Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 274. Kembali Ke Kampus (2)



III 274. Kembali Ke Kampus (2)

0"Maaf, tuan saya tidak mau diganggu. Tolong pergilah." Ivan berkata pada perempuan tersebut.     
0

"Cih, tuan? Berarti kamu hanya seorang pelayan? Atau asisten? Maaf, aku tidak level berbicara dengan kamu." Perempuan cantik itu berdecih sinis dan menyeringai mengejek kepada Ivan yang dibalas dengan mata melotot oleh kedua pria didepannya.     

"Heh, lagian siapa juga yang mau bicara sama cewek sok kecakepan kayak kamu? Huh, biarkan saja dia. Dia itu terkena sindrom ratu-ratuan jadi merasa ratu paling cantik se kampus, padahal yang paling cantik itu masih cuti. Nanti kalau dia masuk, kamu tersingkirkan. Huh!" Mahasiswi tomboy yang tadi dihindari Ivan tiba-tiba muncul dan menyerang mahasiswi yang menyapa dan mengajak Darren kenalan.     

"Heh Didi, jangan sembarangan kalau ngomong ya! Mulut kamu itu memang perlu ditampar biar tidak ngomong buruk terus ke orang-orang." Seketika suasana diluar pintu dosen pembimbing Calista penuh dipadati beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang ingin melihat tontonan gratis keseruan dua perempuan yang selalu berdebat setiap kali mereka bertemu.     

"APA-APAAN INI? Kenapa ribut sekali?" Seorang pria keluar dari dalam dan berteriak lantang membuat semua orang yang ada disana bubar perlahan.     

"Kamu Jelita dan Diana! Selalu saja kalian bertengkar seperti kucing dan anjing. Sudah bubar-bubar!" Dosen yang bernama Sigit itu pun lalu mengusir semua orang yang berkumpul diluar pintunya.     

"Darren? Kamu ngapain disini?" Calista yang baru selesai menutup laptop dan membereskan makalahnya, keluar ruangan dan terperanjat kaget melihat suaminya berdiri di luar bersama pengawalnya, Ivan. Ya Tuhan, bahkan ke kampus pun aku dikawal Ivan? Pikir Calista.     

"Sudah selesai?" Darren malah balik bertanya. "Selamat pagi pak." Ucap Darren ke pak Sigit yang membuka kacamata plusnya. Pria itu merasa mengenal pemuda tampan dihadapannya.     

"Kamu? Sepertinya aku pernah melihat wajahmu tapi dimana ya?" Pak Sigit mencoba mengorek memorinya yang sudah terkubur dalam-dalam bersama usianya yang semakin senja.     

"Aku pernah menjadi asisten dosen bapak di program pasca sarjana selama satu semester." Darren mengingatkan kembali kenangan pak Sigit kala itu mempekerjakan seorang mahasiswa program pasca sarjana untuk menjadi asistennya karena dia ditugaskan ke cabang kampus lain secara mendadak, menggantikan dosen yang tiba-tiba cuti melahirkan.     

"Oh iya iya, kamu itu Darren bukan? Darren Anderson? Wahhh, kamu sekarang tampaknya jadi orang sukses. Oya, kamu ada apa kesini? Sekarang melamar jadi dosen?" Pak Sigit yang mulai ingat akan mantan asistennya itu, tersenyum sumringah, beda sekali dengan saat teriak tadi membubarkan kerumunan.     

"Saya menjemput istri saya, Calista." Darren mendekap pinggang perempuan hamil yang berdiri di sebelahnya. Semua orang yang ada disana terkejut mendengarnya, kecuali tentu saja Ivan.     

"Kamu … sudah menikah, Calista?" Maura yang semula terpesona melihat ketampanan pria bermata hijau, kini mundur teratur. Mahasiswi seksi, Jelita, lebih terkejut lagi karena pria tampan yang jelas-jelas sudah memenuhi standar kualifikasinya sebagai seorang pacar, harus terhempas begitu saja. Mungkin hanya Didi alias Diana yang tidak peduli, karena yang menjadi perhatianya dari tadi adalah justru pria berpostur tinggi besar, Ivan.     

"Iya, aku cuti karena menikah." Jawab Calista sambil tersenyum simpul. Maura menghela napas sedih dan kecewa jadi satu. Dia pikir dia sudah akan mendapatkan jodohnya, ternyata itu adalah jodoh temannya.     

