Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 275. Kembali Ke Kampus (3)



III 275. Kembali Ke Kampus (3)

0"Kamu dengar kan tadi kalau aku adalah seorang mantan asisten dosen? Dengan aku yang menjadi dosen pembimbingmu, aku jamin skripsimu akan selesai kurang dari dua hari." Ujar Darren dengan bangganya.     
0

"Kamu yakin?" Calista seperti menemukan solusi jitu lebih cepat, bertanya dengan mata melebar.     

"Tentu saja, tapi itu tidak gratis." Seringai jahil mulai terbit di bibir Darren.     

Calista memicingkan matanya.     

"Mau bayaran berapa? Aku hanya punya uang seratus ribu di dompet." Jawab Calista, pura-pura tidak tahu.     

"Tapi kamu punya uang sekitar tiga ratus juta di rekening, belum lagi kartu kredit yang aku kasih padamu itu unlimited berapapun kamu belanjakan tidak akan ditolak." Sahut pria bermata hijau. Dia tahu istrinya sengaja pura-pura tidak tahu, jadi dia pun akan berakting pura-pura tidak tahu.     

"Kamu ih, masih kurang uang juga? Ya sudah, kamu minta berapa? Nih aku kasih sekalian sama dompet-dompetnya." Calista mengeluarkan dompet kulit asli Jogja dari dalam tasnya dan diberikan langsung ke Darren yang disambut pria itu dengan tertawa terbahak-bahak.     

"Kok ketawa? Apa kurang?" Tanya Calista.     

"Aku mau bayaran bukan berupa uang." Darren mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri yang memundurkan tubuhnya ke belakang karena dorongan dari sang suami.     

"Kamu mau apa?" Tanya Calista sambil takut-takut.     

"Aku mau apa, kamu pastinya sudah tahu kan?" Darren langsung mengangkat tubuh sang istri dan mendudukannya diatas pangkuannya. Darren mulai menemukan posisi baru untuk mereka berdua yang akan membuat sama-sama menikmatinya.     

"Darren, kamu mau apa? Lepaskan aku!" Calista berkata sambil mengeratkan giginya. Ya Tuhan, supir ada didalam mobil dan mereka berdua melakukan hal yang seharusnya dilakukan didalam kamar tidur mereka.     

"Pak, berhenti di depan dan keluarlah sebentar." Ujar Darren.     

"Siap tuan!" Pak supir segera menghentikan mobilnya ke tepi jalan tepat didekat taman yang banyak mobil parkir di pinggir jalan. Pak supir itu pun segera keluar menyelamatkan dirinya dari suasana romantis yang akan terjadi beberapa saat lagi.     

"Kamu mau apa? Ini ditengah jalan, aku tidak mau nanti banyak orang yang melihat." Calista panik luar biasa karena jari Darren sudah merambah kancing kemejanya dan membuka bulatan yang terbuat dari bahan plastic warna bening itu satu persatu. Sehingga tampaklah bulatan gunung gembar menyembul dari balik bra putihnya.     

"Aku dengar di kampus itu ada perempuan paling cantik yang dianugerahi ratu kampus. Tapi sayangnya, ratu itu sedang cuti. Aku penasaran, siapakah dia?" Jawab Darren sambil tangannya sudah berhasil menerobos kebalik punggung perempuan hamil dan membuka kaitan bra dari belakang dengan sekali sentilan.     

"Aahhh, a-aku tidak tahu." Darren meremas lembut dua gunung kembar tersebut dan menghisapnya dari ujung genggaman tangannya.     

"Kamu yakin? Apa aku perlu mencari siapakah perempuan itu?" Tanya Darren lagi.     

"Untuk apa? Tidak ada rewardnya dan tidak ada bagusnya menjadi seorang ratu kampus juga." Jawab Calista dengan napas tersengal-sengal karena Darren semakin memperdalam hisapannya yang kini berpindah ke dada dan lehernya.     

"Ada ratu berarti ada raja juga. Siapa raja itu yang telah mendampingi istriku ini selama di kampus?" Darren semakin memperdalam ciumannya dengan mendekap erat tubuh sang istri dan mencium bibirnya dalam-dalam.     

