Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 271. Lima Menit Lagi



III 271. Lima Menit Lagi

0"Dia calon istriku! Kami akan menikah bulan depan." Jack, pria flamboyant dengan rambut warna coklat itu tiba-tiba muncul ditengah-tengah ruang makan.     
0

Natasya dan Carol terbelalak matanya mendengar ucapan Jack yang baru saja datang itu.     

"Kamu?" Natasya berjalan mendekati pria yang dari dulu di incarnya ini. Ketika Semua pria berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya agar bisa berkencan dengannya, tapi tidak dengan Jack yang tidak pernah menganggap ada dirinya, meski perempuan ini sudah melakukan pendekatan dengan menjadi member tetap eksklusif klab malam yang dimiliki Jack.     

"Natasya, dari dulu sampai sekarang, aku hanya menganggap kamu member tetap klab ku, tidak lebih dari itu. Jadi sebaiknya kamu jangan pernah berpikir jauh." Jack berkata pada Natasya dengan jarak sekitar dua meter. Justru Jack berjalan menghampiri Carol yang sedang memegang lengan maminya.     

"Mami sudah makannya?"     

"Mami tidak nafsu lagi." Jawab Leona sambil memalingkan wajahnya ke arah samping.     

"Kamu kemarilah, bawa mami ke kamar dan bawakan makanan juga untuk makan dikamar. Mami, aku mau bicara pada Carol dulu sebentar." Jack memanggil salah seorang pelayan dan berkata pada Leona dengan suara lembut.     

"Iya, mami ke kamar dulu. Carol, menginaplah disini. Jangan pulang ya. Temani mami malam ini." Ucap Leona pada Carol yang dibalas dengan mulut menganga dokter muda itu. Leona pun berjalan menuju kamarnya.     

"Kamu masih belum pulang?" Jack memutar tubuhnya ke belakang dan mendapati Natasya masih berdiri disana dengan wajah geram dan mata menyala-nyala.     

"Huh, apa hebatnya dia dibanding aku? Semua lelaki tergila-gila padaku dan mau aku menjadi pacar mereka. Kamu malah memilih perempuan yang tidak jelas asal usulnya itu. Cih!" Dengan angkuhnya Natasya mencaci maki Carol. Namun, dokter muda itu hanya tersenyum tipis.     

"Jack, aku tidak bisa menginap disini. Aku masih banyak pekerjaan dirumah. Besok pagi aku akan kesini lagi." Carol berkata dengan wajah memelas. Dia tidak enak harus menginap di rumah orang lain. Apalagi didalam rumah ini ada seorang pria yang mereka belum terikat resmi. Jadi, banyak pekerjaan dirumah hanyalah sebuah alasan.     

"Kamu tadi dengar kan mami minta kamu menemaninya semalam saja. Besok aku antar ke rumah sakit dan pulangnya aku antarkan lagi kerumah."     

"Sejak kapan kamu jadi supir antar jemput?"     

"Sejak kemarin-kemarin. Kamu lupa ya?"     

"HEIIII, aku berbicara dengan kamu Jack. Apa kamu mengabaikan aku?" Natasya geram kata-katanya tidak diperhatikan.     

"Kamu lebih baik pulang sebelum orangku menyeretmu keluar dari rumah ini. Dan kamu, ikuti aku." Jack menarik lengan Carol dan membawanya menaiki anak tangga menuju lantai dua.     

"Eh kamu mau bawa aku kemana? Tunggu, lepaskan tanganku dulu." Carol meronta-ronta minta dilepaskan namun Jack terus berjalan tanpa mengindahkan ucapannya.     

-----     

"Kamu lagi mengerjakan apa?" Darren melihat istrinya yang masih sibuk didepan laptopnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan dia pun sudah selesai dengan tugas kantornya.     

"Revisi bab inti. Aku mau kirim lewat email dulu ke dosen pembimbingku tapi nanti aku bawa hard copynya besok." Jawab Calista tanpa melepaskan matanya dari layar laptop.     

"Oh, tapi sekarang sudah malam sayang, ayolah istirahat. Besok kita berangkat pagi-pagi ke kampusmu kan?" Darren menghampiri Calista dan menarik tangannya dari tuts keyboard.     

"Tapi, aku belum selesai. Lima menit lagi, lima menit lagi. okay?" Calista menarik tangannya dari genggaman Darren dan duduk kembali di kursinya. Darren pun mendekat dan berdiri di sampingnya dengan tangan dilipat di depan dada sambil melirik arlojinya.     

