Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 259. Meminta Cuti



III 259. Meminta Cuti

0"Baik nyonya. Mohon maaf nyonya, ada yang ingin saya katakan kalau nyonya berkenan mendengarkan." Hera yang merupakan kepala pelayan dirumah ini, usianya masih diatas mamahnya dengan penampilan yang sangat keibuan.     
0

"Apa itu bu?" Tanya Calista penasaran.     

"Hmm, begini, saya ingin meminta cuti untuk kembali ke kampung halaman saya bersama Wandi sekitar 1-2 bulan. Ada urusan yang harus saya lakukan disana, nyonya." Hera menunjukkan dengan jelas betapa status diantara mereka sangatlah berbeda, majikan dan anak buah. Meskipun anak buahnya seumuran dengan mamahnya.     

"Cuti? Apa ada keperluan mendesak disana hingga selama itu?" Tanya Calista. Satu atau dua minggu mungkin masih bisa. Tapi kalau sampai dua bulan? Calista memang terbiasa tanpa dibantu siapapun. Dulu saat masih hidup sendiri, Calista pernah menderita penyakit tipus tapi tidak dirawat karena tidak adanya biaya. Sehingga Calista harus merasakan derita penyakitnya dirumah dengan pengobatan seadanya. Tapi kini Calista sedang berbadan dua dan banyak musuh yang mengincarnya. Semoga saja sepeninggal bu Hera, keadaan baik-baik saja dan lebih kondusif.     

"Hanya urusan keluarga saya, nyonya. Tapi saya harus datang untuk menyelesaikannya. Semoga nyonya memberi saya ijin. Kalau nyonya sudah menyetujui, maka tuan pasti tidak keberatan." Hera tahu kalau semua aturan dirumah ini adalah tergantung ibu hamil. Darren, majikan mereka terserah sang istri bagaimana baiknya.     

"Kalau memang benar-benar terpaksa, ya sudah silahkan diurus dulu bu. Semoga lekas kelar urusannya jadi bisa segera kembali kerumah ini." Jawab Calista sambil tersenyum.     

"Terima kasih nyonya. Saya akan mulai cuti dua hari lagi. Jadi, saya masih ada waktu untuk melayani nyonya sampai dua hari kedepan." Ujar Hera.     

"Oh, baiklah." Dengan senyum dipaksakan, Calista tersenyum tipis. Setelah puas menikmati hembusan angin sore, Calista kembali masuk kedalam kamar untuk menikmati berendam air hangat. Baginya, relaksasi paling menyenangkan adalah berendam. Keluarga ini punya banyak aromatherapy import dengan berbagai jenis wewangian mewah yang membuat si penikmatnya begitu menikmati sensasi berendam lama-lama.     

Setelah kurang dari setengah jam berendam, Calista memakai kembali kaos oblong dan rok pendek selutut. Penampilannya selalu terlihat segar dan enerjik, menularkan aura semangat dan positif ke semua penghuni rumah dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dengan rambut yang masih basah di gerai dan bedak juga lipstick tipis-tipis membuatnya siap menyambut sang suami pulang dari kantor dengan wajah berseri-seri.     

Calista memutuskan untuk berjalan-jalan sekitar taman dan jalanan setapak sepanjang pekarangan belakang rumahnya. Waktu hampir gelap dengan lampu-lampu taman sudah mulai dinyalakan, Calista mendengar suara bisik-bisik dari halaman belakang yang sepi yang baru kali ini dia memiliki kesempatan untuk melewatinya.     

"Kamu tenang saja, semua sudah sesuai rencana. Aku sudah mendapatkan ijin dua bulan untuk keluar dari rumah ini. Nanti kita bisa menyusun rencana lebih baik lagi setelah aku sampai dirumah." Calista hapal betul kalau itu suara Hera. Tapi tidak tahu dia bicara dengan siapa di telpon. Calista segera meninggalkan tempat itu perlahan-lahan dan kembali ke jalan setapak seolah-olah baru datang kesana.     

"Loh bu Hera ada disini?" Hera kaget mendapati majikannya sedang berjalan-jalan ke halaman belakang.     

"I-iya nyonya, nyonya ada perlu apa kemari?" Semoga saja dia tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan, pikir perempuan paruh baya tersebut.     