"Ummphhhh …"     

"Aaahhhh …" Kini sepasang suami istri itu sedang memadu kasih dan bercinta di kursi belakang dengan Darren mendominasi permainan sementara Calista pasrah menerima apa yang dilakukan Darren padanya. Setelah setengah jam, dan setelah mereka berpakaian kembali, Darren memanggil supirnya untuk kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Calista tampak lelah dengan wajah dan rambut yang sedikit acak-acakan.     

-----     

"Sudah sampai …" Likha senang sekali bisa kembali ke Indonesia setelah bulan madu mereka selama dua minggu di Maldives. Perempuan berjilbab yang menyangka mereka akan sulit berkomunikasi disana, ternyata Lewis, suaminya, sangat mahir banyak bahasa termasuk bahasa Divehi. Bahasa Divehi atau Dhivehi Bas adalah anak cabang bahasa Indo-Arya paling selatan, dan dituturkan oleh sekitar 300 ribu jiwa di Maladewa, dan sekitar 5.000 jiwa di Pulau Minicoy, Lakadewa, India (Wikipedia).     

"Kamu senang?" Lewis menggiring dua koper besar menuju mobil jemputan mereka yang sudah menunggu di pintu keluar kedatangan.     

"Senang sekali, terima kasih liburannya. Aku tidak menyangka bisa melihat bumi Allah SWT lainnya yang sangat indah dan mempesona." Ujar Likha berbinar-binar.     

"Sekarang kita pulang ya sayang, kerumah baru." Jawab Lewis.     

"Rumah baru?" Likha sedikit kaget mendengarnya. Karena setahu dia apartemen Lewis pun masih bagus dan nyaman di tempati.     

"Ya, rumah baru. Apartemennya sudah aku jual. Aku punya rumah lain yang sengaja aku siapkan untuk ratu rumahku nantinya. Rumah itu sudah lama tidak ditempati tapi ada penjaga rumah dan para pelayan disana yang merapihkannya setiap hari." Ujar Lewis.     

Likha tersenyum senang dan tidak sabaran, dia ingin melihat seperti apa rumah yang akan mereka tempati ini. Lewis selalu penuh kejutan yang bisa membuat Likha tersanjung dan sangat dihargai sebagai seorang istri.     

Mobil mereka pun meluncur meninggalkan bandara dan menuju rumah mereka yang berada di tengah kota komplek perumahan mewah, yang merupakan satu komplek dengan perumahan Darren dan Calista.     

Lewis tidak henti-hentinya mengusap-usap punggung tangan sang istri dan Likha pun tersenyum melihatnya. Dua minggu yang mereka habiskan disana, benar-benar tidak dilewatkan oleh Lewis satu haripun untuk tidak menyemburkan benih ke rahim istri tercintanya. Lewis tidak berharap istrinya akan segera hamil, karena dia masih ingin menikmati pacaran bersama perempuan yang belum pernah dipacarinya sebelum menikah itu. Sebaliknya, Likha berharap untuk segera memiliki momongan agar tidak sepi di rumah.     

"Lewis, kita kerumah papi mami kapan?" Likha merapihkan sudut jilbabnya dan bertanya pada suami dengan warna rambut yang kembali hitam tersebut.     

"Mungkin besok. Hari ini kita istirahat dulu dirumah. kamu pasti lelah kan?" Tanya Lewis.     

"Lumayan." Likha tersenyum dengan menampakkan barisan gigi putihnya.     

"Baiklah, malam ini kita kembali ke rumah dan melakukan lagi apa yang setiap hari kita lakukan kemarin selama dua minggu berturut-turut." Lewis mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.     

"Kamu?" Likha mencubit pinggang Lewis dan suami tampannya itu pun berpura-pura mengaduh kesakitan dengan sangat.     

Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai kerumah baru mereka. Sepanjang jalan Likha tertidur pulas karena masih merasakan jet lag. Sementara Lewis menyempatkan diri membuka email pekerjaan di perusahaan yang didirikannya sendiri juga klab malam di Seminyak yang selalu ramai didatangi oleh turis local dan mancanegara.     

Mobil yang mereka tumpangi sampai didepan sebuah pagar tinggi menjulang dan pagar itu pun terbuka otomatis oleh sebuah remote yang digerakkan dari pos keamanan. Dua orang pelayan wanita menyambut sepasang suami istri yang baru pulang dari bulan madu tersebut di tangga depan rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.