Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 261. Bisa Membela Diri



III 261. Bisa Membela Diri

"Sudah makan malam?" Jack mengangkat satu plastik berisi dua dus makanan bento ala Jepang yang dibelinya dijalan sebelum sampai rumah sakit.     

"Kebetulan belum." Jawab Carol sambil meringis. Dokter muda itu memiringkan lehernya ke kanan dan ke kiri sekedar untuk membuat lehernya sedikit nyaman. Jack tersenyum melihatnya. Dia memang perempuan pekerja keras yang punya prinsip, dan selalu ngangenin.     

"Ayo kita makan disana." Jack menunjuk kursi panjang di luar ruang tunggu agar mereka bisa menikmati makan malam dengan nyaman. Carol pun mengangguk setuju.     

Beberapa perawat dan dokter yang melihat kedekatan dokter mereka dengan pria yang sering mereka lihat, tampak iri dan mencuri-curi lihat. Mereka berdua tampak sangat serasi dan saling melengkap sifat satu sama lain. Beda waktu Carol berpacaran dengan dokter Bara yang pria tampak sangat arogan dan tidak peduli serta meremehkan dokter perempuan tersebut. Tidak pernah ada senyuman yang ada diantara mereka. Hanya iya, menunduk, memerintah, dan pergi.     

"Kamu tidak perlu setiap hari datang ke rumah sakit. Kamu pasti punya banyak pekerjaan." Ujar Carol sambil menyuap nasi dan nugget krispi dengan sumpit.     

"Pekerjaanku sangat flexible. Kamu mau datang sesekali? Malam ini ikutlah denganku setelah pulang kerja." Jack berkata.     

"Aku tidak pernah pergi ke tempat seperti itu. Aku tidak tahan dengan music memekakkan telinga, suara bising, bau alcohol, dan sebagainya." Jawab Carol jujur. Beberapa temannya ada yang selalu pergi ke diskotek setiap akhir pekan sekedar untuk melepaskan stress karena beban pekerjaan. Dan, mereka juga mengajak Carol tapi dokter cantik itu tidak pernah mau untuk diajak ketempat seperti itu. Baginya, rumah adalah tempat terbaik untuk melepaskan lelah. Di dalam rumah dia bisa tidur, makan, dan menonton drama korea kesukaanya.     

"Hahaha ..." Jack tertawa mendengar kepolosan ucapan seorang dokter yang usianya pasti sudah diatas 25 tahun itu.     

"Kamu mengejekku?" Carol memicingkan matanya.     

"Tidak tidak. Dengar, sesekali melepaskan stress didalam kelab itu wajar. Tidak semua orang seperti kamu yang senang berada dirumah seharian. Kadang mereka butuh bersosialisasi dan melepaskan stress dengan berjoget-joget atau sekedar minum segelas wine. Tapi yang pasti, aku tidak menyediakan perempuan panggilan disana." Ucap Jack panjang lebar.     

"Oh begitu. Jadi maksudmu … kamu ingin mengajakku kesana? Ke tempat kerjamu?" Tanya Carol lagi.     

"Ya, kita harus tahu pekerjaan kita masing-masing bukan? Biar tidak ada yang perlu disembunyikan."     

"Kenapa harus tahu? Memangnya kita ada hubungan apa?" Carol menundukkan wajahnya malu. Pria flamboyant itu gemas sekali dengan sikap malu-malu dokter galak ini. Andaikan tidak di tempat umum, pasti dia sudah menerkam perempuan ini.     

"Wah, ada yang lagi kasmaran, sampai bawa pacar ke rumah sakit." Wina, yang tiba-tiba datang, berdiri menghampiri Jack dan Carol yang sedang menikmati makan malam, bersama Bara disebelahnya. Pria berkacamata itu tampak menyeringai sinis dan mengejek dua orang yang sedang duduk.     

Namun Carol tidak mengacuhkan dan masih tetap berbicara dengan Jack. Mendapati dirinya terabaikan, Wina segera menghampiri Carol dan membuang makanan yang sedang berada di pangkuannya.     

"Dasar perempuan kampungan dan miskin, berani sekali mengabaikanku!"     

"PLAK!!!"     

"Awww …" Wina memegang pipi kirinya yang baru saja menerima tamparan keras dari Carol.     

