Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 263. Menyesal Sejadi-jadinya



III 263. Menyesal Sejadi-jadinya

0"Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya kembali bekerja karena hasutan dari istri pertama suaminya. Jadi, dia meminta ke mami untuk diijinkan bekerja sebagai pelayan dirumah ini. Karena dia juga tidak ingin meninggalkan kuburan anak satu-satunya." Darren menutup cerita dengan senyum diwajahnya.     
0

Calista terdiam tidak tahu harus berkata apa. Semua kalimat yang diucapkan Darren membuatnya diam. Tidak disangka, bu Hera memiliki masa lalu begitu pahit.     

"Lalu, sekarang dimana suaminya? Apa masih hidup?" Tanya Calista lagi.     

"Entahlah. Mami tidak menceritakan kelanjutannya dan aku juga tidak mau tahu." Jawab Darren enteng. "Aku hanya penasaran saja pada Hera yang masih setia mengikuti mami selama 30 tahun. Ternyata karena memang begitu dibalik kisahnya." Jawab Darren.     

"Sudahlah, kamu jangan banyak berpikir. Ingat kandunganmu. Kamu tidak boleh berpikir yang tidak-tidak." Jawab Darren lagi.     

"Tiga puluh tahun? Kalau anak itu hidup, pasti seumuran denganmu." Calista berkata.     

"Ya begitulah." Darren membawa nampan yang sudah kosong isinya ke ujung ruangan. Lalu pria itu menekan nomer ekstension dapur dan memberitahukan untuk membawa peralatan bekas makan kembali ke dapur.     

Seorang pelayan datang dan membawa nampan beserta piring dan gelas itu kembali ke dapur. Setelah pintu itu ditutup, Calista menguncinya dari dalam.     

"Setelah mendengar ceritamu, bagaimana mungkin aku tega untuk tidak mengijinkannya cuti? Tapi kira-kira dia mau apa ya selama dua bulan itu?" Mata Calista melihat keatas dengann satu tangan memeluk perut dan satu tangan lainnya memangku pipi kanan dengan telapak tangan kanannya.     

"Hahaha, sudahlah. Kamu terlihat lucu kalau sedang berpikir. Seperti menyuruh orang untuk berpikir dan menjawab pertanyaanmu, dibandingkan mencari jawaban sendiri." Jawab Darren sambil menyentil kening sang istri dan melangkah menuju kamar mandi untuk sikat gigi, ritual seperti biasanya sebelum tidur.     

"Awww." Calista mengusap-usap kening dan mengerucutkan bibirnya.     

-----     

"Kemarilah, jangan jauh-jauh dariku atau kamu akan tersesat tidak bisa menemukan jalan keluar nanti ." Jack berjalan menerobos kerumunan pengunjung kelab malamnya yang sedang menikmati hentakan musik keras di lantai satu, sambil menggenggam erat tangan Carol. Dokter muda yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di sebuah tempat dugem tersebut menutup telinga kanannya rapat-rapat. Jantungnya terasa berdegup kencang mendengar musik yang memekakkan telinga. Dia tahu dia tidak bisa bicara apa-apa dengan Jack saat ini karena percuma pasti tidak kedengaran.     

Sampai akhirnya Jack berhasil membawa Carol lepas dari padatnya manusia yang sedang menikmati kehidupan malam.     

"Maaf aku bawa lewat jalan umum, karena jalan khusus yang biasa aku lewati sedang dalam perbaikan. Besok baru beres." Ucap Jack.     

Carol tidak mendengar apa yang dikatakan Jack. Perempuan itu sibuk melihat banyaknya orang di lantai satu yang sedang menikmati hidupnya.     

"Ayo kita ke ruanganku." Jack mengajak Carol menuju kantornya yang ada diujung lantai dua tempat mereka berdiri sekarang. Namun, belum sampai pada tujuannya, tiba-tiba seorang wanita datang dan langsung memeluk Jack dan berusaha menciumnya. Untung saja Jack bisa menghindar karena kalau tidak bisa runyam urusannya dengan calon istri yang galak disebelahnya.     

"Jack, kamu kemana saja? Aku telpon tidak pernah diangkat dan kamu susah sekali ditemui sekarang. Kamu sudah bosan ya sama aku?" Seorang perempuan seksi mengenakan gaun ketak selutut warna merah menyala tanpa lengan membuat payudaranya menyembul dan hampir keluar dari tempatnya. Carol menyeringai jijik dan pura-pura tidak melihatnya.     