"Tinggal 4 menit 40 detik lagi."     

"Apa? Kamu benar-benar menghitungnya?" Tiba-tiba Calista merasakan panik dan buru-buru mengetik kata penutup sebelum memencet tombol 'kirim'.     

"4 menit lagi."     

"Aaahhhhh kamu keterlaluan." Calista memacu adrenalinnya. Dia tahu kalau Darren tidak pernah main-main dengan ucapannya.     

"3 menit 30 detik lagi."     

"Astagaaaa bisa diam tidak??"     

"3 menit."     

"2 menit."     

"1 menit."     

"30 detik."     

"Darren diam!"     

"10 detik. Aku akan matikan komputermu tanpa aku save. Sembilan … delapan … tujuh … "     

Calista yang kembang kempis mengecek ulang semuanya sebelum dikirim.     

"Empat … tiga …" Tangan Darren mulai memegan kepala laptop, membuat Calista menjadi lebih panik. Dan, akhirnya perempuan hamil pun menekan tombol kirim tepat di hitungan mencapai angka 1."     

"FLIP!     

"Fyuhhhh, kamu keterlaluan tahu tidak?" Calista merengut kesal dan menuju ke kasur lalu membenamkan dirinya dibawah selimut.     

Darren terkekeh melihat istrinya yang ngambek.     

"Aku sudah bilang, kamu boleh kembali ke kampus tapi aku tidak mau kamu menghabiskan waktumu dengan kuliah. Aku tidak mau kamu lelah sampai mengorbankan jam tidurmu." Darren menarik selimut yang dipegang Calista namun ternyata perempuan hamil itu memegangnya erat hingga suami bermata hijau tidak bisa membuka selimut yang menutupi tubuh perempuan hamil.     

"Sayang, bicara padaku. Berjanjilah, kamu tidak akan tidur diatas jam 9 malam lagi." Darren menyusupkan tangannya kedalam selimut dari samping dan menariknya sekencang mungkin hingga selimut itu terlempar ke lantai.     

"Aahhh, kamu mau apa sih? Aku mau tidur. Katanya tadi disuruh tidur? Sekarang aku mau tidur, kamu malah mengganggu." Wajah Calista masih merengut marah.     

"Kemarilah, istriku sayang, sudah malam, mari kita tidur." Darren mendekap tubuh sang istri dan membaringkannya di ranjang. Dia pun segera mengambil selimut yang di lemparkan tadi lalu menutupi tubuh sang istri sampai leher dan dia pun ikut masuk kedalamnya.     

"Kamu mau apa? Tanganmu awas!" Calista merasakan tangan Darren menyusup dari balik piyama dasternya dan merayap menuju ke dadanya.     

"Aku mau tidur." Jawab Darren dengan santainya sambil bibirnya menyesap leher sang istri dari belakang.     

"Astaga Darren! Eughhh … tadi katanya mau tidur … isssshhh …"     

"Iya tidur, aku mau tidur." Tangan kanan Darren masuk kedalam piyama sang istri dan meremas dua gunung kembar dibaliknya, sementara tangan kirinya dijulurkan ke belakang leher sang istri sehingga Calista tidur diatas lengannya.     

"Ya sudah, tanganmu jangan pegang-pegang dadaku lagi."     

"Kalau begitu, pegang ini boleh?" Darren memegang kedua pipi sang istri dengan tangan besarnya dan membalikkan wajahnya agar bisa menghadap dirinya seutuhnya. Bibir Calista dilumatnya dengan dalam dan penuh hasrat.     

"Ummppph …"     

"Kita lanjutkan yang tadi siang belum tuntas, okay?" Calista melebarkan matanya.     

"Apa? Aahh … sudah berhentilah, aku mau tidur." Ucap Calista sambil mendorong dada Darren menjauh. Tubuhnya benar-benar sudah dikurung oleh pria yang memiliki dada kokoh dan bahu bidang. Napasnya yang berat di telinga perempuan hamil membuat kulit tubuhnya berdiri. Calista benar-benar tidak bisa berkutik lagi dan akhirnya menyerah pasrah juga mengikuti kemauan sang suami yang nafsunya sudah sampai ubun-ubun.     

-----     

"Bagaimana dok? Apa istri saya baik-baik saja?" Pria gondrong itu tampak cemas ketika menemani istrinya diperiksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.