Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 254. Segudang Masalah



III 254. Segudang Masalah

0Biasanya dia yang impulsif dan galak, perintahnya tak terbantahkan. Tapi kini, bagaikan harimau ompong, Dave diam tak berkutik dibalik raganya yang kekar dan atletis.     
0

"Maafkan aku ..."     

"Maaf kenapa?" Perempuan hamil masih tetap konsisten dengan marahnya.     

"Maafkan aku ... yang tidak langsung mengusirnya. Dia itu Gladys, perempuan dari masa laluku. Aku tidak pernah berhubungan lagi dengan dia sejak lama. Bahkan aku baru bertemu tadi itu ..."     

"Dan, karena lama kalian tidak bertemu lalu kalian saling menumpahkan hasrat dengan bercinta didalam kantor?" Dian membalikkan tubuhnya dan menatap tajam mata sang suami.     

"Itu tidak seperti yang kamu lihat. Aku sudah menolaknya tapi dia ..."     

"Dia apa? Kamu lelaki kalah kuat sama dia? Atau, kamu memang sengaja lemah dihadapan dia? Cih, aku malas membahasnya lagi. Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu. Kamu harus mencuci bersih semuanya sebelum menyentuh aku dan anak kita." Dian keluar kamar meninggalkan Dave yang menghela napas kasar. Dia tidak bisa marah lagi kepada istrinya, kalau tidak mau kejadian sebelumnya terulang lagi.     

"Aaaarrgggggghhh!" Dave berteriak kesal dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan menggosok badannya dibawah kucuran air shower agar wangi parfum Gladys benar-benar hilang dari tubuhnya.     

Perempuan hamil itu menuju meja makan dan duduk disana dengan memasang tampang sinis dan kesal. Feni yang melihatnya langsung menghampiri nyonya majikannya itu,     

"Nyonya, ingin makan sesuatu?" Feni mendekati majikannya dengan takut-takut.     

"Aku ingin minuman yang segar-segar. Apa ada?" Tanya Dian.     

"Aku buatkan teh lemon ya nyonya." Jawab Feni dengan senang hati mendapatkan respon dari majikannya.     

"Boleh, jangan pakai lama ya." Ujarnya.     

"Siap. Ditunggu ya nyonya." Feni segera berlari menuju dapur untuk membuat teh lemon racikannya sendiri.     

-----     

"Hai, sudah siap?" Dengan kacamata hitam dan setelan jas santai warna navy, membuat penampilan Jack yang menunggu di luar pintu mobilnya dengan bersandar, membuat semua orang baik petugas medis maupun pasien dan pengunjung, melihat Jack dengan wajah berbinar-binar.     

Mereka tidak menyangka, dokter galak mereka setelah putus dengan pacarnya yang sesama dokter, malah mendapatkan pengganti seratus kali lipat lebih baik daripada pacar terdahulunya, Bara. Sedangkan Bara kini lebih terang-terangan mengeksploitasi hubungan mereka dengan Wina yang dimata para rekan sejawat terlalu dibuat-buat dan Bara justru terkesan tertekan tidak gembira.     

"Sudah. Kita mau kemana?" Penampilan Carol yang baru pulang dari bertugas, dengan celana panjang jeans dan kaos lengan pendek sedikit longgar, tidak bisa menyembunyikan ukuran besar bra yang dipakainya. Jack tersenyum tipis membayangkan pikiran mesumnya.     

"Kamu kenapa jadi senyum-senyum sendiri begitu?" Tanya Carol curiga.     

"Oya, tadi kamu tanya mau kemana? Kita akan pergi ke rumah orangtuaku." Jawab Jack sambil memasang sabuk pengamannya sebelum menghidupkan mesin.     

"Apa? Aku belum berani bertemu orangtuamu. Hubungan kita tidak sejauh itu." Jawab Carol merengutkan bibir.     

"Hehe, kamu tenang saja." Mobil itu pun melaju membelah kota metropolitan dengan segudang permasalahan yang dimiliki masing-masing warganya.     

Mobil yang dikemudikan Jack akhirnya sampai juga didepan pagar menjulang tinggi khas negara Eropa. Tampak wajah Carol takjub dan bibirnya menganga lebar.     

"Tutup mulutmu atau kamu akan terlihat seperti tidak pernah melihat rumah besar." Jawab Jack sambil terkekeh geli.     

"Ini rumahmu?" Carol bertanya penasaran.     

"Lebih tepatnya lagi rumah orangtuaku." Jawab Jack.     