"Aku belum pernah kesana. Lucu ya setelah berbulan-bulan, aku belum menjelajahi semua tempat di rumah ini." Sahut Calista dengan santainya.     

"Oh, disana tidak apa-apa nyonya. Hanya kebun yang berisi pohon buah-buahan yang tinggi dan lebat. Selebihnya tidak ada lagi." jawab Hera dengan sikap tenang yang sangat professional.     

"Sayang sekali kalau begitu. Aku mau melihat. Bu Hera mau ikut? Aku mungkin bisa menemukan ide agar halaman belakang menjadi lebih berguna." Calista tersenyum sambil mengedipkan matanya, melewati Hera yang tidak mengerti apa maksud dari majikannya ini.     

Mau tidak mau, Hera pun mengikuti Calista dibelakangnya. Calista takjub melihat halaman belakang yang mungkin luasnya sekitar lima ratus meter persegi itu hanya diisi dengan pohon mangga, pisang, dan jambu. Selebihnya terisi kursi panjang dan meja untuk berteduh. Calista baru sadar kalau dirumah ini tidak ada kolam renang. Biasanya dirumah-rumah orang kaya pasti ada kolam renang, tapi tidak dengan rumah ini. Perempuan hamil itu ingin mengkonfirmasi kepada suaminya nanti saat dia sudah pulang, kenapa tidak ada kolam renang.     

"Bu, menurut ibu, disini bagusnya direnovasi jadi apa ya? Kalau hanya pohon buah malah terkesan angker dan tidak terawat." Pertanyaan Calista membuat Hera mengernyitkan alisnya. Dia sudah bekerja dikeluarga Anderson dan belum pernah ada yang berani mengubah susunan rumah sebelumnya.     

"Mungkin nyonya harus membicarakan sebelumnya dengan tuan sebelum merenovasi. Karena rumah ini dibangun sebelum tuan Darren dilahirkan dan belum pernah ada yang mengubahnya." Jawab Hera dengan hati-hati.     

"Iya, rencananya aku akan bilang setelah dia pulang kerja. Aku hanya meminta saran bu Hera saja bagusnya dibuat apa. Kalaupun tidak diijinkan ya tidak apa-apa." Jawab Calista dengan tersenyum. Entah kenapa Hera merasa sudah dua kali ini nyonya majikannya tersenyum aneh seperti mengetahui sesuatu tapi dipendamnya.     

Calista mengambil ponselnya dan membuat video suasana halaman di belakang. keseluruhannya di rekam tanpa kecuali bahkan perempuan hamil itu sambil berjalan membuat video dengan memutar tubuhnya. Hera memperhatikan majikannya dari pinggir, tempat dia berdiri semula dan belum beranjak lagi. Setelah puas mengambil video dan foto, Calista pun berjalan menyusuri halaman belakang dengan duduk di kursi yang ada disana.     

"Halaman ini menghadap barat jadi sinar matahari akan terasa teriknya kalau sore hari. Bagus buat kolam renang jadi kalau berenang pagi-pagi sampai siang tidak akan kepanasan." Gumam Calista. Hera diam tidak merespon apa-apa. Sejujurnya, Calista penasaran siapa yang ditelpon bu Hera barusan. Kenapa dia malah justru bebas saat cuti kelak? Kalau tidak ada yang mencurigakan, harusnya dia tidak perlu ke halaman untuk menerima telpon.     

"Baiklah, sudah cukup home touringnya. Hehe. Aku akan masuk kedalam menunggu Darren pulang." Calista segera berbalik melewati jalan setapak kembali ke halaman depan. Meninggalkan Hera dibelakang yang masih termenung memikirkan sebenarnya apa maunya nyonya majikan ini? Tingkahnya dan senyumnya sangat mencurigakan.     

Calista kembali ke dalam kamarnya sambil membuka laptop dan berselancar ke dunia maya. Ada yang harus diselidikinya karena mengganggu pikirannya. Calista mulai membuka situs nomer satu di dunia dan mengetik kalimat di kolom pencarian. "Asal usul sejarah rumah di komplek *** dengan nomer ***     

Tidak berapa lama, muncullah beberapa berita yang mencengangkan. Rumah ini dulunya adalah salah satu markas Belanda yang kemudian dimiliki oleh satu keluarga ningrat. Namun, rumah ini dijual pada tahun 1800 dan mengalami beberapa renovasi sampai saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.