"Sudah selesai sayang?" Tanya Darren kepada istrinya yang belum juga menjawab pertanyaannya. Maura dan Jelita yang mendengarnya tambah shock dan menghela napas miris mendengar lelaki pujaan mereka berkata 'sayang' pada Calista.     

"Sudah. Kalau begitu, saya mohon ijin untuk pulang pak. Terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bertemu hari ini." Ucap Calista dengan sopan dan penuh kelembutan.     

"Ya ya ya, kamu boleh pulang. Hati-hati di jalan. Wanita hamil jangan terlalu capek. Kamu punya suami mantan dosen, dia bisa membantu kamu untuk perbaikan disana sini." Ucap Pak Sigit sambil tersenyum lebar.     

"Hamil?" Tiba-tiba Jelita jatuh pingsan dan Maura mendadak lututnya lemas dan tidak bisa berdiri, mendengar keterkejutan berikutnya kalau Calista hamil.     

"Hai kalian, teman kalian pingsan. Cepat dibantu!" Pak Sigit memanggil beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masih berada disana untuk menolong mengangkat mahasiswi seksi itu ke ruangan lain agar bisa dibangunkan.     

Darren yang melihat itu sama sekali tidak peduli. "Kalau begitu kami permisi dulu, terima kasih. Sampai jumpa." Darren membungkuk hormat kepada mantan dosen sekaligus orang yang sudah dianggap orangtua baginya karena kebijakan dan welas asihnya pada semua anak didiknya.     

Darren dan Calista berjalan beriringan didepan. Sementara Ivan masih disibukkan dengan perempuan tomboy yang masih penasaran dengan dirinya. "Eh, kamu olahraganya apa? Tinju? Muay Thai? Gulat? Fitness? Atau apa? tubuh kamu atletis sekali. Aku jadi ingin berguru." Didi terus mengekori Ivan yang sudah geram luar biasa. Baru kali ini dia direcokkin oleh perempuan yang cerewet, mau tahu, dan tidak mudah menyerah meski sudah dihindari berkali-kali.     

"Kamu mau tahu olahragaku?" Ivan membalikkan badannya sebelum mencapai motor besarnya yang diparkir di luar kampus.     

"Iya iya iya." Ucap perempuan tomboy itu sambil mengangguk cepat.     

"Balet." Ivan pun berjalan lebih cepat menyusul dua majikannya setelah mengucapkan satu kata pamungkas tersebut.     

"Cih! Cari mati dia! Belum tahu dia siapa Diana Shakila, anak tunggal dari keluarga besar Broto, dan pemegang sabuk hitam juara pertama se provinsi." Gumam Diana sambil mendengus kesal. Namun, sedetik kemudian bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Minimal pria itu sudah mau berbicara padanya.     

"HEI, NAMAMU SIAPA TADI?" Diana berteriak diantara hiruk pikuk mahasiswa yang lalu lalang disekitarnya. Sayangnya, suaranya tidak mendapatkan balasan dari orang yang diinginkan.     

"Aku bilang juga apa. Kamu tidak usah datang ke kampusku. Lihatkan akibatnya? Maura ternyata suka padamu dan mahasiswi tadi yang aku yakin masih semester tiga langsung pingsan mendengar aku hamil." Calista menggerutu sepanjang jalan kepada suaminya yang hanya diam mendengarkan sambil memeluk bahu sang istri.     

"Aku bosan didalam mobil terus." Jawab Darren dengan entengnya. Sambil kepalanya disandarkan diatas bahu kecil sang istri.     

"Hmm, kan aku sudah bilang kalau aku cuma sebentar." Calista tidak bisa melanjutkan marahnya karena Darren mulai merajuk dan berkata lembut.     

"Kapan lagi pertemuan kalian selanjutnya?" Darren bertanya.     

"Minggu depan. Banyak sekali yang harus direvisi jadi aku tidak yakin tiga hari selesai." Jawab Calista dengan lemas.     

"Kamu dengar kan tadi kalau aku adalah seorang mantan asisten dosen? Dengan aku yang menjadi dosen pembimbingmu, aku jamin skripsimu akan selesai kurang dari dua hari." Ujar Darren dengan bangganya.     

"Kamu yakin?" Calista seperti menemukan solusi jitu lebih cepat, bertanya dengan mata melebar.     

"Tentu saja, tapi itu tidak gratis." Seringai jahil mulai terbit di bibir Darren.     

Calista memicingkan matanya …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.