Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 276. Menikah (+)



III 276. Menikah (+)

0Mobil yang mereka tumpangi sampai didepan sebuah pagar tinggi menjulang dan pagar itu pun terbuka otomatis oleh sebuah remote yang digerakkan dari pos keamanan. Dua orang pelayan wanita menyambut sepasang suami istri yang baru pulang dari bulan madu tersebut di tangga depan rumah. Lewis melihat istrinya masih tertidur pulas. Jadi pria itu memutuskan untuk membopongnya langsung ke kamar mereka.     
0

Pria yang rambutnya kini hitam pendek dengan potongan tegas itu, keluar dari mobil lebih dahulu dan menyuruh pelayannya membawa semua barang-barang ke kamar dan membuka pintu kamar utama. Lewis memutar tubuhnya menuju pintu penumpang dimana istrinya berada. Putri tidur masih pulas dengan wajah bersandar ke kursi. Dengan hati-hati Lewis mengangkat tubuh sang istri dan membopongnya menuju kamar mereka di lantai dua.     

Semua pelayan yang ada didalam rumah, menundukkan wajah mereka. Tidak ada yang berani menatap majikan mereka lama-lama karena menurut kepala pelayan mereka, Dewi, seorang wanita paruh baya yang diambil dari rumah maminya Lewis, dibalik wajah tampan tuan majikan mereka, tersimpan ketegasan yang tidak bisa di tolerir. Para pelayan bisa dipecat kapan saja jika bekerja tidak benar. Karena doktrin seperti itu, mereka yang tadinya kagum dengan ketampanan majikan mereka, memilih untuk tidak mencari gara-gara karena susahnya mencari pekerjaan jaman sekarang dengan gaji dan fasilitas lengkap meskipun hanya tamatan SMA.     

Salah seorang pelayan membuka pintu kamar utama majikan mereka dan Lewis pun masuk lalu merebahkan putri tidur yang masih pulas tak bergerak sama sekali. Pelayan tadi keluar kamar lalu menutup pintunya.     

"Kamu lelah sekali ya?" Lewis merapihkan jilbab sang istri yang sedikit acak-acakan lalu pria itu pun ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.     

Mendengar suara gemericik air, kedua mata Likha perlahan membuka dan samar-samar dia melihat cahaya dibalik jendela dan ternyata dia sudah berada diatas kasur empuk dengan sprei berwarna biru laut lembut.     

"Oh, aku ketiduran?" Likha duduk beberapa menit untuk mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya pulih. Lalu dia pun turun dari kasur dan berjalan menuju cermin di sebelah lemari untuk membuka jilbabnya.     

"Sudah bangun?" Lewis keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih setengah basah airnya menetes ke tubuhnya yang tidak ditutupi handuk. Hanya tubuh bagian bawahlah yang terbungkus handuk sampai lutut. Likha masih malu-malu dan memalingkan wajahnya ke arah lemari untuk mengambil baju sang suami.     

"Ini pakaian kamu. Aku juga mau mandi dulu." Likha meletakkan satu set pakaian suaminya diatas kasur lalu dia pun mengambil pakaianya sendiri.     

"Okay, terima kasih, sayang." Lewis memeluk tubuh istri yang masih malu-malu itu dari belakang dan meninggalkan kecupan di lehernya.     

"Ishh kamu …" Likha mengambil pakaiannya dan berlari masuk kedalam kamar mandi." Lewis terkekeh melihat istrinya yang berhasil melarikan diri.     

Setelah lima belas menit lebih, Likha keluar dari kamar mandi dengan rambut panjangnya yang masih basah tergerai dengan diusap-usap handuk dan perempuan itu memakai jubah mandinya.     

"Pakaian kamu tadi mana?" Lewis melihatnya sambil mengatupkan bibir penasaran.     

"Jatuh tidak sengaja tadi, jadi basah deh. Untung ada jubah mandi ini. Aku mau ambil pakaian yang lainnya. Kamu sendiri dari tadi belum pakai baju?" Lewis yang bertanya tapi dia sendiri belum mengenakan pakaian sama sekali.     

