Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 273. Kembali Ke Kampus (1)



III 273. Kembali Ke Kampus (1)

0"Pokoknya kamu di mobil saja. Aku pasti cepat." Calista memaksa sang suami untuk tidak mengikutinya.     
0

"Ya sudah terserah kamu saja." Darren akhirnya menyerah untuk berdebat dengan makhluk yang berjenis kelamin perempuan itu.     

Calista tersenyum mendengarnya. Akhirnya, pria ini tidak ngotot lagi, batinnya.     

Setelah hampir satu jam, mobil mewah warna hitam metalik itu pun sampai didepan sebuah kampus ternama di Jakarta. Calista tampak degdegan karena ini pertama kalinya dia kembali ke kampus setelah cuti berbulan-bulan. Walaupun dia kembali ke kampus bukan untuk belajar seperti biasa, perempauan hamil itu hanya datang untuk menyerahkan hasil ketikan skripsinya dan menerima bimbingan langsung pulang, tapi saat menunggu dosen pembimbing nya masih mengajar, itu yang membuat waktunya tidak tentu kapan selesainya. Belum lagi banyak mahasiswa yang juga sedang proses mengerjakan skripsi dengan dosen pembimbing yang sama.     

Calista keluar dari mobil yang diparkir agak jauh dari gerbang kampus agar tidak terlal terlihat mencolok dengan teman-teman maahsiswa lainnya.     

"Kamu ikuti dia." Darren menelpon Ivan yang sudah sampai lebih dulu di gerbang kampus dengan menggunakan motor besarnya.     

"Baik tuan." Dengan menyamar menggunakan kemeja dan celana jeans, tidak mudah untuk Ivan berpura-pura menjadi mahasiswa dengan posturnya yang tinggi besar. Namun, bukan Ivan namanya kalau tidak bisa berkamuflase. Dengan topi dan tas ranselnya, Ivan mengikuti nyonya majikannya yang berjalan sendirian di lorong kampus yang dipenuhi oleh para anak muda yang usianya sekitar 10 tahun dibawahnya.     

"Calista? Ya ampun, sudah lama kita tidak berjumpa. Kamu ada kuliah hari ini?" Seorang perempuan muda dengan rambut pendek sebahu namun dikuncir kuda, kaos oblong dan celana jeans ketatnya menyapa Calista yang sedang berjalan menuju ruangan dosen.     

"Maura? Heii, kamu belum selesai juga kuliahnya? Hahaha …" Calista senang sekali masih ada teman seangkatannya di kampus, karena kalau semua teman-teman satu angkatannya selesai tepat waktu, pasti mereka sudah selesai di wisuda akhir bulan kemarin.     

"Hehehe, masih. Aku kan ambil cuti kemarin. Pekerjaanku banyak sekali jadi aku mengorbankan kuliahku, untungnya ada cuti. Hehe …" Calista tersenyum senang melihatnya. Maura memang bukan teman dekat seperti Dian padanya. Tapi, Maura adalah teman dekatnya di kampus. Dia anak satu-satunya dari keluarga berada tapi rela ngekos dan bayar kuliah sendiri demi belajar hidup mandiri.     

"Jadi, kamu sekarang mau nyusun skripsi kan?" Tanya Calista setelah ngobrol macem-macem lima menitan.     

"Iya, aku mau bertemu pak Sigit. Sudah janjian semalam." Jawabnya enteng.     

"Eh sama dong, dosen pembimbingku juga pak Sigit. Aku juga sudah janjian semalam." Jawab Calista dengan senyum sumringah.     

"Wahh, asyikkk, ayo kita keruangan beliau sekarang. Harusnya beliau sudah selesai mengajar jam pertama sekarang ini." Maura melirik arloji yang berada di tangan kirinya.     

"Yuks." Kedua perempuan yang ternyata baru kembali dari cutinya masing-masing itu, kini menuju ruangan dosen pembimbing mereka untuk meminta arahan dan bimbingan seputar materi yang telah mereka tulis dalam satu bab penuh.     

Darren yang sudah menunggu satu jam didalam mobil, awalnya tidak merasa bosan karena pria bermata hijau itu juga sedang mengadakan meeting online dengan partner bisnisnya yang sedang berada di negeri sebrang . Namun, setelah 1 jam, akhirnya pria itu merasakan bosan juga.     

"Aku akan keluar sebentar. Kamu boleh matikan mobil dan pergi menunggu di warung terdekat. Tapi jangan jauh-jauh." Ucapnya pada supir yang masih setia berada didalam mobil bersamanya.     

