalahin baby? Jelas-jelas karena kamu terlalu bersemangat jadi aku selalu celaka." Jawab Dian sambil mencubit pipi sang suami yang rambutnya dipotong pendek.     

"Aduhhh sakit sakit, daddy sudah berusaha pelan tapi ada saja yang membuat mommy kamu terluka." Dave mengusap-usap pipinya yang mungkin tampak merah karena cubitan gemas Dian benar-benar perih dirasakannya.     

"Kalau kamu tidak mau aku terluka, cobalah bersikap lebih pelan atau tidak sama sekali. Seperti malam ini, aku lelah sekali. Kita langsung tidur saja ya ..." Dian menarik selimut dan membungkus tubuhnya hingga sebatas leher. Dave tidak mau ketinggalan, pria itu pun segera menyusupkan tubuhnya masuk kedalam selimut yang sama.     

"Kamu mau apa? Lepaskan tanganmu!" Dian memukul punggung tangan Dave yang mencoba menggerayangi tubuhnya mulai dari paha.     

"Aku akan pelan-pelan. Aku tidak bisa kalau tidak mendekapmu sebelum tidur." Jawab Dave lembut.     

"Ya sudah peluk ya peluk, tapi jangan begini. Ahhhh ..." Tangan Dave sudah berhasil masuk kedalam dada sang istri dan meremasnya lembut.     

Istrinya tidak pakai bra, sesuai dugaannya. Dengan mudahnya, Dave memainkan kuncup buah dada sang istri dan memainkannya dengan memutar-mutarnya.     

Dian menggigit bibirnya menahan desahan agar tidak kelolosan. Sungguh suaminya ini tahu benar teori bercinta dan begitu juga prakteknya.     

Tanpa membuang waktu lagi, Dave membalik tubuh istrinya dengan lembut dan membaringkannya. Suami yang tidak pernah khilaf sekalipun menjamah tubuh sang istri setiap hari, tersenyum puas melihat ekspresi wajah Dian yang sudah pasrah dan berharap lebih.     

"Katakanlah, kamu juga menginginkannya." Dave membisikkan mantra cinta penuh asmara di telinga sang istri.     

"Kalau aku mengatakan tidak, apakah kamu akan menyudahinya?" Jawab Dian sambil mengelus dada bidang sang suami.     

"Kamu tahu benar jawabannya." Dave menggigit telinga sang istri dengan gemasnya sehingga membuat Dian mendesah geli dan menggigit bibirnya dengan malu-malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.