"Dasar tidak tahu sopan santun, orang lagi makan malah dibuang! Kalian lihat sendiri kan siapa yang duluan kurang ajar?" Carol bertanya kepada orang-orang yang menyaksikan dua perempuan saling bersitegang.     

"Brengsek! Berani-beraninya kamu menamparku!" Wina melangkah maju ingin membalas tamparan yang diberikan Carol namun kaki Carol bergerak lebih cepat lagi. Dokter galak itu memegang tangan Wina dan memelintirnya ke belakang lalu mendorong dengan keras ke arah Bara hingga sepasang pria sampah dan perempuan gatal itu pun jatuh ke belakang hingga menabrak tempat sampah dibelakang mereka.     

Jack terperangah dengan mata melotot dan mulut menganga. Dia tidak menyangka perempuan galak itu bisa membela diri juga.     

"Kamu hebat sekali sayang." Tanpa sadar Jack memanggil Carol dengan sebutan sayang dan kata itu terdengar oleh perempuan yang masih berdiri menantang sepasang pezina didepannya.     

"Kamu bilang apa?" Dengan mata berapi-api perempuan dengan rambut hitam panjang itu menatap Jack.     

"Huh, sayang. Kamu adalah calon istriku, dan aku adalah calon suamimu. Jadi sudah sewajarnya aku bilang sayang." Jawab Jack tanpa malu-malu lagi.     

"Maaf perhatiannya untuk semua yang hadir disini …" Sontak semua orang yang masih terkaget dengan kejadian jatuhnya dua orang tadi pun kini perhatiannya teralihkan lagi dengan suara berat dan lantang milik Jack.     

"Seperti yang kalian lihat, dokter Carol telah dikhianati oleh pacarnya yang berselingkuh dengan perempuan lain yang ada didepan kalian. Dokter yang cantik dan baik hati ini, sekarang sudah memiliki calon suami yaitu saya sendiri dan kami akan menikah dua bulan lagi." Carol menganga lebar mendengar kalimat yang diucapkan Jack tiba-tiba tanpa seijinnya. Tangannya menarik Jack agar berhenti berbicara namun Jack malah mendekapnya dihadapan orang banyak.     

"Dan, untuk merayakan hal ini, saya sebagai pemilik Golden Sky Club mentraktir kalian semua malam ini di klab milik saya, makan dan minum sepuasnya. Bagaimana, kalian suka?"     

"Horeeeeee, dokter calon suami dokter Carol memang hebat dan luar biasa. Horeee …"     

"Kamu!" Carol menatap tajam wajah Jack namun Jack malah mengedipkan satu matanya seolah-olah mengatakan, "Kamu tenang saja."     

"Oke, saya tunggu kalian malam ini disana ya. Tunjukkan saja kartu nama ini pada petugas dipintu depan. Mereka pasti akan mengijinkan kalian masuk dan makan minum sepuasnya." Jack membagikan kartu namanya yang mana langsung disambut hysteria banyak karyawan dan pasien yang saat itu berada di instalasi gawat darurat. "Kami duluan yaa." Jack menggenggam tangan Carol dan meninggalkan poli tersebut diiringin lambaian tangan kegembiraan orang-orang yang memegang kartu nama berwarna hitam pekat dengan goresan tinta warna emas yang bertuliskan Jack Smith, Ceo Golden Sky Club dengan lambang menara gedung tersebut.     

"Jack, apa yang kamu lakukan? Kamu membuatku malu dihadapan mereka." Carol melepaskan tangan Jack yang menggengamnya sampai parkiran.     

"Biar kamu tidak menanggung mal uterus-terusan karena ulah sepasang ular itu. Aku tahu selama ini kamu diam saja kan kalau mereka menekanmu? Tapi, tadi kamu hebat sekali bisa menampar dan membalas apa yang sudah mereka lakukan padamu." Jawab Jack.     

Carol menghela napas kasar. Memang benar selama ini dia diam saja karena memang tidak mau memperbesar masalah. Tapi, pembalasan yang dia lakukan tadi juga diluar kesadarannya. Dia tidak mengerti darimana keberanian itu muncul. Apakah karena ada pria yang mendukungnya sehingga dia baru bisa mengeluarkan keberaniannya? Entahlah, pikir Carol.     

"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Ayo ikut aku sekarang ke tempat kerjaku. Kamu sudah selesai tugasnya kan?" Tanpa menunggu jawaban dari perempuan yang masih terkejut itu, Jack menggiringnya menuju mobil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.