"Baik tuan." Ucap sang supir.     

"Ivan, istriku sedang apa?" Darren tidak perlu bertanya dimana posisi istrinya berada karena ponsel yang dipegang Calista sudah diberikan pelacak oleh sang suami untuk mencegah kemungkinan terburuk yang terjadi berulang kali.     

"Sedang didalam ruang dosen bersama salah seorang teman perempuannya. Tuan mau kesini?" Ivan yang duduk membaur dengan semua mahasiswa lainnya, menerima panggilan telpon saat dirinya sedang ditanya oleh seorang mahasiswa perempuan. Saved by the phone, batinnya.     

"Ya, aku kesana sekarang." Jawab pria bermata hijau.     

"Siap tuan." Ivan menutup telponnya sambil berdiri dari kursi yang didudukinya satu jam lamanya.     

"Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku. Nama kamu siapa, kamu dari jurusan mana dan semester berapa?" Seorang perempuan tomboy dengan rambut pendek mendekati Ivan yang merasa jengah dari tadi diikuti dan ditanya terus.     

"Nona, tolong jangan ikuti saya terus. Belajarlah dengan baik dan benar, okay?" Ivan pergi kemanapun selalu diikuti dan akhirnya pria mantan debt collector itu pun masuk ke dalam kamar mandi pria. Dan, triknya berhasil. Si perempuan tomboy tidak mengikutinya lagi.     

"Kemana Ivan? Disuruh menjaga Calista malah tidak ada batang hidungnya disini. Sudah bosan kerja dia?" Darren mengeraskan rahangnya saat sudah sampai didepan ruangan dosen pembimbing tempat Calista dan Maura berada didalamnya tapi tidak menemukan bayangan Ivan sama sekali.     

"Kamu dimana?" Penampilan Darren yang tampan maksimal dengan setelan jas hitam mahal, kacamata hitam, dan postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, membuat semua mahasiwi yang melihat saling berbisik dan senyum-senyum menggoda pada pria yang tidak pernah melirik perempuan manapun kecuali istrinya.     

"Maaf tuan, aku bersembunyi di kamar mandi pria. Tadi ada perempuan tomboy rambut pendek yang mengejar-ngejar saya terus." Darren melihat sekeliling dan mencari perempuan berambut tomboy dibalik kacamata hitamnya. "Oh dia masih ada disini. Dan, kamu mau sembunyi terus? Jadi untuk apa aku membayarmu?" Darren bertanya dengan aura menusuk.     

"Iya maaf tuan, saya akan keluar sekarang." Darren mematikan ponselnya dan berdiri menunggu di pintu luar ruangan tempat istrinya ada didalam.     

Tiba-tiba ada seorang mahasiswi berpakaian mini menghampiri pria bermata hijau.     

"Maaf, kamu pasti bukan mahasiswa kampus ini. Karena saya tahu betul semua mahasiswa yang ada disini. Boleh aku mengenalkan diriku? Namaku Jelita. Menurut teman-temanku sih wajahku dan penampilanku sesuai dengan namaku Jelita, hihihi …" Perempuan itu menutup mulutnya sambil tertawa malu-malu. Darren tidak menanggapinya. Pria itu masih berdiri tegap dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam kantong celananya.     

"Tuan, maaf. Nyonya belum keluar dari dalam." Ivan tiba-tiba muncul dan menghampiri Darren yang sedang didekati oleh seorang mahasiswi tinggi dan cantik.     

"Biarkan saja, kalau sudah selesai juga nanti keluar." Darren lebih memilih berbicara dengan Ivan yang lari tergopoh-gopoh menghampirinya.     

"Tuan? Nyonya? Apakah anda sedang menunggu ibu anda didalam? Anda anak pak Sigit, dosen pembimbing kah?" Perempuan itu masih saja tidak menyerah mencari bahan pembicaraan dengan Darrenn yang malas menanggapi sejak pertama. Mungkin ini sebabnya Calista tidak ingin suaminya keluar dari mobil dan menemaninya masuk kedalam, pikir Darren.     

"Maaf, tuan saya tidak mau diganggu. Tolong pergilah." Ivan berkata pada perempuan tersebut.     

"Cih, tuan? Berarti kamu hanya seorang pelayan? Atau asisten? Maaf, aku tidak level berbicara dengan kamu." Perempuan cantik itu berdecih sinis dan menyeringai mengejek kepada Ivan yang dibalas dengan mata melotot oleh kedua pria didepannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.