"Natasya, kamu sedang mabuk. Mana teman-temanmu?" Jack memanggil seorang penjaga yang memperhatikan mereka tapi enggan mendekat. Pria berambut coklat itu dengan kode tangannya menyuruh dia membawa Natasya pergi dan diserahkan ke teman-temannya.     

"Jack, kapan kamu mengajakku lagi ke apartemenmu. Ayolaaah, kita sudah lama tidak bersenang-senang. Kamu masih suka kan dengan gayaku saat di atas ranjang. Kita akan menghabiskan waktu semalaman lagi … Uffftt." Jack membekap mulut Natasya sambil nyengir-nyengir ke Carol yang menatap Jack dengan wajah datarnya.     

"Aku … aku pulang saja." Carol berlari menjauh dari Jack melewati kerumunan orang yang tadi mereka lewati.     

"SIAL! Carol … tunggu aku!" Jack berlari mengejar Carol dengan kecepatan kaki yang dia bisa. Tapi, Carol pun bukan perempuan yang berlari pelan. Dia lihay berlari menyusup dan menghilang dari pandangan Jack. Hingga pria flamboyant itu sampai di pintu keluar, dia tidak menemukan Carol dimanapun.     

"SIAL! Kemana dia? Sudah malam begini tidak ada kendaraan umum lewat sini. CAROL … CAROL … dimana kamu? Keluarlah. Itu semua salah paham. Itu bukan seperti yang kamu dengar!" Jack memanggil-manggil nama perempuan yang dia bawa kesini untuk diperkenalkan dengan dunia kerjanya, malah berakhir dengan nasib sial seperti ini. Jack menyesal membawa Carol ke tempat yang memang tidak seharusnya didatangi wanita baik-baik seperti dirinya.     

Carol, perempuan itu tidak kemana-mana. Dia hanya bersembunyi di balik pot bunga besar yang rimbun yang cukup untuk menyembunyikan tubuhnya dari penglihatan Jack.     

"Ternyata semua pria yang aku kenal adalah lelaki hidung belang. Yang memanfaatkan tubuh perempuan untuk dijadikan mainan. Kenapa aku begitu bodohnya mudah percaya dengan dia, setelah aku disakiti oleh Bram." Carol berpikir dalam hati. Dokter perempuan itu bertekad untuk tidak lagi menemui Jack dimanapun kapanpun. Dia ingin lebih fokus dengan karir dan kuliahnya menuju dokter spesialis bedah. Dia tidak peduli jika sampai usia berapapun tidak menikah.     

Carol mengintip ke tempat tadi Jack berdiri. Dia sudah tidak melihatnya lagi. Carol memutuskan untuk memesan taksi online untuk kembali kerumahnya. Tidak lama menunggu, akhirnya taksi pun datang. Dan setelah memastikan mobil yang datang sesuai dengan pesanan, Carol langsung naik dan meminta supir untuk segera pergi menjauh.     

Sementara itu Jack yang tidak berhasil menemukan Carol, kembali ke kantornya dan mengecek CCTV dari laptopnya. Setelah memeriksa beberapa menit, pria itu melihat Carol naik taksi online dari balik pot bunga yang ada di sisi luar kelab malamnya. Jack menghela napas kasar dan menyibak rambutnya ke arah belakang dengan kesal. Dia menyesal sejadi-jadinya karena membawa Carol ke tempat ini. Pria itu pun memutuskan untuk memberi waktu ke Carol untuk menenangkan diri. Dia akan menemui dokter itu besok di tempat prakteknya untuk memberikan penjelasan tentang kesalahpahaman yang diakibatkan ocehan mabuk Natasya.     

Sementara itu, Carol sudah berada didalam taksinya dan sebentar lagi akan sampai rumah. Didalam taksi, perempuan itu melamun dan terkadang mendengus sambil tersenyum. Mengutuk kebodohannya yang mudah percaya dengan omongan pria. Carol pun turun dari taksi setelah membayar ongkos. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas kurang sepuluh menit. Jam malam biasa baginya yang seorang dokter tanpa mengena jam kantor seperti karyawan lainnya. Setelah mandi, Carol merebahkan dirinya didalam kamar yang sangat nyaman untuk ukuran wanita single hidup sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.