Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 268. Pindah Kerja ke Afrika



III 268. Pindah Kerja ke Afrika

"Dari rumah langsung kesini. Kalau kamu sibuk, lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku membawa laptop kesini jadi aku bisa numpang kerja juga. Biar aku ada temannya, hehe …" Jawab Calista sambil mengambil tas laptop dan mengeluarkan isinya.     

"Aku ada rapat dua jam lagi. Aku tidak mau meninggalkanmu seorang diri lagi. Nanti kamu didalam ruangan ini JANGAN KEMANA-MANA." Ujar Darren menekankan dua kalimat terakhir dengan mengeratkan giginya. "Aku akan suruh Ivan berjaga di depan pintu luar ini baik-baik." Ujarnya lagi.     

"Iya-iya, aku tidak akan kemana-mana lagi." Sahut Calista sambil membuka laptop dan menekan tombol power di pojok kiri atas. Darren mengacak-acak kepala istrinya yang dibalas dengan raungan Calista karena rambut terkepangnya jadi berantakan.     

"Kamu mau makan apa?"     

"Aku baru sarapan dua jam yang lalu." jawab Calista sambil membaca email yang ada di kotak masuknya satu persatu.     

"Darren, aku kembali ke kampus ya? Aku tinggal menyelesaikan skripsiku saja. Dua minggu lagi pendaftaran semester baru akan ditutup. Daripada aku dirumah tidak melakukan apa-apa, lebih baik aku menuntaskan skripsiku." Calista melihat email masuk dari sekretariat kampus yang menyatakan pembukaan semester baru.     

Darren yang sedang mengetik email pun, menghentikan sejenak jari jemarinya yang bergerak lincah di atas keyboard. Sebenarnya betul juga yang dikatakan Calista. Tapi, Darren tahu betul rasanya menyusun skripsi. Membutuhkan konsentrasi lebih dan berjuang mencari data kemana-mana. Tapi itu dulu jaman sebelum internet booming, sekarang semua bisa dicari didalam rumah. Namun, kondisi Calista yang berbadan dua membuat Darren berpikir ulang. Bagaimana kalau nanti istinya kelelahan, pasti berpengaruh ke kehamilannya.     

Calista tahu apa yang sedang dipikirkan suaminya sehingga tidak menjawab pertanyaannya langsung. Perempuan hamil itu pun menghampiri sang suami dan memeluknya dari belakang lehernya.     

"Kamu tenang saja, aku tidak akan merasa sangat kelelahan. Jaman sekarang semua serba dipermudah dengan internet. Aku bisa mencari sumber data dari rumah saja. Setidaknya aku punya sesuatu yang bisa dikerjakan dirumah dan bermanfaat, daripada tidur-tiduran saja." Jawab Calista.     

Mendapatkan gelayutan manja dari sang istri yang tubuhnya menempel padanya, membuat Darren sedikit luluh juga. "Apa kamu bisa menjamin kalau kamu tidak akan kelelahan dan tidak akan mempengaruhi anak kita?" Darren menarik tangan Calista yang melingkar di lehernya dan mendudukannya diatas pangkuannya.     

"Lelah mungkin tapi aku bisa beistirahat kan? Aku janji aku tahu batasanku dan tidak akan memforsirnya. Mungkin seminggu sekali aku harus ke kampus untuk bertemu dosen pembimbing tapi Ivan akan menemaniku jadi kamu tidak perlu khawatir." Jawab Calista sambil mengadu hidungnya dengan hidung mancung milik suami bermata hijau.     

"Kenapa aku jadi merasa cemburu dengan Ivan?" Darren mengerucutkan bibirnya.     

"Hahaha, masa aku harus merepotkan seorang presdir perusahaan ternama dengan ribuan karyawan, hanya untuk mengantarkan istrinya bolak balik ke kampus?" Jawab Calista lagi.     

"Seminggu sekali kan? Aku bisa mengaturnya untukmu." Sahut Darren.     

"Tapi, waktunya tidak pasti kapan selesainya." Jawab Calista lagi.     

"Sayang, aku tahu seperti apa rasanya menyusun skripsi itu. Aku sudah dua kali merasakann itu, skripsi dan tesis. Kamu sudah lupa ya kalau suamimu ini memiliki gelar Magister Managemen dan Magister Sains?" Jawab Darren dengan angkuhnya.     

"Cih! Mulai lagi penyakit sombongnya. Iya iya aku tahu, tapi istrinya malah sarjana pendidikan pun belum tamat. Huh!" Jawab Calista cemberut.     