"Untuk apa kamu membawaku kesini?" Carol bertanya lagi karena pertanyaan sebelumnya tidak mendapatkan jawaban.     

"Aku ingin minta tolong kamu untuk mendeteksi penyakit yang bersarang ditubuh mamiku. Hasil lab semuanya bagus tapi beliau selalu merasa gelisah dan tidak nyenyak tidur dan tidak mau makan selama berbulan-bulan." Jawab Jack resah.     

"Berbulan-bulan? Kamu sudah coba bawa ke psikiater? Penyakit bukan hanya dari fisik saja, tapi bisa juga dari batin." Jawab Carol.     

"Ayo, kita keluar dulu dan biar kamu bisa lihat sendiri." Ujar Jack.     

Carol pun mengikuti langkah Jack memasuki rumah mewah dengan langit-langit tinggi dan warna gold mendominasi.     

"Dimana mami?" Seorang pelayan wanita muda menyambut tuan muda mereka dengan sikap sopan dan hormat.     

"Nyonya ada di taman, tuan." Jawab pelayan tersebut.     

"Kita langsung ke taman." Jack meminta Carol untuk tetap berada di belakangnya.     

"Mami?" Jack menghampiri wanita yang usianya sekitar lima puluh tahun itu dengan rambut yang sudah memutih dibeberapa helainya. Namun paras cantiknya saat masih muda masih jelas terlihat.     

"Mami kenalkan, ini dokter Carol." Jack meminta Carol untuk lebih mendekat dan Carol pun berjalan mendekat tanpa sungkan.     

"Selamat pagi, nyonya. Nama saya Carol." Carol mendekat dan setengah berjongkok menatap lebih dekat mami dari pria yang pernah menolongnya.     

"Carol? Nama yang cantik. Secantik wajahnya." Mami Jack itu mengusap pipi Carol dengan penuh keibuan.     

"Jadi, kapan kalian akan menikah?" Carol dan Jack tersentak kaget mendapatkan pertanyaan tidak terduga.     

"Maaf nyonya, saya ..."     

"Kami akan menikah bulan depan." Jawab Jack menyela kalimat yang belum selesai diucapkan Carol. Dokter itu meringis tidak suka dengan pernyataan sepihak tanpa seijinnya itu.     

"Ah benarkah? Mami gembira sekali mendengarnya. Sebentar, mami akan beritahukan kabar gembira ini pada papimu." Leona, mami dari Jack itu pun segera masuk kedalam rumah dan mengambil ponselnya. Tampak binar-binar bahagia terpancar jelas di wajahnya. Carol menarik tangan Jack untuk menjauh sejenak.     

"Apa-apaan ini? Kamu menjebakku?" Carol berkata setengah teriak dengan nada tertahan di tenggorokannya.     

"Tidak, aku tidak menjebakmu. Aku hanya minta tolong sekali ini saja, buat mamiku bahagia di sisa umurnya." Jawab Jack dengan wajah sendu berpaling kembali melihat maminya yang tampak sangat gembira bertelpon ria.     

"Apa maksudmu?" Carol sungguh tidak mengerti dengan kalimat ambigu yang diucapkan Jack.     

"Menurut dokter, usia mami tidak akan lama lagi. Penyakit yang bersarang ditubuhnya semakin lemah karena mami kurang makan kurang istirahat. Aku harus menemukan cara untuk membuatnya selalu bahagia." Jawab Jack sambil sesekali melambaikan tangannya ke arah mami yang jauh disana sedang menelpon suaminya.     

"Maksudmu, mamimu menginginkan anak satu-satunya yang playboy ini untuk segera menikah agar beliau mau makan kembali?" Carol memperkirakan maksud dari Jack dengan mengatakan semua sepotong-sepotong.     

"Terima kasih aku dikatakan playboy." Jack menyeringai sinis.     

"Kalian kemarilah! Kita sarapan sama-sama. Mami sudah lapar berat." Leona, tampak lebih ceria dari saat Carol baru datang. Carol dan Jack saling bertukar pandang dengan perasaan tidak bisa dilukiskan dengan apapun.     

"Ini adalah sayur kesukaan Jack. Bayam jagung. Dan, ini adalah ikan kesukaannya, gurame bakar. Kalian harus makan banyak biar kuat dan sehat terus sampai acara pernikahan kalian nanti." Ucap Leona penuh suka cita. Tapi tidak dengan dokter muda itu yang tampak masygul mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.