Pria itu pun berjalan menghampiri Likha dengan senyum memikatnya dan Likha pun mulai merasakan akan bahaya yang segera datang. Perempuan itu pun segera berbalik menuju kamar mandi namun sayang, tangan Lewis bergerak lebih cepat. Tubuh Likha dipepet ke lemari baju dengan cermin dibelakangnya setinggi tubuh.     

"Kamu mau apa? Kita sudah mandi." Jawab Likha takut-takut.     

"Masih nanya aku mau apa? Mandi ya tinggal mandi lagi. Gampang kan?" Lewis menaikkan satu alisnya dan itu membuat jantung Likha semakin bertambah dagdigdug jadinya.     

Tali jubah Likha dipegang Lewis namun Likha menahannya dan menggelengkan kepalanya. Lewis tersenyum jahil dan tali itu pun berhasil terlepas dari ikatannya. Kini tampaklah tubuh polos sang istri masih dalam keadaan setengah basah dan harum wangi sabun mandi masih tercium jelas. Likha memejamkan mata dan menggigit bibirnya.     

"Buka matamu sayang dan jangan pernah menggigit bibir manismu ini lagi." Lewis berbisik di telinga sang istri dan perlahan Likha membuka matanya mengikuti perintah sang suami. Lewis mengambil kedua tangan sang istri dan mengarahkannya ke lipatan handuk yang ada didepan perutnya. Lewis ingin Likha membuka handuknya. Dengan sekali hentakan, handuk Lewis pun terjatuh ke lantai. Jantung Likha berdetak semakin kencang. Kini jubah Likha yang masih menempel pun dilepaskan dari tubuhnya. Kini merea sudah tampil polos berdua dalam keadaan berdiri.     

Likha menelan saliva susah payah. Tangan Lewis menggenggam satu tangan Likha dan mengarahkannnya untuk memegang kejantanannya.     

"Pegang sayang, aku ingin merasakan tanganmu meremasnya." Ujar Lewis. Baru tahap ini napas Likha sudah tersengal-sengal. Kedua sikut Lewis menempel di dinding mengurung kepala sang istri dengan wajahnya menempal di dahi Likha. Perlahan Likha mendekati tangannya dan memegang kejantanan sang suami.     

"Euggggg …" Lewis mulai mengerang pelan ketika tangan Likha sudah berada disana dan meremas perlahan. Awalnya Likha merasa geli namun dia ingat kembali kalau pria ini adalah suaminya. Mereka sudah halal dan sah secara agama maupun hukum. Dan, mereka bebas mengekspresikan rasa cinta mereka dengan cara yang benar dan mereka sukai.     

Semakin lama Likha meremas dengan penuh intensitas dan kelembutan dan lebih lama.     

"Euggggghh …" Lewis mengerang merasakan kenikmatan dan Likha pun semakin terpacu untuk melakukan lebih, mendengar erangan penuh nafsu sang suami, Likha bertekad untuk bersikap lebih agresif. Tangan kirinya dia gunakan untuk mengusap dada bidang sang suami sementara tangan kanan Likha bermain di bawah sana. Kedua tangan Lewis pun mulaia aktif bermain.     

Tengkuk Likha di pegangnya dan pria itu pun memberikan ciuman penuh hasrat dan dalam. Sepasang pengantin baru itu bercinta dengan posisi berdiri membelakangi cermin. Melihat cermin di belakangnya, Lewis punya ide jahil. Tubuh Likha dibaliknya dan renggangkan sedikit dari cermin. Sehingga perempuan itu bisa melihat tubuhnya dan tubuh sang suami yang polos tanpa sehelai benangpun sedang berdiri saling menempel. Likha terkejut dan spontan menutup matanya malu.     

"Buka matamu sayang. Kita baru saja mulai, kita nikmati percintaan kita sebaik mungkin." Lewis berbisik di telinga sang istri. Sungguh Lewis sangat memuji dan memuja tubuh Likha yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun, tapi bukan karena tubuhnya yang membuat dia mencintainya. Tapi karena sifatnya yang berbeda dari kebanyakan perempuan yang pernah ditemuinya. Punya prinsip, tegas, tidak terkena pergaulan bebas, dan sayang keluarga.     

Likha membuka matanya, dia melihat tangan diri Lewis sedang meremas gunung kembar miliknya, sementara tangan kanannya menyusup kedalam kemaluannya yang sudah mulai basah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.