"Aku tidak peduli. Karena gelar pendidikan istriku tidak penting buatku, yang penting adalah hatinya dan cintanya untuk keluarga." Jawab Darren sambil menunjuk dada Calista. Perempuan yang mengenakan gaun sepanjang lutut tanpa lengan warna hijau, dibalut bolero warna kuning cerah membuat penampilannya selalu segar. Rambut panjangnya yang hitam tergerai indah, setelah kepangannya dia lepaskan, sampai ke pinggang. Siapapun pria pasti langsung jatuh cinta padanya.     

"Tetap saja aku yang merasa tidak pantas bersanding denganmu, seorang presdir perusahaan besar dengan dua gelar sekaligus." Jawab Calista lembut.     

"Ya sudah terserah kamu saja, aku tidak pernah memaksamu harus menjadi ini dan itu. Yang penting kamu bahagia menjalaninya dan ingat, jaga kesehatan!" Ucap Darren lagi.     

"Asikk, terima kasih sayang. Mmmuahhh …" Calista memberikan hadiah dengan menyematkan ciuman tipis ke bibir sang suami. Namun, bukan Darren namanya kalau tidak meminta lebih. Pria bermata hijau itu pun memegang tengkuk sang istri dan memperdalam ciuman mereka membuat perempuan hamil kewalahan.     

"Ummpphh, sudah. Kamu ini tidak bisa diberi sedikit, pasti minta lebih." Jawab Calista sambil mengelap bibirnya.     

"Siapa suruh memancing naluri kelelakianku?" Jawab Darren sambil membuka kancing bolero sang istri dan menyesap masuk menghisap dadanya yang terbuka."     

"Ishhh Darren, eughhhh, kamu membuat tanda lagi." Calista berusaha melepaskan diri namun sang suami semakin berharap lebih. "Duh gawat ini kalau tidak buru-buru pergi." Pikir Calista.     

"Aku harus kembali ke laptopku. Lepaskan!" Darren malah membuat jejak kedua di dada sebelah kanan perempuan hamil. Lelaki itu tidak melepaskan namun malah mengeratkan pelukan.     

"Ya ampun, sudah. Ahhhh, sakit Darren. Lepaskan aku!" Ujar Calista menahan teriakan di tenggorokannya dan memukul-mukul dada lelaki yang hampir menguliti dirinya hidup-hidup dengan hisapan kuatnya.     

"Tuan, rapatnya … oh maaf maaf. BRAKKK!" Andrew yang tiba-tiba masuk ingin memberitahukan rapat akan segera dimulai, melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihat. Bosnya yang killer sedang menyusu pada istrinya. Ups! Andrew pun buru-buru setengah berlari menuju ke toilet untuk membasuh wajahnya untuk menyegarkan pikirannya yang tidak-tidak.     

"Darren, lihat akibat perbuatanmu. Aku malu. Isshhh, pelan-pelan …" Calista meremas rambut sang suami yang masih belum melepaskan hisapannya di kuncup buah dadanya.     

"Aku tidak peduli." Darren melanjutkan ke dada Calista sebelahnya dan meremas dada yang telah selesai disesapnya.     

"Ya Tuhan, hentikan!" Calista memukul punggung sang suami agak keras sehingga mengakibatkan Darren kaget dan melepaskan keasyikannya.     

Calista segera turun dari pangkuan sang suami dan merapihkan pakaiannya yang berantakan karena ulah mesum suaminya.     

"Sudah kamu rapat sana, aku mau membalas email dari kampus. Kamu benar-benar keterlalua, tahu tidak?" Sorot mata tajam dan bibir yang mengerucut milik sang istri membuat Darren terkekeh melihatnya, bukannya takut.     

"Baiklah, kamu jangan kemana-mana. Tunggu aku disini. Nanti kita makan siang bersama. Okay?" Ujar Darren, sambil menenteng laptop dan ponselnya dan berjalan keluar menuju ruangan meeting.     

"Kenapa kata 'makan' akhir-akhir ini membuatku gemetaran apalagi kalau dia yang mengucapkan?" Gumam Calista sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Kamu tunggu disini jangan kemana-mana. Bahkan kalau kamu ingin ke toilet, kamu harus tahan sampai aku datang!" Perintah Darren pada Ivan yang berdiri di luar ruangannya.     

"Siap tuan." Jawab sang mantan debt collector tersebut.     

Darren pun bergegas menuju ruang meeting sendirian yang ternyata sudah ditunggu oleh semua peserta dan Andrew yang tampak ketakutan karena kesalahannya beberapa menit yang lalu.     

"Andrew, kamu tertarik untuk pindah kerja ke cabang kita di Afrika?" Ujar Darren dengan lugas hingga terdengar ke semua peserta rapat. Andrew melongo hampir menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.